Liputan6.com, Jakarta - Harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan pembelian beras kini sudah dibatasi. Apa yang sebenarnya terjadi?
Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Amalia Adininggar Widyasanti buka suara mengenai penyebab kenaikan harga beras. Di satu sisi, produksi terus turun sejak Agustus 2023. Di sisi lain, konsumsi masyarakat terhadap beras tetap tinggi. Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga
Selain faktor produksi, harga beras naik juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan maupun pembatasan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama. Ini akibat inflasi, perubahan iklim, hingga El Nino, seperti India dan Vietnam. Beberapa negara penghasil utama beras dunia seperti Thailand, Vietnam dan India juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras.
Advertisement
Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas Arief Prasetyo Adi menyampaikan ada pembatasan pembelian beras di toko ritel modern. Masyarakat hanya bisa membeli 2-3 pack atau kemasan 5 kilogram dalam sekali transaksi. Sehingga mendapat 10-15 kg beras. Ini berlaku untuk beras SPHP Bulog. Sedangkan untuk beras komersial, tergantung dari kebijakan ritel masing-masing.
Situasi dan kondisi ini menimbulkan beragam tanggapan. Aksi penimbun beras menjadi sorotan. Menteri BUMN Erick Thohir berjanji memberantas para penimbun beras. Di sisi lain ada ajakan untuk tidak bergantung pada konsumsi beras. Mengingat masih ada sumber karbohidrat selain beras.
Apa saja yang menjadi pemicu kenaikan harga beras dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya? Apa alasan di balik pembatasan pembelian beras? Apa yang akan dilakukan kepada para penimbun beras, dan apa pula bahaya yang mengintai di balik konsumsi beras yang tinggi? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Advertisement