Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden RI Gus Dur pernah berceloteh, hanya ada tiga polisi yang baik di Indonesia, eks Kapolri Hoegeng Iman Santoso, patung polisi dan polisi tidur.Â
Sampai hari ini, Hoegeng dikenal sebagai polisi jujur dan teladan sepanjang sejarah.Â
Dia selalu bersikap tegas terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme. Sekalipun, Hoegeng tak pernah manfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri ataupun keluarganya.Â
Advertisement
Lantaran tak mau terima suap dalam berbagai bentuk, kehidupannya dan keluarga jauh dari kata mewah.
Setelah pensiun dari kepolisian, Hoegeng tidak punya rumah pribadi. Hanya ada rumah dinas di Jalan Muhammad Yamin, Jakarta. Bahkan, ia tak memiliki mobil pribadi.
Menyaksikan kondisi Hoegeng, Kapolri penggantinya, Mohammad Hasan berinisiatif mengalihkan rumah tersebut menjadi atas nama pria kelahiran Pekalongan, 14 Oktober 1921.
Sejumlah kapolda pun iba. Mereka lalu saweran dan membelikan mobil Holden Kingswood untuk Hoegeng.
"Itu satu-satunya mobil setelah Bapak pensiun," kata Aditya S Hoegeng dalam tulisannya, Saya Bangga Menjadi Anak Pak Hoegeng seperti yang dikutip Liputan6.com, 1 Februari 2015.
Prinsip Hoegeng itu sangat didukung oleh istrinya, Meriyati Roeslani atau Merry. Kejujuran dan kesederhanaan Hoegeng itupun menular ke Merry.
Sebagai istri polisi, Merry tak menuntut apa-apa dari sang suami. Merry menunjukkan rasa cintanya dengan tetap mendukung Hoegeng untuk terus bersikap jujur meski harus hidup pas-pasan. Kekagumannya terhadap sosok Hoegeng tak pudar karena silau harta.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hoegeng, Merry dan Toko Bunga
Gaji polisi pas-pasan untuk memenuhi keluarga Hoegeng-Merry. Untuk menambah pendapatan keluarga, Merry membuka toko bunga di garasi rumahnya.
Toko bunga tersebut cukup laris dan makin berkembang. Tapi Hoegeng malah menyuruh istrinya menutup toko bunga itu.
Kala itu, Jenderal Hoegeng dilantik menjadi pejabat imigrasi oleh Presiden Sukarno.
Alasannya menutup toko bunga, dia takut kehadiran toko bunganya menjadi penghalang bagi toko bunga lain. Dia juga tak mau pemesanan bunga disangkut-pautkan dengan jabatannya.
"Bapak tak ingin, orang-orang itu beli bunga di kios saya karena jabatan bapak,"Â kata Merry dalam buku Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa karya Aris Santoso dkk seperti dikutip Liputan6.com, Kamis (11/3/2021).
Sejak awal kemerdekaan, jawatan imigrasi dikenal rawan menjadi sasaran KKN. Namun, dia justru tak pernah memanfaatkan jabatannya untuk mengeruk kekayaan. Padahal imigrasi dikenal sebagai sasaran empuk untuk memperkaya diri.
Advertisement
Mesra Lewat Lukisan
Hidup dengan mengandalkan dana pensiunan seorang kapolri, cukup membuat keluarga Hoegeng kerepotan. Apalagi toko bunga yang dirintis Merry telah lama ditutup.
"Setelah pensiun, saya mau membuka toko lagi, udah nggak mungkin," kata Merry seperti dikutip dari buku Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa karya Aris Santoso dkk.
Hoegeng dan Merry pun menekuni hobinya melukis. Lukisan-lukisan mereka ternyata bisa menghasilkan sejumlah uang dan mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.
Aris Santoso dan kawan-kawan menyebut lukisan keduanya cukup apik. Mereka adalah pelukis naturalis yang senang melukis orang dan bunga.
Hoegeng selalu melukiskan dirinya sebagai monyet Hoegeng, sebuah fakta yang masih menjadi misteri bagi anak-anaknya sekalipun.
Hoegeng dan Merry sering melukis bersama-sama dan menyanyi. Objek lukisannya bisa apa saja.
Karya Hoegeng sendiri cukup banyak. Dia pernah menggelar pameran lukisan di Jakarta dan Medan.