Liputan6.com, Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah digiatkan oleh pemerintah saat ini dinilai merupakan bentuk redistribusi yang produktif dalam ekonomi.
"Dalam kerangka Fiscal Prudence 2.0, sebuah pendekatan yang mencoba menyeimbangkan kedisiplinan fiskal dengan belanja publik yang mendorong pertumbuhan, program makan gratis bukanlah bentuk amal. Ini adalah bentuk redistribusi yang produktif," kata Pakar ekonomi dari Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, seperti dilansir Antara.
Baca Juga
Menurutnya, bahwa nutrisi pada masa pertumbuhan akan berpengaruh langsung pada kemampuan kognitif, kehadiran di sekolah, serta produktivitas tenaga kerja di masa depan.
Advertisement
Lebih dari itu, Chief Economist di Trimegah Sekuritas Indonesia tersebut juga mengungkap bahwa program MBG menjadi suntikan atau stimulus yang terarah, khususnya bagi rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Dalam kategori tersebut terdapat kecenderungan untuk membelanjakan setiap tambahan uang yang diterima sangat tinggi.
"Efek pengganda fiskal dari makan gratis bukanlah teori semata, ia nyata dalam bentuk aktivitas ekonomi lokal, pergerakan rantai pasok makanan, dan berkurangnya beban keuangan rumah tangga," menurut Fakhrul.
Â
Bangun SDM Indonesia
Sebelumnya, pemerintah Presiden Prabowo Subianto tengah mendorong MBG sebagai bagian dari upaya untuk membangun sumber daya manusia Indonesia, salah satunya dengan menekan angka stunting. Program itu sendiri sudah dimulai sejak Januari 2025, menyasar siswa-siswi usia sekolah, ibu hamil dan menyusui.
Ditargetkan mencapai 82,9 juta penerima manfaat, Badan Gizi Nasional memetakan dibutuhkan 30.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk menjangkau target tersebut. Dari jumlah itu, 1.542 SPPG rencananya didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sisanya lewat skema kemitraan.
Advertisement
