Kendaraan Listrik Bisa Hemat Subsidi Energi Rp 4.984 Triliun di 2060

International Council on Clean Transportation (ICCT) menyatakan Indonesia berpotensi menghemat anggaran subsidi energi hingga Rp4,984 triliun pada tahun 2060.

oleh Septian Deny Diperbarui 19 Feb 2025, 13:38 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2025, 20:00 WIB
Terra Charge
Terra Charge menutup tahun ini sebagai pengisian kendaraan listrik (EV) dengan berbagai pencapaian besar.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta International Council on Clean Transportation (ICCT) menyatakan Indonesia berpotensi menghemat anggaran subsidi energi hingga Rp 4.984 triliun pada tahun 2060 apabila adopsi kendaraan listrik (EV) dapat dipercepat secara menyeluruh.

Temuan tersebut termuat dalam laporan terbaru ICCT yang berjudul Roadmap to Zero: The pace of Indonesia’s electric vehicle transition.

Managing Director ICCT, Ray Minjares, menyampaikan bahwa laporan tersebut menyajikan dua skenario pertumbuhan EV guna mendorong Indonesia mencapai target net zero emissions pada 2060.

Laporan tersebut menyatakan kendaraan roda dua dan tiga diproyeksikan mencapai adopsi penuh (100%) pada tahun 2040. Sementara itu, kendaraan roda empat, bus, serta truk baik sedang maupun berat diperkirakan mencapai 100% adopsi pada tahun 2045. 

"Dalam skenario net-zero, pengurangan konsumsi bahan bakar cair kumulatif hingga 2060 diperkirakan mencapai 5,1 hingga 6,7 miliar barel setara minyak, yang berarti subsidi energi dapat dihemat antara Rp 3.960 triliun hingga Rp 4.984 triliun," kata Ray Minjares.

Laporan tersebut juga menunjukkan proyeksi yang lebih optimis, yaitu best practice. Kendaraan roda dua dan tiga, dengan skenario best practice, dapat mencapai adopsi 100% pada tahun 2037, sedangkan kendaraan roda empat, bus, dan truk diperkirakan mencapai target 100% pada tahun 2040. 

Ray menerangkan, kedua skenario tersebut dipandang memiliki manfaat besar bagi kondisi iklim serta perekonomian Indonesia.

 

 

Keuntungan Ekonomi

Nataru 2024/2025, Konsumsi Listrik Kendaraan EV di SPKLU Meningkat 500 Persen
Lonjakan ini imbas dari peningkatan jumlah kendaraan listrik yang melakukan perjalanan pada periode libur panjang Nataru 2024/2025 yang meningkat 300 persen atau tiga kali lipat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Selain keuntungan ekonomi, peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke EV diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂) sebesar 2,4 hingga 3,1 gigaton. Ray Minjares menekankan bahwa sektor transportasi di Indonesia menyumbang sekitar 22% dari total emisi energi. 

"Dampak polusi dari pembakaran bahan bakar fosil ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menimbulkan 4.500 kematian dini setiap tahunnya—belum termasuk kasus asma, hilangnya hari kerja, dan dampak sosial lainnya," ujarnya.

ICCT berharap temuan dalam laporan tersebut dapat mendorong kebijakan pemerintah untuk mempercepat transisi ke kendaraan listrik.

Langkah ini tidak hanya akan mengurangi beban subsidi energi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emissions pada tahun 2060.

Indonesia Jadi Negara  Penting di Bumi Bagian Selatan

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)... Selengkapnya

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan jika Indonesia merupakan negara penting di bagian bumi selatan. Hal ini karena sumbangsih ekonomi Indonesia terhadap perekonomian global.

Airlangga mencontohkan, saat ini, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekitar USD 4,7 triliun. Dengan ini, PDB Indonesia menempati peringkat delapan dunia.

"Dengan PDB ekonomi kita sekitar USD 4,7 triliun. Saat ini Indonesia nomor delapan di dunia. Indonesia merupakan bagian penting dari belahan bumi selatan,” ujar Airlangga dalam Airlangga dalam gelaran Indonesia Economic Summit 2025 by Indonesian Business Council (IBC) di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (18/2).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil dibandingkan negara berpengaruh lainnya. Termasuk Amerika Serikat (AS) hingga China. 

"Ekonomi kita tumbuh 5,03 persen di tengah situasi perekonomian global yang penuh ketidakpastian," beber dia.

Terbaru, Indonesia juga telah bergabung ke sejumlah organisasi internasional seperti BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) hingga menuju keanggotaan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

“Penting juga bagi OECD untuk memasukkan Indonesia aga lebih inklusif,” tegasnya.

 

 

 

Keberhasilan Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan pertemuan virtual dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa (UE) Maros Sefcovic. (Foto: ekon.go.id)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan pertemuan virtual dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa (UE) Maros Sefcovic. (Foto: ekon.go.id)... Selengkapnya

Airlangga juga turut memamerkan keberhasilan Indonesia dalam menurunkan angka kemiskinan. Dia mencatat, tingkat kemiskinan Indonesia sebesar 8,57 pada September 2024. 

Selain itu, indeks Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia masih berada di zona ekspansif 51,9 pada Januari 2025 dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2025 berada di atas 127,2. 

“Neraca perdagangan kita juga positif selama 57 bulan berturut-turut didorong oleh pertumbuhan ekspor,” ucapnya.

Airlangga menyebut keberhasilan menjaga pertumbuhan ekonomi di zona positif ini berkat sejumlah insentif untuk mendorong daya beli masyarakat hingga mengendalikan laju inflasi. Antara lain insentif diskon listrik 50 persen pada Januari - Februari 2025 hingga subsidi BBM dan insentif pembelian kendaraan listrik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya