Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Arsul Sani menyoroti vonis mati yang dijatuhkan kepada mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo atas kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Menurut Arsul, Ferdy Sambo masih berpeluang lolos dari hukuman mati karena vonis yang dijatuhkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) kemarin belum belum inkracht atau belum berkekuatan hukum tetap.
Advertisement
Baca Juga
Sebab Ferdy Sambo masih bisa melakukan upaya hukum lanjutan mulai dari banding hingga kasasi yang bisa memakan waktu hingga 3 tahun. Sementara KUHP yang mulai berlaku pada Desember 2026 menyatakan bahwa hukuman mati bisa berganti menjadi seumur hidup apabila 10 tahun berkelakuan baik.
“Jadi dalam konteks pidana matinya Pak Ferdy Sambo, tetep terbuka kemungkinan bahwa nanti perubahan menjadi pidana seumur hidup, karena sistem yang kita atur, yang kita tetapkan dalam KUHP kita,” kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (14/2/2023).
Arsul mengingatkan, KUHP dibuat atau diberlakukan bukan karena kasus Ferdy Sambo, melainkan sudah didebatkan sejak 7 tahun lalu.
“Harus dipahami bahwa KUHP ini tidak dibuat karena kasus Sambo. Karena ini kan sudah kita perdebatkan sejak 7 tahun yang lalu sebelum kasus itu ada,” kata politikus PPP ini.
Menurutnya, peluang mantan jenderal bintang dua Polri itu mendapat vonis seumur hidup masih ada. Tidak hanya Sambo, namun terpidana mati lain juga memiliki peluang yang sama.
“Iya betul (berpeluang hukuman jadi seumur hidup). Dan itu berlaku bukan hanya terhadap Pak Ferdy Sambo juga. Kan ada ratusan, 240-an kalau enggak salah terpidana mati yang bisa jadi juga akan mengalami perubahan, kecuali dieksekusi sebelum itu (KUHP baru) berlaku,” kata Arsul.
Vonis Mati Sambo, PN Jaksel Ingin Kembalikan Kepercayaan Publik
Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR Trimedya Pandjaitan menilai majelis hakim ingin mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan atas putusan yanag dijatuhkan terhadap Ferdy Sambo.
“PN Jaksel ingin membenahi dan mengembalikan rasa kepercayaan masyarakat terhadap dunia peradilan,” kata Trimed pada wartawan, Senin (13/2/2023).
Trimed berharap, vonis Sambo dan istrinya Putri Candrawathi adalah awal bahwa hukuman terdakwa lain yakni Kuat Ma’ruf dan Ricky Rizal ikut naik.
“Bagian dari pelaku pembunuhan Yosua itu (semoga) juga meningkat hukumannya,” kata dia.
Meski demikian, Trimed berharap hukuman Richard Eliezer turun dari tuntutan Jaksa selama 12 tahun.
“Kita berharap ada juga keberanian yang progresif agar Eliezer dihukum seringan-ringannya. Begitu. Jadi, sejajar. Jangan Eliezer ikut naik nanti. Tapi seringan-ringannya. Kan dia wistleblower,” katanya memungkasi.
Advertisement