Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi menanggapi soal buruknya kualitas udara di Ibu Kota. Dia ikut mendorong serta merekomendasikan adanya subsidi mobil listrik sebagai salah satu upaya penanganan buruknya kualitas udara.
Menurut Prasetyo, banyak program pemerintah yang saat ini memang mengarahkan masyarakat untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan bermotor berbahan bakar listrik.
Baca Juga
"Ya kita kan semua akan menuju kesitu ke mobil listrik, nah kita tetap berkampanye bagaimana masyarakat menggunakan mobil listrik," kata Prasetyo kepada wartawan, Selasa (20/6/2023).
Advertisement
Selain itu, Prasetyo juga menyarankan cakupan moda transportasi massa bagi masyarakat DKI Jakarta di perluas. Mengingat, kata dia Jakarta tercatat menjadi kota yang ditinggali banyak penduduk.
"Yang kedua transportasi massa juga lagi berjalan, ya mudah-mudahan kan nggak langsung tiba-tiba jadi kan lagi berjalan semua. Kan ada pembangunan MRT fase 2, nanti difase 3 nya, semuanya lagi berjalan," jelas dia.
Lebih lanjut, Prasetyo menilai agar penerapan moda transportasi massa di Jakarta efektif, dia mewanti-wanti Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk serius menerapkan aturan dan ketentuan.
"Dari situ baru penekanannya, aturannya ada mungkin jadi ERP (Electronic Road Pricing) karena Jakarta sebagai penunjang Bekasi, Bogor, Tangsel (Tangerang Selatan)," ungkap dia.
Pengaruh Emisi di Wilayah Penyangga Ibu Kota
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebut, buruknya kualitas udara di Jakarta tidak terlepas dari pengaruh emisi yang dihasilkan kawasan Industri di wilayah penyangga Ibu Kota.
Sub Koordinator Kelompok Pemantauan Lingkungan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH DKI Jakarta Rahmawati mengatakan, sumber emisi di suatu wilayah akan mempengaruhi daerah lain di sekitarnya.
"Karena adanya pergerakan polutan akibat pola angin yang membawa polutan bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain," ujar Rahmawati dalam keterangannya, Kamis 8 Juni 2023.
Menurut Rahmawati, adanya pergerakan polutan akibat embusan angin ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi polutan di lokasi tertentu. Dia menerangkan, permasalahan itulahyang juga terjadi di Jakarta, sehingga berimbas pada semakin memburuknya kualitas udara.
"Untuk polutan SO2 sumber terbesar itu sektor industri. Sedangkan untuk NOx, CO, PM10 dan PM2,5 didominasi oleh sektor transportasi," kata dia.
Tak hanya itu, dia menyatakan faktor musim kemarau juga membuat konsentrasi polutan di wilayah DKI Jakarta semakin meningkat. Di mana secara periodik kualitas udara di Jakarta mengalami peningkatan konsentrasi polutan udara pada Mei hingga Agustus.
Advertisement
Kelakar Heru Budi
Menanggapi hal ini, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, melempar candaan saat ditanyai solusi mengatasi buruknya kualitas udara di Ibu Kota. Dia berseloroh bakal meniup polusi dari kawasan industri yang menyumbang buruknya kualitas udara di Jakarta.
"Iya, saya tiup aja," kata Heru ditemui usai meninjau jalur pejalan kaki (Pedestrian) di kawasan Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Senin 12 Juni 2023.
Usai berkelakar, Heru bahkan tidak lagi melanjutkan upaya penanganan apa yang bakal dia lakukan untuk mengatasi permasalahan polusi udara yang ditimbulkan pada kawasan perindustrian.
Heru justru berfokus pada solusi menghadapi permasalahan polusi udara yang disebabkan dari kendaraan bermotor. Dia menyampaikan bakal mempercepat pengadaan kendaraan listrik yang memenuhi standar yang ada.
"Ya dipercepat motor listrik, mobil listrik terus bahan bakarnya yang memang memenuhi syarat. Ya harus semua pihak mengikuti lah," kata dia.