Jokowi Minta Maaf, Deddy Sitorus PDIP: Kalau Serius, Cabut Aturan yang Memberatkan Rakyat

Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Sitorus curiga, permintaan maaf itu hanya sebatas sandiwara. Dia meragukan ada ketulusan dari sang presiden saat meminta maaf.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 02 Agu 2024, 13:45 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2024, 13:45 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi ingin Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dapat langsung bekerja, usai dilantik menjadi presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2024 mendatang.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi ingin Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dapat langsung bekerja, usai dilantik menjadi presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2024 mendatang. (Lizsa Egeham).

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas semua kesalahan selama sepuluh tahun menjabat sebagai presiden.

Terkait hal itu, Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Sitorus curiga, permintaan maaf itu hanya sebatas sandiwara. Dia meragukan ada ketulusan dari sang presiden saat meminta maaf. 

"Kalau merujuk data dan kebiasan beliau, Pak Jokowi selalu mengatakan hal bertentangan atau tidak sinkron dengan perasaan, pikiran dan tindakannya. Jadi saya gak tahu kali ini dia tulus atau tidak? Jangan-jangan dia sedang bersandiwara untuk mencari simpati, bukan tulus meminta maaf," kata Deddy di Jakarta, seperti dikutip Jumat (2/8/2024).

Dia pun menantang Jokowi dengan pernyataan maafnya, dengan mencabut aturan yang membuat rakyat menderita. Dia meyakini, hal itu bisa dilakukan Jokowi di sisa masa jabatannya sebagai kepala negara.

"Kalau serius mau minta maaf sama rakyat, cabutlah semua aturan yang memberatkan rakyat. Gunakan sisa waktu yang ada untuk memperbaiki kerusakan semua lembaga yang terkait demokrasi, penegakan hukum, HAM, lingkungan hidup dan distribusi keadilan-kesejahteraan," ungkap Deddy.

Dia berharap, permintaan Jokowi tidak sekedar lip service dan dia meminta publik juga tidak mudah percaya sebelum ada tindakan nyata dari Jokowi.

"Jangan omon-omon saja. Batalkan itu usulan DPA, pasal-pasal yg berpotensi merusak tatanan dalam revisi UU TNI-POLRI. Kalau hal itu dilakukan baru kita belajar percaya kalau beliau serius minta maaf pada rakyat," jelas Deddy.

"Jujur saja, 5 tahun rezim Jokowi itu daya rusaknya terhadap hukum dan demokrasi melampaui 32 tahun kekuasaan Orba," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Minta Maaf ke Rakyat, Jokowi: Kami Tak Bisa Penuhi Harapan Semua Pihak

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas semua kesalahan selama sepuluh tahun menjabat sebagai presiden. Jokowi mengatakan dirinya merupakan manusia biasa yang tidak bisa memenuhi harapan semua pihak.

"Izinkalah saya dan Profesor K.H. Ma'ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini, khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia," jelas Jokowi saat menyampaikan sambutan.

"Kami sangat menyadari bahwa sebagai manusia, kami tidak mungkin dapat menyenangkan semua pihak. Kami juga tidak mungkin dapat memenuhi harapan semua pihak," sambungnya.

Jokowi menyampaikan dirinya bukanlah manusia yang sempurna. Pasalnya, kata dia, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

"Saya tidak sempurna, saya manusia biasa, kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Hanya milik Allah, Kerajaan Langit dan Bumi serta apapun yang ada di dalamnya, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu," tuturnya.

Dalam kesempatan ini, mengajak masyarakat memanjatkan doa kepada Allah SWT atas perlindungan dan anugerah yang diberikan kepada bangsa Indonesia. Sehingga, Indonesia mampu terus bertahan di tengah krisis.

"Saya mengajak kepada kita semuanya yang hadir untuk berdoa bersama, memohon pertolongan Allah SWT agar kita diberikan kemudahan untuk meraih cita-cita bangsa yang maju," tutur Jokowi.


Gelar Zikir dan Doa Kebangsaan

Sebelumnya, Presiden Jokowi menggelar zikir dan do'a kebangsaan dalam rangka menyambut HUT ke-79 Kemerdekaan RI di Halaman Istana Merdeka Jakarta, Kamis (1/8/2024). Acara tersebut merupakan agenda rutin tahunan yang selalu digelar pada tanggal 1 Agustus.

"Kita masuk ke bulan Agustus, bulan Kemerdekaan diawali dengan zikir dan doa. Ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan setiap tanggal 1 Agustus," kata Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana kepada wartawan, Kamis (1/8/2024).

Berdasarkan pantauan, Jokowi bersama Wapres Ma'ruf Amin tiba di halaman Istana Merdeka pukul 19.33. Jokowi tampak mengenakam kemeja putih, peci hitam, dan sarung bewarna putih.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Total ada 3.163 peserta yang hadir, termasuk para menteri, istri-istri menteri, Majelis Zikir, Ponpes Hubbul Wathon, para tokoh agama, tokoh agama Kalimantan Timur, lembaga dakwah Nahdlatul Ulama, pimpinan ormas Islam, pimpinan pondok pesantren, ulama dan kiai, hingga santri

"Jumlah undangan kurang lebih 3.163 orang," jelas Yusuf.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya