Liputan6.com, Jakarta - Yigit Cakmak, bocah berusia delapan tahun diselamatkan dari puing-puing setelah 52 jam terperangkap di Hatay, Turki.
Mengutip BBC, Rabu (8/2/2023), Ia diselamatkan dari puing-puing bangunan yang runtuh setelah 52 jam. Ia pun dibawa dari gedung kepada ibunya yang sudah menunggu dan menyambut dengan pelukan erat. Potret itu tergambar setelah gempa besar magnitudo 7,8 melanda Turki pada Senin pagi, 6 Februari 2023.
Baca Juga
Di sisi lain, potret yang menggambarkan saat seorang ayah kehilangan putrinya. Potret sedih itu tergambar melalui foto yang dirilis Al Jazeera. Seorang ayah memegang tangan putri remajanya yang meninggal terperangkap di bawah puing-puing bangunan yang rata dengan tanah di wilayah Kahramanmaras Turki. Gempa magnitudo 7,8 pada Senin, 6 Februari 2022 beserta gempa susulan telah hadirkan kesedihan dan penderitaan.
Advertisement
Duduk di tengah puing-puing, Mesut Hancer memegang tangan putrinya yang berusia 15 tahun yang terlihat dari bawah tumpukan beton di atas tubuhnya yang tak bernyawa. Di dekat Hancer, penyelamat bekerja secara manual di antara reruntuhan. Demikian mengutip dari Al Jazeera.
Hal itu menjadi salah satu gambaran yang menakutkan yang muncul dari beberapa jutaan anak yang terperangkap dalam bencana gempa bumi di Turki dan Suriah. Gempa Turki diikuti gempa kedua berkekuatan 7,6 dan lebih dari 100 gempa susulan.
Seorang Ibu dan Putrinya Diselamatkan dari Reruntuhan Setelah 44 Jam
Seorang ibu dan putrinya berusia dua tahun diselamatkan di Iskenderun hampir 44 jam setelah hempa pertama melanda Provinsi Hatay yang termasuk yang paling terkena dampak.
Di tenggara Provinsi Adiyaman, seorang anak diselamatkan dari puing-puing dan tak lama kemudian ibunya juga dibawa ke tempat aman. Di Kota Kahramanmaras, Resul Serdar dari Al Jazeera merinci bagaimana penyelamat menyelamatkan seorang gadis berusia 14 tahun yang terjebak di bawah reruntuhan selama lebih dari 40 jam.
“Ketika tim penyelamat membawanya keluar, hal pertama yang dia katakana adalah,” tolong selamatkan ayah saya juga,”. Ayahnya sangat dekat dengannya dan dia juga masih hidup. Belakangan, pada malam hari, ayahnya juga ditarik keluar dari puing-puing, tetapi sayangnya dua anggota keluarga lainnya tidak dapat selamat,” ujar Serdar.
Sementara itu, di Kota Jinderis, barat laut Suriah, penyelamat menemukan bayi menangis yang ibunya tampaknya telah melahirkan saat terkubur di bawah reruntuhan. Tali pusar bayi yang baru lahir itu masih tersambung dengan ibunya Afraa Abu Hadiya yang sudah meninggal.
Gadis itu dibawa ke rumah sakit anak di Kota Afrin, Provinsi Aleppo. Di kota yang sama seorang gadis muda ditarik hidup-hidup dari bawah reruntuhan rumahnya oleh kelompok penyelamat the White Helmet.
Advertisement
Anak-anak di Suriah Hadapi Situasi Kemanusiaan Paling Kompleks
UNICEF mengatakan, gambar dari begitu banyak anak yang terjebak dalam bencana itu “menyakitkan”.
“Bahwa gempa awal terjadi saat pagi, ketika banyak anak tertidur lelap, membuatnya semakin berbahaya, dan gempa susulan membawa risiko yang berkelanjutan,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
Ia menuturkan, hati dan pikirannya bersama anak-anak dan keluarga yang terkena dampak, terutama mereka yang kehilangan orang yang dicintai atau yang terluka.
“Prioritas utama kami adalah memastikan anak-anak dan keluarga yang terkena dampak menerima dukungan yang sangat mereka butuhkan,” ujar dia.
Unicef menyatakan, kerusakan sekolah, rumah sakit, dan fasilitas medis dan pendidikan lainnya kemungkinan akan berdampak lebih jauh pada kehidupan anak-anak.
Anak-anak di Suriah terus menghadapi salah satu situasi kemanusiaan paling kompleks di dunia setelah lebih dari satu dekade konflik dan krisis ekonomi yang memburuk.
“Penyakit yang ditularkan melalui air, termasuk kebangkitan kolera, membuat anak-anak dalam kondisi sangat rentan,” ujar UNICEF.