Warga Diminta Tak Beraktivitas dalam Radius 1 KM dari Puncak Gunung Semeru

Budi menjelaskan fenomena yang tengah menimpa Gunung Semeru itu akan menyebabkan lontaran batu pijar di sekitar puncak.

oleh Yopi Makdori diperbarui 04 Des 2021, 22:18 WIB
Diterbitkan 04 Des 2021, 22:18 WIB
Penampakan Terkini Gunung Semeru
Gunung Semeru menjulang sehari setelah erupsi di atas desa Lumajang, Jawa Timur, pada Minggu (17/1/2021). Kendati demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) menegaskan status Semeru masih level II atau Waspada. (Juni Kriswanto / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Eko Budi Lelono mengatakan saat ini status Gunung Semeru, Jawa Timur masih ditetapkan pada level II atau Waspada usai mengalami erupsi pada Sabtu siang jelang sore, 4 Desember 2021. Dia meminta agar warga tidak melakukan aktivitas dalam jarak satu kilometer dari puncak gunung.

"Dalam level II atau Waspada agar pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan dan tenggara," imbau Budi dalam konferensi pers daring, Sabtu (4/12/2021).

Warga juga diminta untuk mewaspadai adanya awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang mempunyai hulu di puncak Gunung Semeru.

"Radius dan jarak evakuasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi perubahan ancaman bahaya," katanya.

Adapun untuk bahaya, Budi menjelaskan fenomena yang tengah menimpa Gunung Semeru itu akan menyebabkan lontaran batu pijar di sekitar puncak. Dan material yang berukuran abu dapat tersebar lebih jauh bergantung pada kecepatan angin.

Budi menerangkan, munculnya bumbungan awan kelabu tinggi dari puncak Semeru diakibatkan oleh tidak stabilnya endapan lidah lava serta interaksi bantuan di sana yang memiliki suhu tinggi dengan air hujan.

"Dari hasil pengamatan visual ini menunjukan pemunculan guguran dan awan panas guguran diakibatkan oleh ketidakstabilan endapan lidah lava dan interaksi batuan yang bersuhu relatif tinggi dengan air hujan. Aktivitas yang terjadi pada tanggal 1-4 Desember merupakan aktivitas permukaan," jelasnya.

Berangkat dari rekam jejak kegempaan di Semeru beberapa hari sebelumnya, Budi memastikan tidak ada kenaikan suplai magma pada gunung tersebut.

 

Tertutup Kabut dan Hujan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangan tertulis resminya menyebutkan awan panas guguran (APG) Gunung Semeru mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Pengamatan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, APG mulai terjadi pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Sekitar pukul 15.10 secara visual abu vulkanik APG sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan.

Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

"Belum ada laporan ada korban jiwa, secara visual Gunung Semeru masih tertutup kabut disertai hujan dengan intensitas sedang," kata Abdul Muhari, Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya