Liputan6.com, Jakarta - Sore itu kedai kopi milik Rizal belum terlalu ramai. Hanya tampak satu pelanggan dengan laptop di hadapannya dan ditemani secangkir kopi. Di kedai Rizal, bangku yang disediakan juga tak banyak layaknya kedai kopi lain di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Sebagai orang yang telah terjun dalam dunia makanan minuman sejak muda, Rizal memang memiliki mimpi memiliki kedai kopi yang berlokasi di rumahnya. Membumi Kopi, kedai milik Rizal memang hanya memanfaatkan taman di depan rumah saja.Â
Baca Juga
Kedai kopinya hanya berukuran kurang lebih 1 x 2 meter. Bahkan hanya cukup untuk satu orang barista dan dampingi sejumlah peralatannya. Seperti timbangan, kettle, grinder, hingga beragam alat seduh kopi.Â
Advertisement
Sedangkan bangku dan meja untuk pelanggan disesuaikan dengan sangat minimalis menempel pada ruangan barista. Kedai kopi yang sudah mulai beroperasi sejak dua tahun lalu itu memang mengusung konsep slow bar.Â
"Jadi setelah resign dari kerja langsung buat kedai ini dengan adik saya. Alasannya ya karena satu keluarga memang pecinta kopi, dan beberapa saudara juga punya kedai kopi di daerah Jakarta," kata Rizal kepada Liputan6.com.
Konsep slow bar, kata Rizal membantunya untuk berinteraksi dengan para pelanggan. Banyak cerita dan pengalaman yang dibagikan oleh para pelanggan. Kata dia, hal tersebut yang tak pernah didapatkannya selama ini.Â
Para pelanggan di Membumi Kopi juga sangat bervariasi. Mulai dari anak muda hingga para orang tua. Dari para pecinta kopi, berbagai barista, hingga orang yang ingin mengetahui lebih soal kopi.
Menu yang ditawarkan Rizal sebenarnya tak terlalu banyak. Ada juga beberapa minuman hasil kreasinya antara kopi original dengan beberapa rempah. Rizal menyebut kopi yang digunakan di kedainya merupakan lokal dari beberapa wilayah di Indonesia.
"Paling banyak yang dipesan sebenarnya ya manual brew. Tapi ada juga dengan menu kreasi kami, bahkan ada satu keluarga dari Cikarang yang setiap pekan sekali ke sini untuk menikmati menu di sini," ucapnya.
Sebagai pecinta kopi, sebelum membuka kedai kopi Rizal mengaku telah ikut kelas barista selama dua pekan. Bahkan sebelum membuka kedai dia juga seringkali menikmati kopi buatannya sendiri.
Slow Bar Kopi Menggunakan MotorÂ
Cerita yang sama juga disampaikan Andi Rahman, pemilik Street Cup Coffee. Berawal dari pecinta kopi sejak 2014 dan memiliki bisnis mengenai kopi akhirnya dia mendirikan kedai kopi. Bahkan sejak akhir tahun 2022, Andi juga menjalankan slow bar menggunakan sepeda motor miliknya.
Beberapa kali Andi memang sering dipanggil untuk take over bar di sejumlah kedai kopi. Istilah take over merujuk pada suatu kedai kopi yang mendatangkan barista dari kedai kopi lain sebagai tamu. Yaitu untuk bergabung untuk menyeduh kopi di kedai lain.
Biasanya, saat take over, Andi menggunakan alat dari kedai yang mengundang. Namun karena ingin tampil beda, dia menggunakan alat tersendiri.
"Alangkah baiknya kenapa kita enggak bawa panggung sendiri, biar lebih unik, biar orang lebih tertarik gitu dengan motor klasik, dengan alat yang cukup mumpuni, kita hasilkan kopi yang terbaik, why not gitu," kata Andi kepada Liputan6.com.
Sering kali Andi menggunakan sepeda motornya untuk berkeliling untuk memperkenalkan kopi kepada masyarakat. Beberapa kali dia berhenti di pinggir jalan dan menarik perhatian orang.Â
Untuk orang yang tidak paham penyajian kopi, biasanya Andi menjelaskannya di awal. Bahwa penyajian kopi miliknya manual dan membutuhkan waktu beberapa menit. Sekitar 7 sampai 10 menit.
"Ya udah biasanya sambil menyajikan kopi sambil ngobrol-ngobrol. Biasanya costumer bertanya perihal biji kopi hingga berbagai teknik proses pembuatan kopinya," dia menjelaskan.
Konsep Penyajian Kopi Manual Digemari Masyarakat?
Kafe, kedai kopi saat ini tidak terpisahkan dengan kehidupan anak muda perkotaan. Berbagai macam konsep kedai kopi ditawarkan kepada masyarakat. Misalnya dengan slow bar kafe.Â
Seperti halnya, Fery Sandria yang hampir setiap hari mendatangi kedai kopi dengan konsep slow bar. Fery menjadi pecinta kopi dengan penyajian manual sejak 2021. Awalnya dia suka dengan kopi latte. Namun setelah beberapa kali melihat proses penyajian kopi secara manual dia menjadi lebih tertarik.
"Oh ada cara teknik pembuatannya, teknik grinder gimana, mainin suhu berapa, gimana cara muncul rasanya itu menjadi perbedaan dengan coffe shop, oh ternyata beda ya kopi kemasan sama kopi manual teknikal," kata Fery kepada Liputan6.com.
Pegawai swasta ini mengaku memiliki kopi favorit saat mengunjungi slow bar. Yaitu Japanese iced kopi. Dengan datang ke slow bar, dia mengaku pengetahuannya mengenai kopi terus bertambah. Apalagi dengan konsep slow bar mendekatkannya pelanggan dengan para barista dan pemilik kedainya.Â
Bahkan kata Fery, dengan konsep slow bar bersama barista atau pemilik kedai dapat membahas lebih dalam soal kopi ataupun hal-hal lainnya. Sedangkan hal seperti itu tidak pernah dirasakannya saat datang ke fast bar.
"Kita bisa saling sharing tentang hal kopi bisa konten bisa bicara langsung sama owner, awalnya buta kopi setelah nongkrong di slow bar ini mendapatkan wawasan lebih tentang kopi dari beansnya yang berbagai macam. Pokoknya slow bar dapat ilmunya," papar dia.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Al Malik Asyraf, mahasiswa di Kota Tangerang. Hal yang menjadikan slow bar menjadi lokasi yang dituju yaitu karena berbagai obrolan kopi dengan sanga barista.
Saat mendatangi slow bar, Asyraf mengaku mendapat pengetahuan baru mengenai kopi. Karena kopi yang digunakan di berbagai slow bar seringkali berbeda. Lalu dapat melihat secara langsung cara penyajian kopinya.
"Di slow bar bisa pesen melihat penyeduhnya bisa sharing dengan barista dengan pengetahuan kopinya," kata Asyraf kepada Liputan6.com.
Sebenarnya Apa Itu Konsep Slow Bar?
Co-founder Barista Indonesia, Haris Setiadi menyebut konsep slow bar saat ini cukup digemari masyarakat dan saat ini menjadi tren tersendiri. Istilah slow bar cafe kata dia lebih menekankan pada penyajian kopi secara terperinci dan perlahan.Â
Sebab penyeduhan kopi menjadi perhatian tersendiri oleh para penikmat kopi. Konsep ini memang berbeda dengan kedai pada umumnya. Di mana kopi yang diseduh sangat banyak dan disajikan dengan cepat.Â
Pada konsep slow bar, proses penyajian secangkir kopi dianggap sebagai sebuah hal yang unik dengan berbagai teknik dan perhitungan tersendiri. Bahkan setiap kedai kopi slow bar akan memiliki karakteristik rasa yang khas.
"Kalau untuk saat ini, slow bar itu lebih (proses) membuat racikan kopi, yang punya intensitas ngobrolnya lebih padat. Karena di situ ada share untuk sumber bahan bakunya seperti apa, terus cara menyeduhnya seperti apa, dan akhirnya di situ interaksi ngobrolnya itu bisa lebih lama antara penyeduh (barista) dan yang berkunjung," kata Haris kepada Liputan6.com.
Haris menyebut pada konsep slow bar, pada umumnya menu yang dihadirkan yaitu manual brew atau penyajian kopi hitam tanpa gula tanpa mesin hingga espresso. Untuk espresso dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis minuman.
"Bisa dikembangkan menjadi minuman cappucino atau latte. Dengan bahan baku yang bisa diceritakan, akhirnya si customer atau pengunjung punya experience nih terhadap produk yang diminumnya. Akhirnya timbul obrolan yang menarik, entah cara seduhnya kayak gimana, beans-nya ini ceritanya seperti apa," ucapnya.
Advertisement
Apa Perbedaan Antara Slow Bar dan Fast Bar Kopi?
Haris menyebut ada perbedaan antara slow bar dan fast bar kafe. Salah satunya yaitu produk yang disajikan. Untuk slow bar produk yang ditampilkan tidak terlalu banyak. Sedangkan fast bar menu yang disajikan lebih banyak variasinya.Â
Untuk lokasinya juga berbeda. Biasanya fast bar kan lebih ramai pengunjung daripada slow bar. Sehingga kesempatan untuk mengetahui lebih banyak mengenai kopi pun sangat sulit didapatkan.
"Biasanya juga (fast bar) suasananya pun pastinya ramai, terus pendukung kayak WiFi segala macam itu sudah pasti ada karena harapan customer dia datang ya pengen kerja, pengen ngobrol, terus menu makanan, minumannya pun juga banyak," ucapnya.Â
Kemudian untuk slow bar biasanya juga melakukan sejumlah modifikasi mengenai menunya dari hasil riset sang barista. Lalu, slow bar juga identik dengan tempat yang tidak terlalu besar. Bahkan ada yang hanya menggunakan teras atau taman rumahnya.
Untuk pelanggan, perbedaan mendasar dari konsep slow bar dan fast bar yaitu dari obrolannya. Konsep slow bar akan terjadi kedekatan komunikasi antara pelanggan dan barista. Mulai dari pembahasan soal kopi hingga yang sedang ramai di masyarakat.
"Kunci utama slow bar adalah mengedepankan komunikasi dari si barista kepada customernya. Karena si barista itu harus benar-benar menguasai produk yang dia buat, mulai dari cerita bahan baku ini dari mana, diproses sama siapa, terus masuk ke dalam packaging itu siapa yang proses, mungkin roasternya," kata Haris.
Dan akhirnya dari kebun, punya komunikasi kepada pemroses, dari pemroses punya komunikasi juga dengan roasternya. Dan si roasternya punya komunikasi pada si barista. Akhirnya bahan baku yang tadi diceritakan itu benar-benar sudah teruji ceritanya. Itu yang menarik di slow bar," sambung dia.
Konsep slow bar pada kedai kopi saat ini makin mudah ditemukan di perkotaan. Slow bar merupakan konsep yang menempatkan atau fokus pada proses manual dalam penyajian kopi. Konsep yang disajikan berbeda dengan layanan cepat di kedai kopi biasa.
"Slow bar itu menikmati kopi secara perlahan. Tapi biasanya cenderung (pengunjung) kita dapat experience lebih, seperti kita dapat cerita tentang kopinya apa, varietasnya apa, prosesnya apa, lebih detail," kata barista dan pemilik Street Cup Coffee, Andi Rahman kepada Liputan6.com.
Kelebihan utama dari konsep slow bar ini merupakan adanya pendekatan yang lebih terperinci terhadap kualitas kopi oleh barista kepada pelanggan. Konsep slow bar kata Andri tidak hanya tentang minun kopi namun juga tentang memahami cerita soal kopi yang disajikan.
Biasanya kedai slow bar menggunakan beberapa jenis biji kopi. Kemudian pelanggan dapat memilih berbagai pilihan yang tersedia. Setiap kedai biasanya memiliki ciri khas tersendiri dari secangkir kopi yang disajikan.
Seorang barista pada slow bar kata Andi akan memperhatikan setiap detail proses penyeduhan kopi. Mulai dari proses ukuran gilingan kopi, suhu air, waktu penyeduhan, hingga teknik yang digunakan.
"Jadi pengalaman yang tidak didapatkan di coffee shop (lain) itu adalah kopi ini berasal dari mana, kenapa rasanya seperti ini, itu banyak cerita yang bisa terjadi di situ. Sedangkan kalau di coffee shop kita cuma pesan kopi, dapat kopi, udah nikmatin aja tanpa kita tahu prosesnya sejauh apa dari hulu ke hilirnya," ucapnya.
Andi menyebut terdapat karakteristik pelanggan yang datang ke kedai kopi slow bar. Biasanya cenderung orang-orang penikmat kopi yang membutuhkan pengalaman dari secangkir yang dinikmatinya. Kemudian para pelanggan yang ingin mengetahui secara dalam mengenai kopi hingga teknik proses pembuatannya.
Karena hal itu, barista pada kedai slow bar dituntut untuk mengetahui dan paham mengenai cara penyeduhan hingga pengenalan kopi yang digunakan.
"Dari situ banyak faktornya tuh. Minimal mereka tahu apa yang mereka jual dan mereka pelajari apa yang mereka jual, dan tahu cara membuatnya yang terbaik untuk di jual," ujar dia.
Syarat Menjalankan Kedai Kopi dengan Konsep Slow Bar
Haris menyebut terdapat sejumlah syarat barista jika ingin menjalankan kedai kopi dengan konsep slow bar. Syarat utamanya, barista tersebut harus suka kopi dan memiliki skill hingga pengetahuan yang luas.
"Dia harus paham terhadap kopi yang disajikan karena akan banyak pertanyaan tentang si produknya ini. Jadi ya harus sempurna dalam menyajikan atau membuat kopinya," ucap dia.
Lalu syarat kedua, barista tersebut memahami alat-alat yang digunakan dalam proses penyajian kopi. Kemudian barista tersebut harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebab sang barista dituntut dapat menjelaskan atau mampu menceritakan proses hingga kopi yang digunakan.
"Artinya ini lho produk yang saya tawarkan, ketika customer minum dia akan merasakan pengalaman pertamanya minum kopi. Punya cerita dalam minum kopinya itu. Enggak sekadar minum kopi, tapi ada cerita di secangkirnya itu. Entah itu cerita tentang kopi, cerita tentang kerjaan, cerita tentang hobi, ternyata satu komunitas dulunya, atau itulah banyak cerita di secangkir kopi," papar dia.
Sementara itu, Haris juga menyebut seorang barista yang akan membuka slow bar harus dapat mengekspresikan dirinya terhadap apa yang dia lakukan. Yaitu mulai dari komunikasinya, bahan baku yang digunakan.
"Dia cari bahan baku sendiri mungkin, dia bisa berkenalan langsung dengan processor, dia bisa berkenalan langsung dengan roaster. Artinya kreativitas itu memberikan nilai lebih terhadap produknya," jelas dia.
Kopi Indonesia Masuk Terpopuler di DuniaÂ
Sebelumnya, kekayaan gastronomi Nusantara telah mendapat tempat spesial, tak hanya dari orang Indonesia tetapi juga kancah dunia. Setidaknya ada empat minuman kopi Indonesia yang masuk dalam daftar kopi terpopuler di dunia versi TasteAtlas.
Berdasarkan data yang dirilis TasteAtlas pada Jumat, 15 September 2023, minuman kopi Indonesia ada dalam jajaran 50 besar. Minuman pertama adalah kopi tubruk yang ada di posisi ke-21.
"Kopi tubruk yang kental dan kaya rasa adalah kopi terpopuler di Indonesia. Ini melibatkan persiapan sederhana di mana air mendidih atau panas dicampur dengan kopi bubuk halus atau sedang. Kombinasi tersebut diaduk hingga tercampur rata, lalu didiamkan selama beberapa menit hingga bubuk kopi mengendap di dasar cangkir," bunyi keterangan TasteAtlas.
Laman ini menambahkan bahwa, "Meski gula bersifat opsional, kebanyakan orang memilih untuk mempermanis kopi dengan mencampurkan gula dengan bubuk kopi, sebelum ditambahkan air."
TasteAtlas menjelaskan cara penyajian ini diyakini diperkenalkan oleh para pedagang dari Timur Tengah. Hal tersebut dikarenakan cara pembuatan dan kopinya sangat mirip dengan Turkish coffee.
Selanjutnya adalah kopi luwak yang ada tepat di bawah kopi tubruk, yakni peringkat ke-22. TasteAtlas menulis bahwa kopi luwak Indonesia sering disebut-sebut sebagai kopi termahal di dunia.
Berlanjut dengan kopi ginseng yang ada di posisi ke-38. Disebutkan bahwa minuman kopi ini memadukan kopi dengan ginseng, akar yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional China selama berabad-abad.
"Asal-usulnya masih sulit dipahami, namun campuran pertama yang layak secara komersial diproduksi dan dipasarkan pada 1994 di Indonesia oleh perusahaan Citra Nusa Insan Cemerlang. Kombinasi ini menjadi populer di berbagai belahan dunia, khususnya di Italia, yang disajikan di sebagian besar kafe," terang TasteAtlas.
Tak ketinggalan, Kopi Joss juga masuk daftar dan menduduki posisi ke-42. Minuman kopi ini berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta.Â
Advertisement