FKP 2025: Mangrove Berperan Penting dalam Transisi Energi

Ekosistem mangrove yang sehat dapat mengurangi dampak kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem yang dapat mengancam infrastruktur energi, terutama di wilayah pesisir.

oleh Tim News diperbarui 17 Jan 2025, 20:47 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2025, 15:26 WIB
mangrove
Diskusi bertajuk "Prospek Transisi Energi: Perspektif Nasional dan Regional di Indonesia" yang diselenggarakan Forum Kajian Pembangunan (FKP) Bersama Australian National University (ANU) Indonesia Project dan didukung KONEKSI di tiga lokasi berbeda, Manokwari, Jayapura, dan Merauke pada 13-16 Januari 2025.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Transisi energi berkaitan erat dengan pelestarian mangrove, dimana mangrove memainkan peran penting dalam menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer serta membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Ekosistem mangrove yang sehat dapat mengurangi dampak kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem yang dapat mengancam infrastruktur energi, terutama di wilayah pesisir.

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Untuk mencapai target ini, transisi energi menjadi agenda penting yang harus dijalankan. Salah satu fokus utama dalam transisi energi Indonesia adalah mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.

Sebuah diskusi bertajuk "Prospek Transisi Energi: Perspektif Nasional dan Regional di Indonesia" diselenggarakan oleh Forum Kajian Pembangunan (FKP) di Papua untuk menghadirkan pemahaman dan diskusi mengenai prospek transisi energi nasional.

Acara yang diselenggarakan oleh Australian National University (ANU) Indonesia Project dan didukung oleh KONEKSI ini berlangsung pada 13-16 Januari 2025 di tiga lokasi berbeda, Manokwari, Jayapura, dan Merauke.

FKP 2025 menjadi wadah bagi para akademisi, pembuat kebijakan, peneliti, dan praktisi pembangunan untuk bertukar gagasan, mempresentasikan hasil penelitian, dan membahas topik-topik relevan dengan kebijakan, terutama terkait perubahan iklim di Papua dan Indonesia.

Acara ini menghadirkan tiga mitra penelitian KONEKSI yang turut mempresentasikan hasil riset mereka, yaitu Universitas Papua (UNIPA), the World Resources Institute (WRI), dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI).

Aplena Elen Siane Bless dari UNIPA pada forum ini menjelaskan bahwa mangrove adalah ekosistem pesisir paling produktif di planet ini, yang menyediakan jasa ekosistem berharga dan terkait dengan aktivitas sehari-hari masyarakat lokal. Dan dalam pelestariannya, perempuan sangat penting untuk dilibatkan.

"Ekosistem mangrove sangat dihargai oleh perempuan asli Papua sebagai sumber mata pencaharian, pendapatan, kebutuhan sehari-hari, habitat fauna, pengobatan tradisional, dan memiliki makna budaya," ujar Aplena.

Ahmad Dhiaulhaq dari WRI menyampaikan hal senada terkait pentingnya menjaga keseluruhan ekosistem, dari hulu hingga hilir, termasuk ekosistem mangrove. Beliau memperkenalkan konsep "Ridge to Reef", yaitu dari pegunungan hingga terumbu karang. Ahmad menyatakan bahwa transisi energi berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan secara menyeluruh.

Transisi energi merupakan harapan kita bersama dan tidak terlepas dari upaya pelestarian lingkungan secara holistik. Dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, transisi energi yang dilakukan dengan baik dapat membantu menjaga kesehatan dan keberlanjutan ekosistem dari pegunungan hingga terumbu karang.

 

Mendorong Kolaborasi dan Dialog

mangrove
Diskusi bertajuk "Prospek Transisi Energi: Perspektif Nasional dan Regional di Indonesia" yang diselenggarakan Forum Kajian Pembangunan (FKP) Bersama Australian National University (ANU) Indonesia Project dan didukung KONEKSI di tiga lokasi berbeda, Manokwari, Jayapura, dan Merauke pada 13-16 Januari 2025.... Selengkapnya

Namun di sisi lain, transisi energi juga menyisakan persoalan lain yang masih harus didiskusikan. Milda Irhamni, peneliti dari LPEM UI, meneliti bahwa transisi energi yang cepat dapat menyebabkan kenaikan harga, yang pada gilirannya memperlambat penurunan tingkat kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Kelompok rentan, terutama rumah tangga dengan anggota disabilitas dan rumah tangga yang dikepalai perempuan, akan lebih terdampak.

Selaras dengan tujuan utamanya, FKP menjadi wadah yang diharapkan dapat mendorong kolaborasi dan dialog antara akademisi dan pembuat kebijakan regional. Hal ini sejalan dengan fokus kerja KONEKSI dalam mendiseminasikan pengetahuan dan membangun jejaring.

KONEKSI mendukung platform kolaborasi dan berbagi pengetahuan seperti FKP. Diskusi yang saling melengkapi akan memperkaya khasanah pengetahuan yang mendukung kolaborasi. Seperti yang disampaikan Budy P. Resosudarmo dari ANU Indonesia Project, "Seorang peneliti tidak dapat berkembang sendiri. Penting untuk membangun relasi dengan peneliti lain, baik di tingkat nasional maupun internasional."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya