Polemik Dudung vs Effendi, Moeldoko: Bukan Zamannya Perdebatkan Sipil-Militer

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan semua institusi harus saling menghormati, sebab saat ini bukan lagi zamannya perdebatan antara sipil dan militer.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 19 Sep 2022, 15:01 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2022, 15:01 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan semua institusi harus saling menghormati, sebab saat ini bukan lagi zamannya perdebatan antara sipil dan militer.

Hal ini disampaikan Moeldoko menanggapi polemik yang terjadi antara Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan anggota Komisi Pertahanan DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Effendi Simbolon.

"Ya memangnya kalau supremasi sipil, enggak menghargai institusi lain apa? Kan tetap. Jadi intinya bahwa kita itu saling menghormati institusi lah, enggak perlu memperdebatkan sipil militer, bukan zamannya lagi," kata Moeldoko kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (19/9/2022).

Menurut dia, kedudukan tentara saat ini sudah pada posisi yang tepat. Sehingga, Moeldoko menuturkan seharusnya antar institusi saling menghormati agar tak terjadi perdebatan sipil dan militer.

"Kita sudah mendudukan tentara pada posisi yang menurut saya waktu saya menjadi Panglima TNI, pada posisi pas," ujarnya.

"Jadi ini sebenarnya enggak perlu ada perdebatan sipil militer, tapi bagaimana institusi itu saling memberikan penghormatan. Itu saja intinya," sambung Moeldoko.

Reaksi Spontan

Dia menyampaikan video Dudung hanyalah reaksi spontan atas pernyataan Effendi. Moeldoko menyebut saat ini hubungan keduanya sudah cair.

"Itu reaksi spontan, begitu Pak Effendi simbolon. Kan semuanya udah cairlah," ucap dia.

Moeldoko mengatakan hingga kini belum ada rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanggil Dudung atas polemik yang terjadi.

"Saya pikir itu sudah tau masing-masing harus bagaimana," tutur Moeldoko.

Masalah Selesai

Sebelumnya, Dudung mengatakan, masalah ucapan Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDIP, Effendi Simbolon yang menyinggung insititusi TNI dianggap telah selesai.

Adapun sebelumnya Effendi Simbolon geram mengetahui adanya hubungan tidak harmonis antara Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan KSAD Dudung Abdurachman karena mengancam soliditas di tubuh TNI. Sehingga pada akhirnya Effendi Simbolon menyebut TNI seperti gerombolan yang melebihi ormas.

"Bangsa ini sangat besar kalau untuk kita menanggapi masalah-masalah kecil seperti ini, tak usah dibesar-besarkan menurut saya. masih banyak pekerjaan-pekerjaan sangat-sangat strategis untuk kemajuan bangsa dan negara," kata dia di Mabes TNI AD, Kamis (15/9/2022).

Dudung mengatakan, ia telah menerima permintaan maaf politikus PDIP tersebut. Dia berharap jajarannya yang lain juga demikian, tidak lagi menjadikan asalah ii sebagai polemik.

Karena itu, Dudung menginstruksikan kepada jajarannya untuk menghentikan pernyataan-pernyataan liar yang ditujukkan kepada Effendi Simbolon.

"Beliau sudah minta maaf. Kita harus lebih dewasa, kita harus lebih legawa ya. Saya sampaikan ke jajaran, tidak ada lagi pernyataan- pernyataan liar seperti itu," kata dia.

Dudung menegaskan, TNI AD loyal, tegak lurus mendukung program pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan juga Ma'ruf Amin.

Menurut dia, prajurit TNI AD sudah terbiasa menghadapi tantangan-tantangan yang sulit sekalipun nyawa menjadi taruhannya.

Ia juga paham betul perasaan prajurit TNI atas pernyataan Effendi Simbolon. Namun, Dudung memastikan anggota di lapangan sudah kondusif.

"Ini jadi pembelajaran jangan sampai TNI AD terluka kembali dengan hal-hal, kalimat yang tidak bisa dipertanggung jawabkan," ungkapnya.

Infografis Keturunan PKI Bisa Ikut Seleksi Prajurit TNI. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Keturunan PKI Bisa Ikut Seleksi Prajurit TNI. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya