Berburu Ambulans untuk Warga Gaza di Negeri Firaun

Kebutuhan akan ambulans sangat mendesak di Gaza, khususnya di Gaza bagian utara yang banyak dibombardir oleh pasukan Israel.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 14 Jan 2024, 18:28 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2024, 17:54 WIB
Dalam ambulans yang diproduksi di Mesir untuk dikirim ke Gaza, Palestina
Dalam ambulans yang diproduksi di Mesir untuk dikirim ke Gaza, Palestina. (Liputan6.com/Luqman Rimadi)

Liputan6.com, Jakarta Kesibukan terlihat di sebuah gudang perusahaan karoseri ambulans di Kota Giza, 30 kilometer dari Ibu Kota Mesir, Kairo. Hesham, sang penanggung jawab karoseri ini, mengaku harus menyelesaikan sejumlah pesanan ambulans untuk segera dikirimkan ke Gaza, Palestina. 

Suasana Gaza yang makin mencekam dan banyak memakan korban imbas invasi brutal Israel menjadi penyebabnya. 

"Suasana Gaza saat ini mengerikan. Banyak korban berjatuhan. Selain makanan, tempat tinggal sementara dan air bersih. Mereka sangat membutuhkan bantuan medis," ucap Heshaam, yang berada dalam perusahaan asal Turki, Medics, saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu, 13 Januari 2024. 

Di gudang perakitan ambulans itu, tersedia beberapa merek kendaraan berbadan besar yang biasa digunakan. Baik kendaraan dari Cina, Jepang, hingga pabrikan Eropa menjadi opsi berbagai organisasi kemanusiaan dari beragam negara yang hendak menyalurkan bantuan. 

Organisasi-organisasi itu datang dari Inggris, Turki, Malaysia, hingga Indonesia. 

Dia mengatakan, harga satu unit ambulans bermacam-macam sesuai dengan ukuran, spesifikasi dan merek ambulans tersebut. Menurut Hisyam, perusahaannya sudah berbisnis ambulans sejak sebelum perang. 

"Harga ambulans yang kami tawarkan sekitar 40 ribu-80 ribu USD. Itu sudah termasuk ongkos antar ke Gaza," kata dia. 

Layaknya kendaraan medis standar, ambulans tersebut juga dilengkapi dengan tabung oksigen, kotak pertolongan pertama, tempat tidur, sejumlah tempat alat medis, hingga mesin pompa sunction. Pompa ini  biasanya dibutuhkan dokter atau tim medis untuk mengisap cairan yang tidak dibutuhkan dalam tubuh pasien.

Hesham mengatakan, pihaknya bakal mengantar langsung pemesanan ambulans dari pemesan ke Gaza Palestina, melalui Bulan Sabit Merah Mesir dan Kementerian Kesehatan. 

"Kami mengantarkan langsung ke Gaza, dan nanti dari pihak Palestina yang menyalurkan ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza," kata dia. 

 

Sangat Mendesak

Hashem mengatakan, selama perang ini, pihaknya sudah menyalurkan 30 lebih unit ambulans ke Gaza. Menurut dia, kebutuhan akan ambulans mendesak di Gaza, khususnya di Gaza bagian utara yang banyak dibombardir oleh pasukan Israel. Terlebih, banyak juga ambulans yang hancur dan rusak karena menjadi serangan bom. 

"Sangat-sangat mendesak. Kita seperti berkejaran dengan waktu. Mereka butuh alat-alat kesehatan, ambulans untuk mengevakuasi korban dan juga tentunya tenaga medis," kata dia.

Sementara itu, Ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) M Djazuli Ambari Djazuli, yang menjadi salah satu pemesan ambulans hasil donasi masyarakat Indonesia mengatakan, ambulans menjadi kendaraan medis yang kebutuhannya sudah amat darurat.

“Banyak ambulans di Gaza yang hancur karena dibom Israel. Karena itu kita ingin kirim kendaraan tersebut. Ambulans dibutuhkan untuk keperluan evakuasi pasien gawat darurat,”ujar Djazuli. 

 

Juga Salurkan Obat-obatan

Djazuli mengatakan, pengiriman bantuan tersebut merupakan buah kerja sama BSMI dengan lembaga filantropi di Indonesia yang berdomisili di Jawa Barat, Wakaf Salman. 

Djazuli menjelaskan, pihaknya akan mendistribusikan ambulans tersebut dengan tepat sasaran. "Penyaluran bantuan bekerja sama dengan Bulan Sabit Merah Mesir sehingga bisa sampai ke Gaza,” jelas dia. 

Selain ambulans, Djazuli mengatakan menyumbangkan obat-obatan. Dalam waktu dekat, pihaknya akan langsung mengunjungi gudang obat-obatan dan alat kesehatan yang berlokasi di Badr City, Kairo.

"Kebutuhan tersebut juga mendesak karena banyak rumah sakit yang sudah kehabisan obat darurat terutama untuk operasi. Ada berbagai jenis obat yang akan kita antarkan ke Gaza, seperti anastesi, pereda nyeri," Djazuli menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya