Tracing Buruk, Kemenkes Beri Jakarta Nilai E Penanganan Covid-19

Dari seluruh daerah di Indonesia, hanya DKI Jakarta yang mendapatkan nilai E dalam pengendalian Covid-19.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 27 Mei 2021, 19:17 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2021, 18:41 WIB
Wamenkes Dante Saksono meninjau vaksinasi massal tenaga kesehatan di Surabaya (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Wamenkes Dante Saksono meninjau vaksinasi massal tenaga kesehatan di Surabaya (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyampaikan penilaian kondisi bed occupancy rate (BOR) dan pelayanan Covid-19 daerah kepada Komisi IX DPR RI. Ia menyebut, BOR rata-rata memiliki kapasitas yang sangat terbatas.

Terkait penilaian, Dante menyebut tak ada daerah yang mendapat nilai A dan B. Untuk DKI Jakarta bahkan mendapat penilaian kategori E terkait bed occupancy rate dan tracing Covid-19.

"Bed occupancy rate rata-rata seluruh Indonesia masih punya kapasitas yang terbatas, BOR perlu terus dimonitor dengan ketat," ujar Dante di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (27/5/2021).

Untuk data penilaian, Kemenkes akan memberikan perhatin khusus bagi daerah dengan penilaian D dan E.

"Ada beberapa daerah yang mengalami masuk kategori D dan ada yang masuk kategori E seperti Jakarta tapi ada juga yang masih di C artinya tidak terlalu BOR dan pengendalian provinsinya masih baik," ucap Dante.

Adapun dari 34 Provinsi di RI, hanya DKI Jakarta yang mendapat nilai E. Dante menyebut DKI Jakarta berada pada kondisi kapasitas keterisian tempat tidur yang tak terkendali. Selain itu, upaya tracing di ibu kota juga masih buruk.

"Begitu juga kualitas pelayanan. Atas rekomendasi tersebut maka kami perlihatkan masih banyak yang masih dalam kondisi kendali kecuali di DKI Jakarta ini kapasitasnya E, karena di Jakarta BOR sudah mulai meningkat dan juga kasus tracing-nya tidak terlalu baik," pungkas Dante.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Puncak Peningkatan Covid-19 Usai Lebaran Terjadi Pertengahan Juni 2021

Wamenkes Dante Saksono dalam pesan videonya terkait Hari Raya Idul Fitri tahun 2021 (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Kesehatan)
Wamenkes Dante Saksono dalam pesan videonya terkait Hari Raya Idul Fitri tahun 2021 (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Kesehatan)

Sebelumnya, Dante juga memprediksi kasus positif Covid-19 akan meningkat signifikan sebagai dampak libur Lebaran Idul Fitri 2021. Puncak peningkatan kasus Corona ini akan terjadi pada pertengahan Juni 2021.

"Berdasarkan analisis dari moving average yang terjadi, maka kemungkinan kasus akan meningkat dan mencapai puncaknya pada pertengahan Juni," ujar Dante.

Dante menyebut, kemungkinan peningkatan kasus Covid-19 dampak libur Lebaran Idul Fitri 2021 mencapai 50 persen. Namun, angka ini lebih rendah jika dibandingkan peningkatan kasus Covid-19 dampak libur Lebaran Idul Fitri 2020 yang menembus 93 persen.

"Kita asumsikan pada pertengahan Juni akan terjadi peningkatan sebanyak 50 persen kasus dibandingkan dengan sebelumnya pada liburan pasca Idul Fitri," kata dia.

Dia memastikan, pemerintah sudah mempersiapkan sejumlah hal untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Di antaranya, menyediakan obat hingga 50 persen dan oksigen.

"Karena oksigen ini sangat vital maka kami menambah kapasitas mutu dan penambahan jumlah oksigen yang cukup baik," ucap Dante.

8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19
Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya