Parlemen Indonesia dan Afrika Bersinergi Lawan Wabah Cacar Monyet

Parlemen Indonesia dan Afrika sepakat untuk bersinergi dalam memerangi wabah cacar monyet (Mpox) yang tengah menjadi perhatian dunia.

oleh Tim News diperbarui 02 Sep 2024, 09:13 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2024, 09:13 WIB
Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF)
Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) digelar pada 31 Agustus-2 September 2024 resmi dibuka oleh Ketua DPR RI Puan Maharani, di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta - Wabah cacar monyet (Mpox) yang tengah menjadi perhatian global, mendorong parlemen Indonesia dan Afrika untuk bersinergi dalam memerangi penyebarannya. Kesepakatan ini tercetus dalam Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) yang dihelat DPR RI di Bali.

Ketua DPR RI, Puan Maharani, menekankan peran penting parlemen dalam mengatasi isu global dan regional melalui jalur diplomasi damai.

"Kita tadi bersepakat memerangi Mpox, yang bukan hanya menyebar di Afrika dan Indonesia, tetapi juga di dunia," tegas Puan.

Menanggapi status darurat kesehatan masyarakat global yang ditetapkan WHO untuk Mpox, Puan menegaskan bahwa parlemen memiliki peran krusial dalam penanganan wabah ini. "Mpox menyebar bukan hanya di Afrika dan Indonesia tapi juga di dunia," ungkapnya.

Sebagai tindak lanjut, DPR bersama parlemen dari negara-negara Afrika sepakat mendorong pemerintah masing-masing negara untuk melakukan serangkaian langkah antisipasi dan mitigasi. Puan juga menyatakan akan meminta pemerintah Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, termasuk Afrika, dalam upaya pencegahan penyebaran Mpox.

"Kami segera meminta kepada Pemerintah untuk segera kerja sama dengan negara-negara lain, bukan cuma Afrika dan Indonesia tapi negara lain yang bisa menjaga perlintasan yang ada yang dianggap ini bisa menyebarkan virus tersebut secara konkrit," papar Puan.

Puan juga menegaskan pentingnya skrining kesehatan yang akurat bagi setiap kedatangan orang dari luar negeri, meskipun pemerintah telah mengaktifkan kembali Peduli Lindungi.

"Kalau di Indonesia kan secara konkret kita sudah melakukan skrining kesehatan untuk setiap kedatangan dan tentu saja ini jangan menjadi satu isu baru seperti kemarin Covid," ungkap mantan Menko PMK itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


70 Persen Pasien Cacar Monyet adalah Anak-Anak

Ilustrasi Monkeypox atau cacar monyet (brgfx/Freepik)
Ilustrasi Monkeypox atau cacar monyet (brgfx/Freepik)

Data terbaru dari Kongo menunjukkan, sekitar 70 persen dari 14.901 pasien yang terinfeksi Mpox adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Lebih dari 321 anak bahkan meninggal dunia. WHO menyebut, anak-anak berisiko lebih tinggi terkena Mpox dalam kondisi parah dibandingkan orang dewasa.

Di Indonesia sendiri, data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) mengungkap penyakit cacar monyet atau Mpox sudah sebanyak 88 kasus selama 2022-2024. Rinciannya adalah 74 kasus hingga 2023, dan 14 kasus di 2024.

Mpox memiliki masa inkubasi sekitar 3 hingga 17 hari. Gejala yang dapat diperhatikan oleh masyarakat yaitu ruam di tangan, kaki, dada, wajah, atau mulut atau di dekat alat kelamin, demam, panas dingin, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan sakit punggung, sakit kepala dan gejala pernafasan (misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk).

Terkait penanganan Mpox, Ketua Parlemen Zimbabwe, Jacob Mudenda, sebagai perwakilan parlemen Afrika saat pembukaan IAPF, meminta kerja sama dengan Indonesia dalam mengatasi penyakit tersebut.

“Dari penerapan protokol kesehatan hingga pengadaan vaksin,” kata Jacob Mudenda.

 

Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet
Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya