Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, terdapat dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi para pecandu judi online, terutama bagi kesehatan mentalnya.
"Bukan tidak mungkin judi online ini dari kesehatan akan memunculkan yang namanya, ya mohon maaf mungkin kalau mengistilahkan dalam konteks sebuah penyakit menular akan muncul epidemi judi online," kata Adib dalam konferensi pers secara daring, Jumat (26/7/2024).
Baca Juga
"Ini juga menjadi sebuah bahaya laten. Bahaya laten seperti halnya kecanduan narkoba, seperti halnya dengan problem-problem mental health yang lain, stres, depresi, kecemasan. Masalah-masalah ini juga tentunya akan meluas kepada aspek-aspek lainnya," sambungnya.
Advertisement
Sementara itu, Psikiater Konsultan Adiksi dan Kepala Divisi Psikiatri RSCM Jakarta, Kristiana Siste Kurniasanti, mengatakan ada beberapa temuan pihaknya terhadap orang yang kecanduan atau adiksi yang ditemui di Adiksi RSCM.
Mereka yang mengalami kecanduan dengan berbagai motivasi berbeda-beda ini masih berusia produktif yakni mulai dari usia remaja, dewasa hingga usai 60 tahun.
Ia pun memberikan contoh atau ilustrasi terhadap seorang pasien berusia 26 tahun yang awalnya mengalami kecelakaan mobil dan membutuhkan dana serta pinjaman online (pinjol).
"Karena sangat membutuhkan uang secara cepat dan kemudian ketika terjebak pinjam online, maka mulai berpikir mendapatkan uang secara lebih cepat lagi dan melakukan kripto. Kripto adalah bentuk trading yang sangat cepat alurnya dalam hitungan detik," ujar Kristiana.
"Nah kemudian berlanjut dan terjadi kehilangan kontrol dalam menjalankan trading kripto ini sampai kemudian terjadi utang pinjaman uang yang sangat banyak dengan pinjaman online juga semakin meningkat. Pada kecanduan judi, dia selalu mengingat kemenangan yang ada sekitar Rp80 juta," sambungnya.
Namun, jika dihitung lagi secara detail dengan membawa pasien tersebut dan menghitung kerugiannya adalah mencapai Rp2 miliar. Akan tetapi yang selalu diingatnya adalah kemenangannya sekitar Rp80 juta.
Hal itu yang kemudian menunjukkan bahwa dia perlu melakukan trading Kripto lagi, karena pernah menang sebesar Rp80 juta. Pikiran itulah yang kemudian dianggap salah, karena dia melakukan sesuatu yang berdasarkan skill bukan berdasarkan peluang.
"Sehingga mendapatkan kemenangan yang banyak, tapi ternyata kekalahannya jauh lebih besar," ucapnya.
Definisi Adiksi
Terkait dengan adiksi ini memiliki definisi yaitu penyakit kronis yang melibatkan interaksi kompleks antara sirkuit otak, genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup seseorang.
"Adiksi ini dibagi dua yaitu adiksi zat yang kita sebut adiksi narkoba, atau kecanduan narkoba dan juga adiksi perilaku. Adiksi perilaku ini mulai diperkenalkan sejak tahun 2000an," kata Kristiana.
"Sebenarnya dari tahun 97 sudah ada yaitu adiksi games yaitu masih offline, tapi kemudian adiksi perilaku mulai dikenal tahun 2000an ketika banyak penelitian untuk adiksi atau kecanduan game online atau judi," tambahnya.
Kemudian, terkait salah satu faktor orang mengalami adiksi yaitu melibatkan otak dan genetik. Sehingga, seseorang yang memiliki faktor resiko genetik yang rentan adiksi dan ditambah personalnya yang mendukung resiko tinggi.
"Remaja berisiko lebih besar mengalami kecanduan, dalam hal ini tentu kecanduan judi online yaitu remaja dan dewasa muda. Terutama remaja, kelompok yang berisiko kecanduan, baik narkoba maupun perilaku," ucapnya.
Advertisement
Kriteria Diagnosis Adiksi Judi
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Divisi Psikiatri Adiksi Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) ini mengungkapkan, sebelum seseorang mengalami kecanduan judi online ada yang namanya disebut Hazardous Gambling.
Hazardous Gambling ini adalah seseorang yang belum adanya dampak negatif dari perilaku judinya akan tetapi mengalami risiko tinggi untuk mengalami kecanduan judi.
"Misalnya taruhannya semakin besar, atau durasi waktu main judinya semakin panjang. Tapi belum ada dampak negatif, karena uangnya masih ada. Karena taruhannya masih dalam jumlah kecil, tapi sudah semakin besar dan panjang waktunya maka dia disebut Hazardous Gambling dan ini banyak di masyarakat," ungkapnya.
Kemudian, jika melihat dari epidemiologi adiksi di Indonesia, untuk kecanduan judi yang dilakukan penelitian pada 2021 akhir ditemukan prevalensi sekitar dua persen dan kebanyakan terhadap laki-laki dengan usia produktif.
"Dan yang paling banyak adalah poker dan mesin slot, dan laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Tapi lihat angkanya tidak siginifikan, sehingga perempuan sangat rentan mengalami kecanduan judi dan usianya kebanyakan usia 18-25, sebagian besar menggunakan smartphone untuk berjudi," tuturnya.
Selanjutnya, secara epidemiologi dunia maka dewasa sekitar 1,4 persen mengalami judi problematik. Bahkan, remaja pun disebutnya rentan mengalami kecanduan judi mulai 0,2-12,3 persen di dunia.
Lalu, yang paling banyak bisa menyebabkan kecanduan judi online adalah online kasino atau slot gambling.
Menurut Kristiana, fenomena kecanduan judi online ini harus ditangkal secara segera dengan melibatkan multidisiplin. Hal ini melihat penyebab kecanduan judi online yang cukup besar. Bahkan, dampaknya enam kali lebih besar dari penyalahgunaan zat atau narkoba.
Lalu, untuk dampak akibat kecanduan judi paling besar terhadap keuangan, relasi, psikologi seperti muncul ide mengakhiri hidup dan depresi, kesehatan fisik, kriminal serta kariernya.
Cara Mengetahui Seseorang Mengalami Adiksi Judi
Selanjutnya, cara mengetahui seseorang mengalami adiksi judi atau judi sedang bermasalah yaitu dengan melihat dua faktor yakni berbohong dan bertaruh.
"Jadi, kalau dua hal ini sudah terjadi maka kita bisa mengatakan judinya sudah bermasalah. Seseorang yang sudah kecanduan judi, maka dia tidak bisa lagi kemudian dia mengatakan ingin menjadi responsible gambler," ucap Kristiana.
Lalu, Kristiana menyampaikan apa yang sudah dia lakukan di klinik Adiksi RSCM. Mereka melakukan tatalaksana komperhensif untuk mereka yang mengalami kecanduan judi.
Mulai melakukan edukasi terhadap keluarga, diagnosis, terapi dan relapse prevention therapy yaitu terapi pencegahan kekambuhan.
"Karena Adiksi itu adalah penyakit kronis yang sifatnya berulang. Sehingga terapi pencegahan kekambuhan sangat penting untuk digunakan," pungkasnya.
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com
Advertisement