Liputan6.com, Jakarta Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Ikhwan Yogi menyatakan pihaknya akan menelusuri penyebab tingginya kandungan parasetamol di perairan Teluk Jakarta.
Menurut dia, apa yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut tergolong dalam pencemaran.
"Kami akan dalami dan telusuri sumber pencemarannya dan mengambil langkah untuk menghentikan pencemaran tersebut," kata Yogi di Jakarta, Minggu (3/10/2021).
Advertisement
Lanjut dia, Dinas Lingkungan Hidup DKI secara rutin melakukan pemantauan terkait pencemaran setiap enam bulan sekali.
Yogi juga menyebut berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak mencantumkan variabel pencemaran berupa parasetamol.
"Mungkin saja memang peneliti tersebut ingin mengetahui kontaminant di luar parameter pencemar baku sesuai peraturan yang berlaku atau ada kasus tertentu," ucapnya.
"Pada prinsipnya sesuatu yang tidak pada tempatnya atau sesuatu yang melebihi kadarnya di suatu tempat adalah pencemaran," kata Yogi.
Ada Kandungan Parasetamol
Sebelumnya, tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasiona (BRIN) dan University of Brighton, Inggris menemukan konsentrasi Parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan, jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, konsentrasi Parasetamol di Teluk Jakarta adalah relatif tinggi (420-610 ng/L) dibanding di pantai Brazil (34. 6 ng/L), pantai utara Portugis (51.2 – 584 ng/L).
Peneliti BRIN, Wulan Koagouw belum bisa memastikan bahaya akan paparan Parasetamol bagi lingkungan di laut. Namun menurut risetnya, Parasetamol memicu kondisi lubang atau bagian dalam tubuh kerang betina tertutup atau tidak ada.
“Kami belum tahu, karena memang riset kami baru pada tahap awal. Namun jika konsentrasinya selalu tinggi dalam jangka panjang, hal ini menjadi kekhawatiran kita karena memiliki potensi yang buruk bagi hewan-hewan laut. Hasil penelitian di laboratorium yang kami lakukan, menemukan bahwa paparan Parasetamol pada konsentrasi 40 ng/L telah menyebabkan atresia pada kerang betina, dan reaksi pembengkakan," jelasnya dalam keterangan tulis, Sabtu (2/10/2021).
Menurut Wulan, penelitian lanjutan masih perlu dilakukan terkait potensi bahaya Parasetamol atau produk farmasi lainnya pada biota-biota laut.
Advertisement