JPM Serambi Temu Dukuh Atas, Interkoneksi Antarmoda di Kawasan Dukuh Atas

PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ), anak perusahaan gabungan antara PT MRT Jakarta dan PT Transjakarta bertugas melaksanakan pengelolaan dan pengembangan kawasan berorientasi transit (KBT) atau transit oriented development (TOD) di sekitar stasiun MRT.

oleh Ika Defianti diperbarui 23 Jul 2023, 20:55 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2023, 20:55 WIB
FOTO: Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Jawa - Bali Diperpanjang
Warga keluar dari Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Jakarta, Kamis (21/1/2021). Untuk mencegah penyebaran virus COVID-19, pemerintah memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali selama 14 hari kedepan, mulai 26 Januari-8 Februari 2021. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ), anak perusahaan gabungan antara PT MRT Jakarta dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) bertugas melaksanakan pengelolaan dan pengembangan kawasan berorientasi transit (KBT) atau transit oriented development (TOD) di sekitar stasiun MRT.

Terdapat lima simpul transit yang akan dikembalikan dengan konsep TOD, salah satunya yaitu Dukuh Atas. Dalam konsep TOD tersebut nantinya masyarakat dapat beraktivitas campuran dalam satu wilayah.

Mulai dari tempat tinggal, berkantor, berbelanja, hingga melakukan aktivitas lainnya di sekitar stasiun. Untuk kawasan Dukuh Atas, saat ini tengah dirampungkan pembangunan jembatan penyeberangan multifungsi (JPM).

Dirut PT ITJ Yulham Ferdiansyah Roestam menyatakan, nantinya JPM yang diberi nama Serambi Temu Dukuh Atas itu akan menghubungkan warga dengan lima mode transportasi. Antara lain Transjakarta, MRT Jakarta, KRL CommuterLine, KA Bandara, dan LRT Jabodebek. Rencananya JPM tersebut akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 18 Agustus 2023.

"Anda bisa bayangkan, lima titik moda transportasi dimungkinkan orang untuk crossing satu sama lain dengan aksesibilitas yang dibangun di JPM," kata Ferdiansyah di kawasan Dukuh Atas, Rabu (12/7/2023).

Dia mengharapkan, JPM dengan panjang 215 meter tersebut dapat menjadi jawaban sebagai konektivitas masyarakat. Jembatan itu akan terbentang dari Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas yang melewati Waduk Setiabudi lalu Kanal Banjir Barat (KBB) dan menuju Stasiun KCI Sudirman bagian selatan.

Selain itu, JPM Serambi Temu terbagi menjadi tiga zona dengan luas area 4.500 meter persegi. Lalu kawasan itu juga akan memiliki banyak tenan meliputi UKM, retail, dan exhibition.

Masyarakat yang Transit di Kawasan Dukuh Atas Capai 10.000 orang

Warna-Warni Terowongan Khusus Pedestrian
Pejalan kaki melintasi terowongan khusus pedestrian di Jalan Kendal, Jakarta, Selasa (26/3). Terowongan tersebut difungsikan khusus untuk pedestrian serta menunjang konsep transit oriented development (TOD) Dukuh Atas serta moda transportasi MRT tersebut. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut Ferdiansyah, pembangunan fasilitas integrasi transportasi publik yang bagus dapat mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadinya.

"Semakin kita memanjakan orang dengan fasilitas yang bagus, maka semakin banyak orang yang akan mau menggunakan angkutan umum," ujar dia.

Sebab saat ini menurut dia, tanpa sadar masyarakat masuk dalam pola kepemilikan kendaraan pribadi selama bertahun-tahun. Bahkan usia produktif sekarang membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam sehari untuk pergi dan pulang dari tempat kerja.

Dampaknya, kata Ferdiansyah, masyarakat tidak memiliki banyak waktu untuk mengembangkan keahlian pribadi, kompetensi, dan sosialisasi. 

"TOD mencoba untuk mengubah dan menata kembali kawasan, reborn atau generate kawasan dengan basisnya adalah simpul-simpul transportasi. Di mana di dalam simpul-simpul transportasi itu orang bisa berkegiatan campuran. Bisa dikatakan ini adalah konsep yang baru diperkenalkan di Indonesia," paparnya.

Berdasarkan riset yang ada, Ferdiansyah menyebut kemauan dan kemampuan orang Indonesia untuk berjalan kaki sekitar 200 meter. Karena hal itu, JPM Dukuh Atas diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keselamatan saat transit.

"Salah satu case mengenai public transport, di mana akhirnya orang tidak menggunakan public transport adalah karena dia tidak bisa mengakses public transport dengan baik. Contohnya orang jalan kaki di pedestrian kesandung. Kemudian pedestrian-nya rusak, kemudian ada jalur yang tidak ditutup, dan banyak alasan lainnya. Akhirnya bikin orang males ke stasiun," sambung Ferdiansyah.

Dia menambahkan, dengan adanya konektivitas di kawasan Dukuh Atas jumlah orang untuk melakukan transit lumayan padat. Yaitu dilintasi 5ribu orang masing-masing saat jam sibuk.

Hal tersebut nantinya sejalan dengan prinsip TOD yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia menjadi lebih baik.

"Total traffic in-out yang terjadi di 6 jam (06.00-09.00 dan 17.00-20.00) itu sudah terjadi 10.000 traffic. Tematik ini melihat karakter masing-masing kawasan TOD," jelas Ferdiansyah.

Infografis MRT Era Baru Warga Jakarta
Infografis MRT Era Baru Warga Jakarta. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya