Studi: Peningkatan Angka Kejahatan di Jerman Tidak Terkait dengan Kebijakan Imigrasi

Studi ini dikeluarkan oleh Institut Ifo terkait kolerasi kejahatan Jerman dengan kehadiran para pengungsi.

Diperbarui 28 Feb 2025, 11:07 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2025, 11:07 WIB
Ilustrasi Bendera Jerman
Ilustrasi Bendera Jerman yang beri bantuan dana hibah untuk ASEAN terkait kesehatan imbas Covid-19. (Pixabay/tvjoern)... Selengkapnya

, Berlin - Sebuah studi terbaru dari salah satu lembaga kebijakan ekonomi terkemuka menegaskan bahwa lonjakan kejahatan yang terjadi di Jerman tidak berhubungan dengan migrasi, terlepas dari perdebatan politik yang berlangsung.

Imigran atau pengungsi di Jerman tidak memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan kejahatan dan tidak ada korelasi antara proporsi imigran di distrik tertentu dan tingkat kejahatan lokal. Analisa tersebut diambil dari statistik kejahatan Jerman terbaru yang dilakukan oleh Institut Ifo, dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat  (28/2/2025).

Lembaga yang berbasis di München itu menganalisis statistik kejahatan nasional terbaru dari 2018 hingga 2023 dan menghubungkannya dengan data di beberapa lokasi terpilih. Lewat studi ini, mereka menunjukkan bahwa meskipun imigran sering muncul dalam statistik kejahatan, hal itu sebenarnya tidak berhubungan dengan negara asal mereka.

Para migran biasanya tinggal di daerah perkotaan, di mana penduduknya lebih padat, kehidupan malam lebih ramai, dan lebih banyak orang yang beraktivitas di ruang publik sepanjang hari. Akibatnya, tingkat kejahatan di area tersebut memang cenderung lebih tinggi, baik yang melibatkan warga Jerman maupun orang asing. Singkatnya, distrik dengan kejahatan yang tinggi di kalangan imigran juga punya tingkat kejahatan tinggi secara umum, termasuk di antara warga Jerman.

"Tempat-tempat tersebut meningkatkan risiko adanya pelaku kejahatan di antara penduduk, terlepas dari kewarganegaraannya, karena infrastruktur, situasi ekonomi, kehadiran polisi, atau kepadatan penduduk," menurut penelitian tersebut.

Para peneliti juga menemukan alasan lain kenapa imigran lebih sering muncul dalam statistik kejahatan: mereka umumnya berusia muda dan lebih banyak laki-lakinya dibanding penduduk lokal.

Tapi menurut para peneliti, faktor ini kurang berpengaruh.

 

Promosi 1

Bertentangan dengan Narasi Populis yang Berkembang di Jerman

Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)... Selengkapnya

Isu keterlibatan imigran dalam kasus-kasus kejahatan sering menjadi bahan kampanye politik, terutama pada momentum pemilu saat ini. Dalam debat Bundestag baru-baru ini tentang pembatasan imigrasi, Friedrich Merz, kandidat kanselir dari partai konservatif CDU, bahkan mengklaim bahwa "pemerkosaan berkelompok terjadi setiap hari di lingkungan pencari suaka."

Pernyataan itu sejalan dengan narasi yang sering disebarkan oleh Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), partai sayap kanan ekstrem. Pada awal Februari, Beatrix von Storch dari AfD, dalam wawancaranya dengan penyiar publik Jerman ARD, mengatakan bahwa "setiap hari ada dua pemerkosaan berkelompok, sepuluh pemerkosaan biasa, dan 131 kejahatan kekerasan yang semuanya dilakukan oleh imigran, terutama dari Suriah, Afghanistan, dan Irak, berdasarkan data rata-rata pada enam tahun terakhir."

"Statistik kejahatan kita meroket. Kejahatan di kalangan orang asing, kejahatan anak muda, kekerasan migran juga meroket," kata salah satu pemimpin AfD dan kandidat kanselir Alice Weidel pada tahun 2024. "Pemerkosaan meningkat, kejahatan melibatkan penggunaan pisau meningkat hingga 15.000 kasus pada tahun lalu."

Angka-angka tersebut ternyata keliru dan telah dibantah oleh tim pemeriksa fakta media.

Banyaknya serangan yang melibatkan orang-orang berlatar belakang imigran di München, Aschaffenburg, dan Magdeburg memang memicu munculnya narasi ini. Namun, studi statistik justru menunjukkan gambaran yang sangat berbeda.

"Bahkan untuk kejahatan kekerasan seperti pembunuhan atau penyerangan seksual, studi ini tidak menemukan adanya korelasi statistik dengan meningkatnya jumlah orang asing atau pengungsi," kata para peneliti ifo.

 

Bukan Temuan yang Baru

Beri Hormat ala Nazi, Turis Ini Ditangkap Saat Wisata di Jerman
Ilustrasi Bendera Jerman (pixabay.com)... Selengkapnya

Temuan ini sejalan dengan konsensus akademis. "Temuan ini sebenarnya bukan hal baru," kata salah satu penulis studi, Jean-Victor Alipour, kepada DW. "Ini hanya menegaskan kembali apa yang sudah terbukti, bukan hanya di Jerman, tapi juga di banyak negara lain: tidak ada hubungan sistematis antara imigrasi dan kriminalitas."

Menurut Dirk Baier, profesor di Institut Kriminologi dan Pencegahan Kejahatan di Universitas Sains Terapan Zurich ZHAW, keunikan studi ini terletak pada fokusnya terhadap perbedaan regional dan data lokal yang memperkuat kesimpulan serupa.

"Hingga kini, sebagian besar studi didasarkan pada survei, di mana kami menanyakan kepada anak muda tentang perilaku kriminal yang mereka perbuat. Namun, dalam studi ini, para peneliti menggunakan data kriminal dari seluruh 400 distrik di Jerman dan menganalisis korelasinya,” kata Baier, yang tidak terlibat dalam laporan tersebut, kepada DW.

Dengan adanya data ini, para peneliti ifo menyatakan bahwa mereka telah menghasilkan analisis yang "lebih adil" dengan membandingkan demografi antar distrik. Studi ini juga mengungkap kesenjangan antara persepsi masyarakat tentang komunitas imigran dan realitas yang sebenarnya.

"Itu bukan hanya soal kriminalitas, tapi juga bagaimana tingkat pendidikan imigran sering dipandang rendah, sementara jumlah mereka justru dilebih-lebihkan," kata Alipour. "Dalam banyak hal, imigrasi dipandang lebih negatif daripada apa yang sebenarnya ditunjukkan oleh data."

Ada banyak faktor yang bisa menjelaskan hal ini, kata Alipour, merujuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa media cenderung lebih sering melaporkan kejahatan yang melibatkan imigran dan menyoroti hal tersebut dalam waktu yang lebih lama.

"Hal itu membuat imigrasi sering dikaitkan dengan ancaman terhadap keamanan," katanya. "Sekarang, semakin banyak partai politik dan orang-orang yang berusaha memanfaatkan ketakutan ini untuk kepentingan politik."

Dirk Baier dari ZHAW dalam keterangannya juga menyebut adanya penelitian lain yanbg menemukan berbagai alasan mengapa imigran lebih sering muncul dalam statistik kejahatan polisi. Misalnya, kasus dengan pelaku dan korban yang sama-sama warga Jerman cenderung lebih jarang dilaporkan dibandingkan dengan kasus di mana pelakunya adalah imigran dan korbannya warga Jerman.

"Kejadian itu mungkin berkaitan dengan sikap xenofobia, atau mungkin karena dalam beberapa situasi, orang kesulitan menemukan cara lain untuk menyelesaikan konflik—misalnya, karena kendala bahasa," kata Baier. "Kami tidak tahu pasti, tetapi kemungkinan pelaku imigran muncul dalam statistik memang lebih tinggi."

Infografis 10 Stadion Euro 2024 Jerman. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 10 Stadion Euro 2024 Jerman. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya