Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menegaskan perdagangan karbon di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang dengan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Jeffrey juga menyebut IDX Carbon menyambut baik inisiatif Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang berencana akan meluncurkan perdagangan karbon.
Baca Juga
"Kami menyambut baik inisiatif Kementerian Perindustrian dalam peluncuran perdagangan karbon. Tentunya kami berharap perdagangan ini dapat dilakukan melalui IDX Carbon, karena BEI telah membangun platform untuk mengakomodasi perdagangan karbon,” ujar Jeffrey dalam acara Kompas 100 Outlook: Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global, di Main Hall BEI, Senin (17/2/2025).
Advertisement
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, IDX Carbon telah berperan sebagai bursa karbon Indonesia yang diamanahkan kepada BEI. Jeffrey menilai perdagangan karbon yang ada saat ini cukup baik, namun ia berharap pertumbuhan ini dapat terus berlanjut dengan sinergi yang lebih luas.
Langkah BEI Dorong Dekarbonisasi
Lebih lanjut, BEI juga telah meluncurkan Net Zero Incubator pada 2024 guna mendorong dekarbonisasi perusahaan tercatat di BEI. Melalui berbagai workshop dan sosialisasi, BEI berupaya meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam memahami dan mengimplementasikan strategi keberlanjutan.
Dengan semakin berkembangnya perdagangan karbon, Jeffrey optimistis transparansi harga karbon dapat terbentuk, sehingga memberikan sinyal yang jelas bagi industri dalam mencapai target dekarbonisasi.
“Selain itu, peningkatan investasi berkelanjutan ini diharapkan dapat mempercepat pencapaian Net Zero Emission Indonesia pada 2060 atau lebih cepat,” jelas Jeffrey.
Investasi Berkelanjutan Terus Meningkat
Sebelumnya, Jeffrey mengatakan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) kini tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga bagian strategis dalam bisnis yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Jeffrey menjelaskan tren investasi berbasis ESG Di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Jeffrey mengungkapkan bahwa produk investasi pasif bertema ESG, seperti reksa dana dan Exchange Traded Fund (ETF) yang berbasis indeks ESG di BEI, telah mengalami pertumbuhan hingga 211 kali lipat.
Selain itu, penerbitan efek bersifat utang berwawasan lingkungan dan efek berkelanjutan juga menunjukkan lonjakan signifikan. Obligasi hijau yang pertama kali diterbitkan pada 2018 dengan nilai Rp249 miliar, kini telah meningkat hampir Rp 24 triliun.
"Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa ESG bukan lagi sekadar konsep yang baik untuk dimiliki, tetapi menjadi faktor penting dalam strategi pengambilan keputusan investasi," ujar Jeffrey dalam acara Kompas 100 Outlook: Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global, di Main Hall BEI, Senin (17/2/2025).
Advertisement
Upaya BEI Dorong Investasi Berkelanjutan
Sebagai upaya mendukung perkembangan investasi berkelanjutan, BEI juga telah bergabung dengan UN Sustainable Stock Exchanges Initiative (UN SSI) dan mengembangkan lima indeks berbasis ESG.
“Selain itu, BEI terus berkolaborasi dengan bursa di kawasan ASEAN untuk memperkuat ekosistem keberlanjutan di pasar modal,” jelas Jeffrey
Dengan semakin meningkatnya minat terhadap investasi berkelanjutan, Jeffrey menyebut BEI optimistis tren ini akan semakin berkembang dan mendorong pertumbuhan pasar modal yang lebih inklusif serta ramah lingkungan.
