Liputan6.com, Bandung - Gasing panggal, permainan tradisional asal Jawa Barat, kini semakin sulit ditemui, terutama di perkotaan. Dulu, permainan ini kerap dimainkan anak-anak di pedesaan.
Gasing panggal terbuat dari kayu atau tanah liat. Gasing panggal dimainkan dengan cara dililit tali lalu dilemparkan agar berputar.
Advertisement
Mengutip dari berbagai sumber, gasing panggal berasal dari masyarakat Sunda di Bogor dan sekitarnya. Permainan ini juga dikenal luas di kalangan masyarakat Betawi dengan nama serupa.
Advertisement
Baca Juga
Di berbagai daerah di Indonesia, gasing memiliki sebutan berbeda, seperti gangsing di Jawa Barat, pukang di Lampung, dan begasing di Kalimantan Timur. Meski namanya berbeda, cara bermainnya hampir serupa.
Permainan ini membutuhkan keterampilan tangan dan ketepatan gerak. Sebuah gasing dililit dengan tali, kemudian dilemparkan ke permukaan datar agar berputar.
Pemain berusaha membuat gasingnya berputar paling lama atau menjatuhkan gasing lawan dengan cara menyenggolnya. Kekuatan lemparan dan teknik melilit tali sangat menentukan kemenangan dalam permainan ini.
Â
Kayu Keras
Gasing panggal umumnya terbuat dari kayu keras seperti kayu nangka atau mahoni. Di daerah Betawi, ada juga gasing yang dibuat dari tanah liat.
Bagian tengah gasing ditancapkan paku sebagai poros putaran. Tali yang digunakan biasanya terbuat dari serat alami atau nilon yang kuat.
Seiring perkembangan zaman, gasing panggal semakin tersisih. Anak-anak lebih memilih gawai atau permainan digital yang lebih instan. Di perkotaan, hampir tidak ada lagi penjual gasing tradisional.
Gasing panggal adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang perlahan terlupakan. Jika tidak ada yang melestarikannya, permainan ini mungkin hanya akan menjadi kenangan.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
Advertisement
