Novita Hardini nge-Spill Suka Duka Jadi Istri Pejabat di Open Mic Merdeka, Apa Saja?

Istri Bupati Trenggalek, Novita Hardini membeberkan suka dukanya selama menjadi pendamping seorang pejabat di Open Mic Merdeka beberapa waktu lalu.

oleh Nihel Rashiqa Rinaldo pada 22 Nov 2023, 17:57 WIB
Diperbarui 22 Nov 2023, 17:57 WIB
Novita Hardini.
Novita Hardini dalam Open Mic Merdeka. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Sebagian orang berpikir bahwa menjadi istri seorang pejabat sangat enak dengan banyaknya fasilitas, bahkan materi yang didapat. Namun, di balik kenyamanan fasilitas bahkan materi itu, peran ini sering kali membawa berbagai tantangan tersendiri. 

Berkaitan dengan itu, Istri Bupati Trenggalek, Novita Hardini membeberkan suka dukanya selama menjadi pendamping seorang pejabat di Open Mic Merdeka beberapa waktu lalu. Wanita kelahiran Jawa Timur ini menceritakan segala perjuangannya sebagai istri yang harus mengabdi, khususnya di daerah Trenggalek.

Alhamdulillah saya anak muda perempuan Jawa Timur punya kesempatan untuk membangun dan berbakti pada nusa bangsa,” bebernya.

Saat Cak Ipin dilantik sebagai Bupati Trenggalek, Novita masih berusia muda yakni 29 tahun. Di usia tersebut, ia pun bercerita bahwa masih tergopoh-gopoh dan tidak banyak mengerti istilah dalam bidang tersebut. 

“Masih banyak yang harus dipelajari. Apa lagi harus mengurus anggaran, mengatur jadwal, hingga memberikan pidato di hadapan banyak orang,” tuturnya.

“Namanya takdir kehidupan, kita harus syukuri ya. Apa lagi menjadi istri, ini tuh status yang mulia. Saya paham bahwa status saya sebagai istri bupati posisinya sangat strategis, strategis bagi mereka yang bercita-cita ingin menjadi simpanan pejabat,” celetuk Novita diikuti dengan tawa penonton.

Harus Jadi Panutan

Novita Hardini.
Novita Hardini dalam Open Mic Merdeka. (Foto: Istimewa)

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Trenggalek itu menuturkan bahwa sebagai perempuan dan pendamping kepala daerah diharuskan untuk menjadi panutan. 

“Terlepas dari usia, tujuan, dan keinginan pribadi, semua itu harus dikesampingkan ketika prioritasnya sudah beralih ke masyarakat,” tutur Novita.

Novita pun mengaku sangat sedih karena waktu yang diberikan untuk keluarga dan anak-anak sangatlah terbatas. Ia memiliki keinginan yang sama dengan orang tua di luar sana untuk mengantar-jemput anaknya setiap hari ke sekolah. 

“Sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan karena tuntutan pekerjaan yang padat. Selain waktu bersama keluarga, waktu untuk diri sendiri pun jarang didapatkan,” ujarnya.

“Kalau dulunya kerja itu jam 9-10 sudah selesai kerja, kalau sekarang nggak mengenal jam kerja. Jam 1, jam 2, jam 3 malam masih kerja, besoknya jam 6 sudah harus kerja lagi. Jadi nggak usah tanya Bu Novita resep dietnya apa, coba dijalani kayak begitu,” jelas Novita.

Dirinya pun menuturkan bahwa suaminya pernah menuliskan surat cinta. Surat itu berisi bahwa suaminya tidak akan mengambil uang bayaran sedikitpun sebagai wakil bupati.

“Lah terus saya pikir, susu anakku piye? Makeup-ku piye? Dan ini kadang tuh orang nggak tahu. Inilah yang menjadi salah satu tantangan saya di awal jabatannya. Lalu saya cuma punya pikiran kalau saya harus mendukung suami, saat itu caranya dengan berjualan jajanan di pasar Masjid Agung,” tutur Novita.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya