DBD di Bekasi Meningkat, Capai 1.554 Kasus Sepanjang 2021

Sebaran kasus DBD tertinggi di Kota Bekasi terjadi pada Mei 2021.

oleh Bam Sinulingga diperbarui 21 Sep 2021, 03:36 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2021, 03:36 WIB
Fogging Cegah DBD saat Pandemi COVID-19 di Kawasan Kebayoran Lama
Ilustrasi - Petugas melakukan fogging untuk membasmi nyamuk DBD di kawasan Rumah Penduduk Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (28/12/2019). Selain angka kematian yang tinggi disebabkan oleh Covid-19, DBD juga mengancam kehidupan manusia khususnya di Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Bekasi - Usai melandainya kasus Covid-19, masyarakat Kota Bekasi kini dibuat was-was dengan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di masa pandemi. Kasus DBD di kota patriot itu disebut-sebut meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Vevi Herawati mengatakan, selama kurun waktu Januari-Agustus 2021, kasus DBD di Kota Bekasi tercatat ada 1.554 kasus. Sedangkan sepanjang 2020, hanya mencapai 1.646 kasus.

"Apabila kita merujuk melalui data dari kasus DBD di Kota Bekasi pada Agustus 2021, jumlah penderita DBD sebanyak 1.554 kasus. Itu baru 8 bulan dan lebih tinggi dari tahun 2020," katanya kepada awak media, Senin (20/9/2021).

Menurutnya, sebaran kasus DBD tertinggi terjadi pada bulan Mei 2021, yang mencapai 471 kasus. Sedangkan kasus terendah terjadi pada bulan Januari 2021, dengan jumlah 29 kasus.

"Ada 8 kasus kematian DBD yang dihimpun melalui 12 kecamatan yang ada di Kota Bekasi," ujar Vevi.

Ia menjelaskan, peningkatan kasus DBD di Kota Bekasi beberapa tahun belakangan menjadi lebih cepat. Yang seharusnya menurut pola meningkat lima tahun sekali, namun sekarang cenderung tiga tahun sekali.

"Kita lihat pola tiga tahunan terakhir jumlah kasus DBD mengalami peningkatan. Tahun 2019 sebanyak 2.484 kasus dengan jumlah kematian 3 kasus. Tahun 2018 sebanyak 626 kasus dengan jumlah kematian 2 kasus, dan tahun 2017 sebesar 699 kasus dengan jumlah kematian 2 kasus," paparnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Terapkan Pola Hidup Bersih

Ilustrasi nyamuk penyebab DBD.
Ilustrasi nyamuk penyebab DBD. Foto oleh Anuj dari Pexels.

Vevi pun mengimbau agar masyarakat rutin menerapkan pola hidup bersih, serta melaksanakan gerakan Satu Rumah Satu Jumantik untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.

"Tetap melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M, yaitu Menguras, Menutup dan Mendaur ulang pada lingkungan sekitar, baik rumah, kantor, sekolah atau tempat-tempat umum lainnya," imbuhnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati menekankan kepada seluruh puskesmas untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD dan chikungunya saat musim pancaroba.

"Musim pancaroba merupakan potensi meningkatnya perkembangbiakan nyamuk di Jawa Barat, serta terjadi peningkatan kasus DBD pada triwulan I sebesar 2.197 kasus, dengan 20 kasus kematian dalam masa pandemi Covid-19," ujar Tanti.

Pihaknya juga akan memantau upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 oleh segenap puskesmas dan pemerintah setempat, sekaligus mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD melalui sejumlah pencegahan.

"Kita akan melaksanakan surveilans kasus, surveilans vektor dan surveilans faktor resiko terhadap kejadian DBD dan chikungunya melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan beberapa pencegahan lainnya," tandasnya.


Apa bedanya DBD dan Malaria?

infografis beda DBD dan Malaria
Apa bedanya DBD dan Malaria?
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya