Soal Pembukaan Sekolah, Epidemiolog: Bukan Anak yang Dikhawatirkan, tapi Orang Rentan di Rumah

Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang menyebut anak-anak tak lebih rentan terhadap Covid-19 ketimbang para guru mendapat kritikan.

oleh Yopi Makdori diperbarui 31 Mar 2021, 09:22 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2021, 09:18 WIB
Ilustrasi anak-anak pelajar SD yang tengah masa pengenalan sekolah di Garut
Ilustrasi anak-anak pelajar SD yang tengah masa pengenalan sekolah di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Jakarta Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang menyebut anak-anak tak lebih rentan terhadap Covid-19 ketimbang para guru mendapat kritikan. Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windu Purnomo, mengatakan ada kekeliruan konteks terhadap pernyataan tersebut.

Menurut Windu, apa yang dilontarkan Nadiem memang diamini oleh Sains. Namun, dalam konteks pembukaan sekolah dianggap sedikit keliru.

"Kita punya pengalaman ya, misalnya santri. Santri banyak ada yang terkena, tapi enggak ada yang mati, yang mati ya mungkin satu dua oranglah. Tapi mereka nulari kiainya, dan sebagainya. Nah, anak-anak yang nanti ini nulari orang tuanya, dan orang tuanya bisa mati," kata Windu saat dihubungi Liputan6.com, Selasa malam (30/3/2021).

Windu mengakui memang para siswa cenderung lebih tahan terhadap Covid-19. Namun jika mereka tertular, tak menutup kemungkinan penyebaran infeksi ke orang tua atau nenek-kakeknya. Padahal, mereka dengan usia yang lebih senja memiliki potensi yang lebih tinggi sebabkan kematian.

"Bukan anaknya yang dikhawatirkan, anaknya enggak papa. Anak-anak itu bisa positif memang dan kasus positif terhadap anak-anak juga cukup banyak," ucap dia.

Windu menegaskan bahwa bahaya ketika sekolah dibuka bukan terhadap para siswanya, melainkan kepada orang-orang yang lebih rentan yang ada di rumah mereka.

"Jadi bahayanya jika sekolah dibuka itu bukan soal anaknya, tetapi lebih anak itu membawa virusnya pulang ke rumah ya toh? Itu dapat juga nulari pendidikannya jika mereka belum divaksinasi itu juga high risk, tapi kalau (guru) divaksinasi ya amanlah," tegas Windu.

Windu menerangkan, pembukaan sekolah secara simultan dapat dilakukan bilamana vaksinasi di lapangan, utamanya terhadap guru dan tenaga pendidikan sudah tinggi.

"Kedua kalau positivity rate itu sudah rendah, artinya risiko penularan di luar itu sudah rendah. Nah itu minimal di bawah 5 persen, paling tinggi 5 persen. Yang terbaik adalah di bawah 2 persen itu baru disebut terkendali," papar dia.

Windu juga mengkritisi keinginan pemerintah yang membuka sekolah secara serentak pada Juli 2021, tapi tak diimbangi dengan upaya serius memenuhi dua prasyarat tersebut.

"Kalau seperti sekarang ya vaksinasi masih rendah, positivity rate-nya masih tinggi. Jadi belum aman kalau sekarang ini, tapi enggak tahu nanti Juli. Kalau Juli mungkin aja kalau saat ini kita bagus penanganannya bagus. Kalau sekarang enggak bisa," tandasnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Murid Lebih Resistan Covid-19

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membantah anggap yang menyebut bahwa para murid lebih rentan terhadap Covid-19 ketimbang para guru. Ia menyatakan justru para guru yang rentan terhadap infeksi virus tersebut.

"Riset sudah membuktikan dan kita sudah tahu ini dari data di seluruh dunia bahwa pendidik dan tenaga pendidikan karena umur mereka memiliki kerentanan yang tertinggi terhadap Covid-19. Bukan murid-murid ya," sebut Nadiem dalam acara Pengumuman Surat Keputusan Bersama sejumlah menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Selasa (30/3/2021).

Nadiem menjelaskan, menurut data yang ia dapat, anak-anak di rentang balita sampai remaja justru memiliki tingkat kematian akibat Covid-19 terhitung rendah.

"Jadi kelompok usia 3-18 tahun ini memiliki tingkat mortalitas yang sangat rendah, dibandingkan kelompok usia yang lainnya ya," paparnya.

Di samping itu, Nadiem memaparkan bahwa infeksi Covid-19 kepada anak-anak usia di bawah 18 tahun kebanyakan hanya bergejala ringan.

"Secara data di dunia yang kita punya anak memiliki kerentanan yang jauh lebih rendah terhadap infeksi Covid dibanding orang dewasa. Dan anak semakin kecil kemungkinan menularkan infeksinya semakin kecil. Semakin muda semakin kecil, ini data dari UNICEF, WHO," jelasnya.

Menurut Nadiem data itulah yang menjadi landasan sejumlah negara di dunia nekat menggelar pembelajaran secara tatap muka di sekolah, kendati angka infeksinya masih terhitung tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya