Liputan6.com, Jakarta - Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro diganti oleh Presiden Prabowo Subianto. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Iwan Setiawan mengapresiasi hal ini sebagai respons Prabowo terhadap pejabat salah kaprah dengan kebijakan efisiensi Presiden.
Digantinya menteri tersebut sekaligus penegasan bahwa kebijakan itu tidak berdampak pada sektor pendidikan. Sebab, pernyataan Satryo dalam rapat dengan Komisi X DPR adalah efisiensi anggaran akan berdampak pada naiknya UKT mahasiswa. Hal ini kemudian menimbulkan kontroversi di masyarakat termasuk mahasiswa.
Baca Juga
“Menurut saya, Prabowo pasti marah karena harusnya pesan efisiensi itu bisa disampaikan dengan baik oleh para menterinya, yaitu seperti dana dana yang terkait perjalanan dinas, ATK, FGD, dan lain-lain, dan tidak terkait dengan biaya kuliah atau belanja pegawai,” kata Iwan kepada wartawan, Rabu (19/2).
Advertisement
Selain hal itu, ia memandang faktor lain yang membuat Prabowo memutuskan mengganti Satryo adalah terkait aksi protes pegawai Kemendikbudristek di Januari 2025. Satryo didemo ASN kementeriannya atas dugaan kesewenang-wenangan.
“Mendikti Saintek juga membuat gaduh dan heboh setelah didemo oleh pegawainya karena dianggap semena-mena memecat dan memaki bawahannya. Jadi, menurut saya, menteri seperti ini memang pantas diganti,” tegas Iwan.
Iwan menyebut reshuffle kabinet adalah hak prerogatif presiden. Ia yakin, Prabowo telah melakukan monitoring serta evaluasi kepada para bawahannya, sehingga muncul keputusan untuk mereshuffle Satryo.
“Karena memang, Mendikti Ristek ini saya melihat memang masuk pada kategori yang harus segera direshuffle, langkah Pak Prabowo ini saya kira sudah tepat. Kalau tidak, akan menghambat kinerja dan visi presiden,” kata Iwan.
Satryo Brodjonegoro: Saya Tulus Bekerja, kalau Enggak Cocok ya Mundur
Mantan Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Satryo Brodjonegoro mengungkapkan, jika dirinya bukan diberhentikan melainkan mengundurkan diri.
"Jadi saya itu, baru saja, ke setneg menyerahkan surat pengunduran diri saya sebagai Mendiktisaintek," kata Satryo, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Dia menjelaskan, alasan dirinya mengundurkan diri lantaran sudah bekerja keras. Namun, hasil kinerjanya dianggap tidak sesuai dengan pemerintah.
Sehingga, Satryo akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri ketimbang diberhentikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Alasan utamanya karena saya sudah bekerja keras selama empat bulan ini. Namun karena mungkin tidak sesuai dengan harapan dari pemerintah. Ya saya lebih baik mundur daripada diberhentikan," jelasnya.
Lebih lanjut, Satryo menyebut, surat tersebut dibuat sehari sebelum dia mengajukan pengunduran diri. Kemudian, diserahkan kepada Sekretariat Negara.
"Ya. Surat itu saya buat tadi malam jam 12 malam. Saya buat tadi malam, lalu saya serahkan ke setneg disampaikan ke persiden," ungkap Satryo. Dia mengaku, sudah legowo atas keputusannya untuk mundur sebagai Mendiktisaintek.
"Harus legowo kerja itu. Kita kerja baik, maksimal sudah, tidak ada pamrih, tulus saya kerja. Oke? Kalau enggak cocok ya sudah, saya mundur saja," imbuhnya.
Advertisement
