Liputan6.com, Yogyakarta Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta. Momen kunker itu dimanfaatkan juga oleh Ganjar untuk mencarikan tempat kos bagi putranya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar. Alam kini sudah terdaftar sebagai mahasiswa UGM mengikuti jejak ayah dan ibunya.
Ketika mencari kos untuk Alam, Ganjar meluangkan waktunya mampir ke sebuah rumah di daerah Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta. Usut punya usut, itu adalah Mbah Bisanto (64) dan istrinya Sumaryanti, pemilik rumah yang dulu ditempati Ganjar selama ia belajar di Jogja sejak SMA sampai kuliah.
Mbah Bisanto (64) dan istrinya Sumaryanti hanya terpaku dengan mata berkaca-kaca. Mereka tak menyangka, di hari Minggu (7/3/2021) ini ada seorang tamu istimewa yang datang ke rumahnya. Di sudut ruangan kecil berukuran 3x2 yang sekarang berubah menjadi gudang itu, ada sejarah seorang anak kampung asal Purworejo yang kini menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah.
Advertisement
"Ya Allah, ngimpi opo aku om Ga (panggilan akrab ke Ganjar). Ayo mlebu (mari masuk)," kata Sumaryanti sambil berkaca.
Tak berapa lama, ketiganya terlibat obrolan yang begitu gayeng. Kenangan-kenangan masa dulu langsung mencuat. Terlebih saat Ganjar melihat kamar yang dulu ia tempati.
Ganjar yang mengajak putra semata wayangnya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar nampak senyum-senyum sendiri mendengar cerita-cerita tempo dulu dari Mbah Bisanto dan istrinya itu. Kepada Alam yang juga baru masuk di Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun ini, Ganjar menunjukkan kamar yang dulu ia tempati.
"Dulu itu kamar ayah, masih sama persis tidak berubah. Hanya dulu tidak dicat, sekarang sudah dicat," kata Ganjar.
"Mas Alam kosnya di mana? Kalau belum dapat kos, tinggal di sini saja," timpal Sumaryanti.
Sosok Ganjar di Mata Bapak Kos
Selain kamar kos berukuran 2x3 meter yang masih berdiri sampai saat ini, kenangan Mbah Bisanto dan Sumaryanti pada sosok Ganjar masih sangat membekas. Keduanya ingat betul kehidupan Ganjar muda saat tinggal di rumahnya hampir sekitar empat tahun. Sosok Ganjar muda menurut keduanya, adalah anak yang nerimo dan prihatin.
Hampir setiap hari, Ganjar jalan kaki dari tempat kos-kosannya itu sampai ke jalan raya yang jaraknya sekitar 1,5 km. Dari jalan raya itu, Ganjar melanjutkan dengan naik angkutan umum ke sekolah atau ke kampusnya.
"Anaknya baik sekali, saya ngalem (memuji) bukan karena sekarang jadi Gubernur, tapi memang anaknya dari dulu prihatin tenan. Anaknya nerimo, jadi kalau mau berangkat kuliah jalan kaki dari rumah, terus naik colt kampus (angkutan kampus). Nrimo lan prihatin sekali anaknya," kenang Mbah Bisanto.
Makanan sehari-hari Ganjar lanjut keduanya juga tidak aneh-aneh. Zaman dulu, makanan kesukaan Ganjar adalah sambal korek dan lele goreng.
Advertisement
Tidak Sombong dan Besar Hati
Mbah Bisanto dan Sumaryanti tak menyangka, anak yang dulu tinggal di rumahnya dengan kehidupan sehari-hari yang prihatin, kini jadi orang sukses. Ganjar kini jadi Gubernur Jawa Tengah dan menjadi tokoh ternama di Indonesia.
"Ya mboten nyongko (tidak menyangka). Tapi kalau dilihat dari silsilah keluarganya, Om Ga itu dari keluarga terdidik. Itu sekeluarga pinter-pinter semuanya," kata mbah Bisanto.
Meski sekarang sudah jadi orang sukses, hal yang membuat Mbah Bisanto bangga adalah sikap Ganjar yang tidak berubah. Ia tetap seorang Ganjar yang tidak sombong dan besar hati.
"Seneng banget diparani Om Ga, meski saiki dadhi wong gedhe (meski sekarang jadi pejabat), tetep kelingan (masih ingat). Dumeh dadi wong gedhe (meski jadi pejabat), piyambake ora sombong (tidak sombong)," ucap Mbah Bisanto.
Ganjar sendiri menganggap bahwa mas Bisanto sudah seperti saudara sendiri.
"Ya kesini mampir, saya dulu nunut (numpang) tempatnya mas Bisanto. Mereka ini sudah seperti saudara saya sendiri. Dulu saya dikasih kamar ini, saya tinggal dari SMA sampai kuliah awal-awal di UGM. Memang benar, saya dulu kalau berangkat sekolah atau kuliah, jalan kaki dari sini ke jalan raya, baru nyegat bis ke kampus," kenang Ganjar.
Selain silaturahmi dan nostalgia zaman dulu, ada tujuan penting lain Ganjar mengunjungi tempat kos-kosannya itu dengan mengajak putranya, Alam Ganjar. Ia berharap, Alam tahu sejarah bapaknya saat dulu menempa diri di kota gudeg itu.
"Biar Alam tahu sejarah bapaknya, ini saya ajak biar bisa lihat kamar ayahnya dulu seperti ini. Ini belum berubah, ya seperti ini. Ya biar Alam tahu sejarahnya, bahwa kabeh nganggo laku (semua ada prosesnya)," katanya.
(*)