Luhut Sebut 2 Juta Data Covid-19 Belum Terlapor, Ini Penjelasan Jubir Menko Marves

Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan masih ada lebih dari 2 juta data kasus Covid-19 yang belum dilaporkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2021, 19:54 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2021, 12:52 WIB
Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Nyaris Tembus 1 Juta
Meja pendaftaran untuk tes usap (swab) antigen di Jakarta, Senin (25/1/2021). Data Satgas Covid-19 per Senin (25/1) mencatat kasus positif di Indonesia bertambah 9.994 orang sehingga total kasus positif corona menjadi 999.256 orang atau hampir menembus 1 juta kasus. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan masih ada lebih dari 2 juta data kasus Covid-19 yang belum dilaporkan. Hal tersebut dikatakan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) saat menggelar rapat dengan Wamenkes, ahli kesehatan dan epidemiolog yang berlangsung secara virtual pada Kamis, 4 Februari 2021.

Terkait hal itu Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi menjelaskan, 2 juta data tersebut bukan data kasus positif yang ditutupi. Melainkan data kasus negatif yang belum terlaporkan. Dia menjelaskan itu terjadi lantaran banyak laboratorium yang lebih dulu melaporkan kasus positif Covid-19 agar segera mendapatkan penanganan. Sehingga kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

"Sebenarnya bukan 2 juta kasus positif Covid-19 yang belum masuk. Tetapi, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium. Karena jumlah tes yang besar dan tenaga entry terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti," kata Jodi dalam keterangan pers, Sabtu (6/2/2021).

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5 

Dia mengatakan beberapa pihak salah mengartikan terkait hal tersebut. Jodi menuturkan yang dimaksud Luhut yaitu akan berpengaruh pada positivity rate adalah 2 juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat.

"Jadi ketika data tersebut nanti sudah terintegrasi dan dimasukkan, angka positivity rate juga akan turun karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya. Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi," beber Jodi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Integrasi Data

Dia pun mengatakan integrasi data saat ini masih jadi masalah dalam penanganan Covid-19. Sebab itu Luhut kata Jodi fokus pada integrasi sistem manajemen, sehingga data yang disampaikan masih bisa faktual dan nyata.

Jodi juga menuturkan, Luhut akan mendorong big data kesehatan yang menampung dan mengintegrasikan berbagai sumber data kesehatan, seperti rekam medis elektronik, BPJS Kesehatan, vaksin.

"Memang ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Tapi Menko Luhut melihat pandemi ini sebagai momentum yang tepat bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem database kita, bukan hanya di bidang kesehatan, tapi lainnya juga. Supaya ke depan kita bisa punya sistem manajemen data yang baik," pungkas Jodi. 

Reporter : Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya