Imigrasi: Kebijakan Visa on Arrival Bakal Dievaluasi, Imbas Banyak WNA Overstay

Kebijakan Visa on Arrival sering disalahgunakan bagi mereka yang tidak bertanggungjawab.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 02 Jun 2024, 12:01 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2024, 11:32 WIB
Silmy Karim
Direktur Jenderal Imigrasi Silmy Karim (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Visa on Arrival atau VoA memudahkan warga negara asing mendapatkan izin tinggal di suatu negara untuk keperluan singkat. Tidak terkecuali di Indonesia. Namun demikian, kebijakan tersebut sering disalahgunakan bagi mereka yang tidak bertanggungjawab.

Direktur Jenderal Imigrasi Silmy Karim menekankan bahwa imigrasi melakukan pengawasan dan penindakan secara teratur. Selama periode Januari - Mei 2024 tercatat total 91 orang WNA yang telah ditindak khusus di wilayah kerja Kantor Imigrasi Ngurah Rai saja.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 56 orang overstay, sedangkan 35 lainnya tidak taat aturan. Dirinya juga meminta agar jajaran imigrasi segera melakukan operasi yang lebih besar secara berkala.

Oleh karena itu, Silmy menegaskan akan menggalakkan pengawasan dan melakukan evaluasi pemberian visa on arrival untuk warga negara tertentu yang banyak membuat masalah.

“Kita harus menjaga agar hanya pelintas yang berkualitas yang datang ke Indonesia,” kata Silmy dalam keterangan pers diterima, Minggu (2/6/2024).

Sementara itu, berdasarkan laporan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai, sebanyak 24 warga negara asing (WNA) karena tinggal melebihi izin batas (overstay). Mereka diciduk usai adanya laporan masyarakat yang masuk, kemudian Tim Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Inteldakim) Imigrasi Ngurah Rai kemudian melakukan patroli keimigrasian pada Selasa (28/5/2024) di kawasan Legian Kuta.

“Kami menerima pesan WhatsApp dari masyarakat yang melaporkan adanya WNA yang diduga overstay dan melakukan penipuan. Setelah dilakukan penyelidikan dan pengecekan pada SIMKIM (Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian) tentang identitas dan lokasinya, kami bergerak untuk melakukan penanganan lebih lanjut”, kata Kepala Kantor Imigrasi Ngurah Rai, Suhendra.

Suhendra menjelaskan, dari hasil patroli, mereka diamankan adalah tiga warga negara Nigeria berinisial ACP (Lk, 23), FEO (Lk, 33), dan OIC (Lk, 35). Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa ketiga WNA tersebut telah overstay lebih dari 60 hari.

“Mereka langsung dibawa ke Kantor Imigrasi Ngurah Rai,” jelas Suhendra.

Pengawasan

Selain warga Nigeria, Tim Inteldakim juga melakukan pengawasan lanjutan, pada Rabu (29/5) yang juga mengamankan 21 warga negara asing, mereka terdiri dari 19 warga Nigeria, 1 warga Ghana dan 1 warga Tanzania. Mereka diketahui telah overstay dan sembilan di antaranya tidak dapat menunjukkan dokumen perjalanan (paspor).

“Berdasarkan Pasal 78 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, WNA yang overstay akan dideportasi serta dicekal. Namun, apabila pada saat dilakukan pendalaman mereka terbukti melakukan pidana, maka akan kami lakukan projustitia,” tambah Suhendra.

Suhendra memastikan, dalam pelaksanaan fungsi pengawasan keimigrasian, unit pelaksana teknis imigrasi di seluruh Indonesia rutin melakukan operasi yang dikoordinasikan langsung oleh Direktorat Jenderal Imigrasi melalui Direktorat Pengawasan dan Penindakan.

“Beberapa operasi pengawasan keimigrasian tersebut antara lain operasi Bali Becik, operasi Jagratara dan operasi gabungan (opsgab),” Suhendra menandasi.

Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara
Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya