Liputan6.com, Jakarta- Indonesia kembali diguncang serangkaian gempa bumi dalam beberapa bulan terakhir. Mulai dari gempa dangkal di Bogor yang terasa hingga Depok, hingga gempa berkekuatan magnitudo 5,3 di Banten dan beberapa gempa lainnya di Maluku dan wilayah lainnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan penjelasan terkait penyebab dan dampak dari gempa-gempa tersebut, serta imbauan kepada masyarakat.
Gempa tektonik berkekuatan M 4,1 mengguncang Kota Bogor dan sekitarnya pada Kamis, 10 April 2025, pukul 22:16 WIB. Gempa dangkal ini, dengan kedalaman 5 kilometer, berpusat di darat sekitar 2 kilometer Tenggara Kota Bogor. Getarannya terasa hingga Kabupaten Bogor dan Depok, menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan.
Advertisement
Baca Juga
BMKG menjelaskan bahwa gempa disebabkan oleh aktivitas Sesar Citarik, dengan mekanisme geser mengiri. Empat gempa susulan dengan magnitudo lebih kecil juga tercatat.
Advertisement
Selain gempa di Bogor, beberapa gempa lainnya juga terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Gempa di Banten pada 21 Desember 2024 berkekuatan magnitudo 5,3, sementara gempa di Maluku pada 14 Februari 2024 dan 25 Maret 2025 masing-masing berkekuatan magnitudo 5,2 dan 5,2.
Gempa-gempa ini terjadi di lokasi yang berbeda dan dengan kedalaman yang bervariasi, namun BMKG memastikan bahwa sebagian besar tidak berpotensi tsunami. Namun, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi resmi.
Gempa Bogor: Sesar Citarik dan Dampaknya
Gempa Bogor, yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Citarik, memberikan dampak yang cukup signifikan meskipun magnitudo-nya relatif kecil. Kedalaman gempa yang dangkal (5 kilometer) menyebabkan getaran terasa kuat dan menimbulkan suara gemuruh. Kerusakan ringan pada beberapa bangunan juga dilaporkan. Hal ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan terhadap gempa dangkal, meskipun magnitudo-nya tidak terlalu besar.
BMKG menjelaskan bahwa getaran frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh gempa dangkal seringkali menimbulkan suara gemuruh dan dentuman. Fenomena ini merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Namun, tetap penting untuk tetap tenang dan waspada.
Setelah gempa utama di Bogor, terjadi empat kali gempa susulan dengan magnitudo yang lebih kecil. Meskipun kecil, gempa susulan ini menunjukkan aktivitas seismik yang masih berlangsung di wilayah tersebut. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi gempa susulan.
Advertisement
Gempa di Berbagai Wilayah Indonesia
Sepanjang tahun 2024, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami 4.025 gempa bumi, dengan 39 gempa dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebagian besar gempa ini memiliki magnitudo di bawah 4,0. Data ini menunjukkan tingginya aktivitas seismik di wilayah tersebut.
Pada tahun 2025, beberapa gempa juga terjadi di berbagai wilayah, termasuk Luwu Timur (Sulawesi Selatan), Tapanuli Utara (Sumatera Utara), Kolaka Timur (Sulawesi Tenggara), dan Pangandaran (Jawa Barat). Kekuatan dan kedalaman gempa bervariasi, namun BMKG memastikan bahwa sebagian besar gempa tidak berpotensi tsunami.
BMKG menekankan pentingnya untuk selalu mengikuti informasi resmi dari lembaga terkait, dan tidak mudah percaya pada berita hoaks. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi bencana.
Informasi terkini mengenai cuaca, iklim, dan peringatan dini bencana dapat diakses melalui berbagai saluran resmi BMKG, seperti aplikasi infoBMKG, media sosial resmi BMKG, atau kantor BMKG terdekat.
