Sepeda yang Dimodifikasi Temani Edi Dimyati Kampanyekan Minat Baca kepada Anak-Anak

Perpustakaan keliling menggunakan sepeda modifikasi telah dilakukan oleh Edi Dimyati sejak tahun 2017.

oleh Ika Defianti diperbarui 05 Mar 2023, 23:55 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2023, 07:30 WIB
Perpustakaan keliling di Ciracas, Jakarta Timur
Perpustakaan keliling Edi Dimyati, Kabaca, di Ciracas, Jakarta Timur. (Liputan6.com/Zulfikar Abu Bakar)

Liputan6.com, Jakarta - Berkeliling ke berbagai wilayah Jakarta adalah kegiatan Edi Dimyati setiap akhir pekan. Dia selalu menggunakan sepeda yang dimodifikasi dengan tambahan boks hitam bagian depan.

Itu bukan boks kosong, melainkan berisi buku-buku. Boks yang difungsikan sebagai rak itu biasanya dapat menampung sebanyak 80 judul buku.

Pagi itu, Sabtu 4 Maret 2023, Edi memulai dengan merapikan buku yang akan dibawanya. Tak lupa dia memompa ban sepedanya. Sekitar pukul 07.00 WIB Edi mulai mengayuh sepeda dari rumahnya di wilayah Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Kabaca, singkatan dari Kargo Baca, begitu Edi menamakan sepedanya, terus menyelusuri jalanan di Jakarta. Biasanya dia memilih berhenti di beberapa lokasi terbuka secara acak. Tempat bermain anak-anak, kegiatan keramaian, hingga taman, jadi tempat singgah Edi bersama Kabaca. Tak jarang, dia juga mendapat undangan dari berbagai sekolah.

Setelah beberapa menit mengayuh sepeda, bapak tiga anak itu memilih berhenti di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Cibubur berseri. Edi senang sekali, karena beberapa anak-anak sudah menunggu kedatangan Kabaca. Mereka pun antusias memilih buku bacaan yang dibawa Edi.

Edi sendiri punya trik untuk menarik perhatian anak-anak atas kedatangan Kabaca. Dia kerap menampilkan pertunjukan unik. Hal itu sebagai permulaan untuk pendekatan emosi sebelum memamerkan buku kepada anak-anak.

"Untuk awal biar emosinya deket dulu anak-anak itu biasanya saya hibur dengan permainan sulap, dongeng, atau dengan disediakan alat-alat bermain yang edukatif gitu. Itu salah satu daya pancing buat anak-anak mau dekat dengan buku," kata Edi kepada Liputan6.com.

Kegiatan berkeliling bersama Kabaca sudah mulai ditekuni alumni Universitas Padjajaran itu sejak tahun 2017 setelah memutuskan berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja. Perpustakaan keliling tersebut berawal dari keinginan Edi untuk memudahkan orang yang tempat tinggalnya jauh dari akses buku bacaan.

Edi bahkan pernah melakukan perjalanan selama 11 hari berkeliling di sejumlah kota di Jawa Barat bersama Kabaca. Kegiatan itu bertujuan untuk mengkampanyekan minat baca. Dalam perjalanannya itu Edi singgah di beberapa ruang publik setiap kota dan kabupaten. Dia juga pernah berkeliling wilayah Jawa Tengah.

Sebenarnya Edi sudah sejak Sekolah Dasar (SD) sudah memiliki kesenangan terhadap buku. Kemudian hobinya membaca dan mengoleksi buku tersebut mendorongnya untuk mendirikan taman baca.

 

Perjalanan Membuka Perpustakaan Permanen hingga Keliling

Perpustakaan keliling di Ciracas, Jakarta Timur
Perpustakaan keliling di Ciracas, Jakarta Timur. (Liputan6.com/Zulfikar Abu Bakar)

Awalnya Edi menginginkan buku pribadinya tersebut dapat diakses orang di luar keluarganya. Setelah menggelar taman baca di depan rumahnya, keinginan memiliki perpustakaan yang permanen diwujudkannya pada tahun 2010. Perpustakaan itu bernama Kampung Buku.

"Selain bikin perpustakaan yang menetap, Kampung Buku ini pengen juga buku-buku itu didekatkan lagi ke mereka yang rumahnya jauh. Maka lahirlah tadi perpustakaan bergerak namanya Kargo Baca. Jadi, perpustakaan yang bisa ada di mana-mana," ucapnya.

Kampung buku berdiri di atas tanah berukuran 115 meter persegi atas pemberian dari tetangganya. Lahan kosong tersebut akhirnya dibangun untuk menampung ratusan buku koleksinya. Lambat laun jumlah buku di perpustakaan terus bertambah.

Beberapa donatur sering kali mengirimkan buku. Saat ini buku yang ada di perpustakaan nya sudah berjumlah 4.500 judul buku. Jumlah tersebut di jual ratusan buku yang dikirimkan oleh Edi untuk taman baca rintisan di penjuru Indonesia.

Pertama kali dibuka lokasi tersebut hanyalah perpustakaan biasa. Namun berjalannya waktu Kampung Baca juga menyediakan tempat untuk tempat bimbingan belajar secara gratis. Pengunjungnya sangat beragam. Mulai dari balita hingga anak SD. Dari belajar membaca menulis hingga pembahasan pekerjaan sekolah.

Guru yang didatangkan merupakan kerja sama dari salah satu LSM pendidikan. Pengunjung di Kampung Buku memang sebagian besar anak-anak.

Berdasarkan pengalaman Edi membuka perpustakaan umum, sebenarnya ada faktor kenapa anak-anak enggan membaca buku. Yaitu kurangnya kualitas buku bacaan hingga aksesnya yang kurang. Sebab, keberadaan perpustakaan masih kurang di setiap wilayah.

"Ternyata, yang perlu ditekankan itu akses bukunya yang mesti ada. Jadi setiap daerah itu, kayaknya kualitas bacanya, bukunya ya, bukunya harus dibanyakin lagi. Dan titik-titik perpustakaan atau taman bacanya itu harus banyak," paparnya.

Edi juga mengharapkan nantinya semakin banyak perpustakaan atau taman baca di setiap RW. Harapan tersebut guna membantu pemerintah untuk meningkatkan budaya baca dari sejak dini. Apalagi mengingat sejumlah lokasi perpustakaan tingkat kota dan provinsi cukup jauh dari jangkauan.

"Jadi kalau kita mau mewujudkan taman baca atau perpustakaan agar dekat ke masyarakat ya harus dimulai dari kita sendiri sih karna siapa lagi," Edi menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya