Liputan6.com, Jakarta - Gencatan senjata telah berakhir. Militer Israel memperluas serangan ke Jalur Gaza Selatan. Sebelumnya di Jalur Gaza Utara. Dunia pun prihatin.
Pasukan dan tank-tank Israel menerobos ke Gaza Selatan, setelah menguasai sebagian besar Gaza Utara. Mereka mengklaim dalam upaya melenyapkan milisi Hamas.
Hingga 5 Desember 2023, otoritas kesehatan Gaza mengumumkan, serangan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober lalu telah menewaskan 16.248 warga Palestina. Termasuk 7.112 anak-anak dan 4.885 perempuan. Tercatat 43.616 orang terluka dan 7.600 orang hilang.
Advertisement
Koordinator Bantuan Darurat PBB Martin Griffiths menuturkan operasi militer Israel di Gaza Selatan sama dahsyatnya dengan di Gaza Utara. Menciptakan kondisi bak kiamat dan mengakhiri segala kemungkinan operasi kemanusiaan yang berarti. Dia pun menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri pertempuran.
Militer Israel telah memberitahu orang-orang di bagian timur Khan Younis untuk pindah lebih jauh ke selatan, tepatnya ke Rafah, demi keselamatan mereka.
Direktur Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza Thomas White memperkirakan setengah juta orang akan mengungsi ke Rafah. Menurut dia, Rafah tidak akan mampu mengatasi peningkatan populasi sebanyak itu. Rafah biasanya memiliki populasi 280.000 jiwa, dan saat ini sudah menampung sekitar 470.000 pengungsi.
Bagaimana perluasan serangan militer Israel ke Gaza Selatan usai gencatan senjata berakhir? Seperti apa suara keprihatinan dunia atas pertempuran milisi Hamas dengan militer Israel? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Gencatan Senjata Berakhir, Militer Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan
Advertisement