Harga Barang Naik, KSP: Kurangi Konsumsi Produk Impor

Kantor Staf Presiden (KSP) mengingatkan pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi terkait indikasi kenaikan harga barang yang terjadi lantaran ketidakpastian ekonomi global.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 06 Mar 2022, 13:47 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2022, 13:47 WIB
Pengusaha Tahu Tempe Mulai Kembali Produksi
Pekerja mengolah kedelai untuk pembuatan tahu di kawasan Duren Tiga Raya, Jakarta, Kamis (24/2/2022). Produsen tahu tempe kembali berproduksi usai aksi mogok selama tiga hari karena harga kedelai yang naik hingga menyentuh Rp12.000 per kg dalam beberapa bulan terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Staf Presiden (KSP) mengingatkan pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi terkait indikasi kenaikan harga barang yang terjadi lantaran ketidakpastian ekonomi global. Untuk itu, kondisi tersebut mesti dijadikan momentum untuk mulai menguatkan produksi dalam negeri dan mengurangi konsumsi barang-barang impor.

"Apa yang disampaikan Bapak Presiden mengandung satu pesan kunci, yakni kita harus berani berubah dan berani mengubah," kata Tenaga Ahli Utama KSP Edy Priyono dalam keterangannya, Minggu (6/3/2022).

Menurut Edy, peringatan Presiden Jokowi tentu harus disikapi dengan bijak dan tidak perlu memunculkan kekhawatiran berlebihan. Sementara ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan, ditambah munculnya konflik Rusia-Ukraina berimplikasi pada produksi dan konsumsi.

Di sisi konsumsi, masih ada ketergantungan terhadap barang-barang impor seperti LPG, kedelai, dan gandum, yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga barang. Dalam jangka pendek, pemerintah tidak punya banyak pilihan selain tetap mempertahankan harga agar tidak naik dan stabil dengan memberikan subsidi.

Subsidi Harga Gas

Kebutuhan Elpiji 3 Kg
Pekerja menurunkan tabung gas LPG 3 kilogram (kg) dari truk di Jakarta, Rabu (16/12/2020). PT Pertamina (Persero) memperkirakan kebutuhan gas elpiji 3 kg naik menjadi 7,50 juta metrik ton pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk LPG subsidi 3 kilogram yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen misalnya, meski tren harga kontrak aramco atau CPA mengalami kenaikan sebesar 21 persen dari rata-rata akibat konflik Rusia-Ukraina, pemerintah tidak menaikkan harga LPG subsidi dan tetap mengacu pada Harga Eceran Tertinggi (HET).

"Pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 11 ribu per kilogram sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kilogram dengan harga yang terjangkau. Kalau kondisi ini berlangsung lama tentu akan memberatkan keuangan negara. Karena itu, solusi jangka panjangnya kita harus mendorong produksi dalam negeri agar ketergantungan pada barang impor bisa dikurangi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan DME yang bahan bakunya batubara," jelas dia.

Lebih lanjut, Edy mengimbau agar masyarakat ikut andil dalam pengurangan konsumsi barang-barang kebutuhan impor, seperti gandum yang menjadi bahan baku roti dan mi. Sudah saatnya warga bergeser ke produk karbohidrat lain, yang merupakan produk dalam negeri.

"Singkong, ubi, porang, itu kan penghasil karbohidrat yang bisa kita hasilkan sendiri. Tentu tidak mudah mengubah pola konsumsi. Tapi kita mesti mengarah ke sana," Edy menandaskan.

Jokowi Sebut Perang Rusia dengan Ukraina Bikin Harga BBM dan Gas Naik

Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) minta belanja kementerian dan lembaga serta pemda mengutamakan penyerapan produk-produk dalam negeri saat Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2020 pada Kamis (22/10/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa dunia saat ini dihadapi oleh ketidakpastian global, salah satunya di sektor ekonomi. Selain pandemi Covid-19, kondisi ketidakpastiaan ini juga diperparah dengan adanya perang antara Rusia dengan Ukraina.

"Dulunya ketidakpastian itu karena disrupsi teknologi, revolusi industi 4.0, tapi ditambah lagi dengan pandemi, ditambah lagi dengan perang di Ukraina," kata Jokowi dalam Pembukaan Rapat Pimpinan TNI-Polri Tahun 2022 di Jakarta Timur, Selasa (1/3/2022).

Menurut dia, perang yang terjadi saat ini berdampak terhadap kelangkaan energi yang dirasakan sejumlah negara. Akibatnya, harga bahan bakar minyak (BBM) hingga LPG atau gas menjadi naik.

"Kelangkaan energi, sudah dulu sebelum perang harganya naik karena kelangkaan, ditambah perang harganya naik lagi. Sekarang harga per barel sudah di atas (USD) 100 yang sebelumnya hanya (USD) 50-60, semua negara yang namanya harga BBM naik semua, LPG naik semuanya," jelasnya.

"Hati-hati dengan ini, hati-hati dengan ini. Kenaikan, kenaikan, kenaikan, karena semuanya naik (harganya)," sambung Jokowi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya