Liputan6.com, Jakarta - Kelompok massa tergabung dalam Forum Pemuda Nusantara (FPN) menggelar aksi damai bela NKRI tolak isu-isu reformasi di depan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri, Jakarta, Rabu (19/2/2025).
"Isu reformasi dan turun kejalan merupakan gerakan inkonstitusional dan memperkeruh suasana di Jakarta. Banyaknya penumpang gelap terhadap isu reformasi tersebut dapat mengganggu ketenangan masyarakat Jakarta, khususnya menjelang Bulan Ramadhan 1446 H," ujar Koordinator Aksi Fauzi, melalui keterangan tertulis, Rabu (19/2/2025).
Baca Juga
Lebih lanjut, mereka juga menyerukan agar pihak kepolisian segera menangkap yang diduga provokator kritikus Faizal Assegaf dan rekan-rekannya yang telah diduga membuat provokasi soal reformasi terhadap pemerintah diruang publik.
Advertisement
"Faizal Assegaf jangan memprovokasi TNI, Polri, dan ASN untuk membangkang terhadap pemerintah. Karena TNI Polri dan ASN adalah bekerja melayani rakyat dan tidak bisa kau suruh suruh untuk membangkang dan revolusi terhadap pemerintah," terang Fauzi.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga mendesak Kapolri dan Kabareskrim segera tindak lanjuti Laporan Polisi (LP) yang pernah menyeret nama Faizal Assegaf pada 2022 lalu.
"LPnya sudah jelas, panggil Faizal Assegaf segera bertanggungjawab atas ulahnya sendiri. Faizal Assegaf selaku mantan aktivis 98 banyak melakukan pencemaran nama baik diantaranya terhadap Ketua PBNU, Fitnah ke Menteri BUMN Erick Thohir, dan lain-lain. Faizal Assegaf kerap membuat kegaduhan di Republik ini," ucap Fauzi.
Para pendemo juga mengajak semua anak bangsa agar terus bersinergi menjaga keutuhan bangsa dan mencegah terjadinya perpecahan.
"Serta menciptakan situasi yang aman, damai dan sejuk bagi NKRI yang kita cintai terlebih menjelang Bulan Ramadhan 1446 H," kata Fauzi.
Dinilai Provokasi
Fauzi mengatakan, isu revolusi terhadap pemerintah Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang dihembuskan oleh Faizal Assegaf, mantan aktivis 98 yang tidak punya pekerjaan.
"Dan hal itu merupakan bentuk provokasi dengan tujuan makar. Hal tersebut sangat berbahaya dan merupakan sudah masuk kategori mengancam keutuhan NKRI," kata dia.
"Isu Reformasi terhadap Pemerintah yang digaungkan oleh beberapa kelompok pembuat gaduh itu adalah inkonstitusional dan berpotensi menjadi permufakatan jahat yang mengarah ke tindakan makar," pungkas Fauzi.
Disela-sela aksinya, massa aksi juga membawa sejumlah alat peraga berupa spanduk dan poster.
Advertisement
BEM SI Bicara soal Aksi Indonesia Gelap, Semua Karena Kebijakan Prabowo-Gibran
Sebelumnya, Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Satria Naufal mengatakan, gerakan yang dilabeli Indonesia Gelap bukan datang tiba-tiba, tapi sudah dipublikasikan sejak 4 Februari 2025.
Dia mengungkapkan, Indonesia Gelap ini merepresentasikan 100 hari kerja Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
"Sebetulnya tajuk Indonesia Gelap ini sudah kita mulai hadirkan, sudah mulai kita publikasi semenjak 4 Februari. Dalam tajuk ini merepresentasikan 100 hari kerja Prabowo-Gibran," kata dia seperti dikutip di kanal YouTube Liputan 6 SCTV, Rabu (19/2/2025).
Satria menjelaskan, aksi turun ke jalan di mana puncaknya pada Kamis 20 Februari 2025 ini semua berkaitan kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh Prabowo, di mana berdampak memangkas anggaran pendidikan.
"Belakangan ini yang buat triggering adalah ketika ada berita (dan) ada dokumen yang mengatakan bahwa Kemenristek Dikti memotong anggaran pendidikan atas nama efisiensi oleh acuan yang melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 2025 yang mengakibatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dipotong, ada kemudian potensi teman-teman putus kuliah, ada basisnya yang kemudian dipotong, dan sebagai macamnya," ungkap dia.
Lebih lanjut, Satria menyampaikan BEM SI merupakan sebagian kecil dari kelompok yang datang pada aksi demonstrasi yang digelar kemarin, Senin 17 Februari 2025.
Tak hanya sekelompok mahasiswa yang berkumpul, namun ada petani, buruh, dan pekerja menengah.
"Karena teman-teman mengatasnamakannya Koalisi Masyarakat Sipil. Bahkan per hari ini di seluruh Indonesia masih berdengung tajuk Indonesia Gelap," jelas Satria.
