BGN Butuh Tambahan Rp100 Triliun untuk Makan Bergizi Gratis hingga Akhir 2025

Tambahan anggaran senilai Rp75 triliun sampai Rp100 triliun untuk makan bergizi gratis (MBG) guna melayani 82,9 juta penerima manfaat MBG.

oleh Aries Setiawan Diperbarui 04 Mar 2025, 08:05 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 08:05 WIB
Melihat Kesibukan Dapur Penyedia dan Penyuplai Makan Bergizi Gratis
Menu yang dihadirkan dan diolah di dapur untuk Makan Bergizi Gratis dikelola langsung oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ditunjuk Badan Gizi Nasional (BGN). (merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan butuh tambahan anggaran senilai Rp75 triliun sampai Rp100 triliun untuk makan bergizi gratis (MBG) guna melayani 82,9 juta penerima manfaat MBG yang ditargetkan terwujud pada akhir 2025.

Dadan menyebut tambahan anggaran makan bergizi gratis itu di antaranya untuk membiayai operasional, belanja bahan baku, pelatihan, dan memperluas jaringan satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang bertugas mengoperasikan dapur-dapur umum makan bergizi gratis.

"Nanti (pencairannya) kami proses kalau infrastruktur sudah siap," kata Kepala BGN saat ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/3/2025) dilansir Antara.

Ada mekanisme anggaran yang harus dilewati Badan Gizi Nasional (BGN) sebelum menerima tambahan anggaran, di antaranya mencakup persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Dadan mengklaim sejauh ini Presiden Prabowo Subianto telah memberikan persetujuan dengan tambahan anggaran sebesar Rp100 triliun itu. "Ya itu kan memang sudah dianggarkan," kata Dadan.

Jika nantinya infrastruktur pendukung MBG, termasuk tambahan SPPG dan dapur-dapur umumnya mulai beroperasi September 2025, maka BGN dapat menerima tambahan anggaran sampai Rp100 triliun. Tetapi jika siapnya Oktober, maka tambahan anggarannya Rp75 triliun.

"Intinya (tambahan anggaran) untuk menyelenggarakan program makan bergizi, di situ ada bahan baku, operasional, dan lain-lain," kata Dadan.

Anggaran untuk makan bergizi gratis dialokasikan senilai Rp71 triliun untuk periode Januari sampai dengan April 2025 dengan target penerima manfaat sebesar 3 juta anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Baca juga SPPG Siap Tanggung Biaya Pengobatan Siswa yang Keracunan Makan Bergizi Gratis

Pada 2026 Anggaran Makan Bergizi Gratis Mencapai Rp400 Triliun

Proses makan bergizi gratis (MBG) di Banyuwangi terus meluas, seiring bertambahnya SPPG (Istimewa)
Proses makan bergizi gratis (MBG) di Banyuwangi terus meluas, seiring bertambahnya SPPG (Istimewa)... Selengkapnya

Dadan menjelaskan, penerima makan bergizi ditargetkan terus bertambah menjadi 6 juta orang pada periode April—Agustus 2025, kemudian 15–17 juta orang pada Agustus-September 2025.

Pada akhir 2025, Presiden Prabowo menargetkan makan bergizi gratis dapat dinikmati oleh 82,9 juta orang.

Oleh karena itu, menurut Dadan, anggaran untuk makan bergizi gratis perlu ditambah seiring dengan bertambahnya jumlah penerima.

"Bapak (Presiden) ingin akhir 2025 itu 82,9 juta (orang) sudah terima (makan bergizi), dan anggaran sudah disiapkan Bapak (Presiden). Kalau mulai September, dikejar sejumlah itu (82,9 juta, butuh) Rp100 triliun. Tetapi, kalau misalnya dikejar bertahap mulai Oktober, November, itu bisa kurang dari itu. (Butuh) Rp100 triliun kalau dari September," kata Dadan saat ditemui selepas sidang kabinet di Istana pada 22 Januari 2025.

Ke depannya, yaitu pada periode Januari-Desember 2026, kata Dadan, anggaran makan bergizi gratis mencapai Rp400 triliun, karena jumlah penerimanya sebanyak 82,9 juta orang.

Baca juga Heboh Siswa SD Sumba Temukan Diduga Ayam Mentah di Menu Makan Bergizi Gratis, Apa Dampak Konsumsi Daging Belum Matang?

Program MBG Harus Segera Dievaluasi

8 Siswa SD Dilarikan ke Puskesmas Usai Keracunan Makanan Bergizi Gratis
8 Siswa SD Dilarikan ke Puskesmas Usai Keracunan Makanan Bergizi Gratis... Selengkapnya

Sejumlah laporan dari banyak daerah menemukan menu makan bergizi gratis (MBG) yang tidak sesuai standar. Mulai dari makanan basi, tidak sesuai standar gizi, hingga siswa keracunan.

Menanggapi masalah itu, Direktur Eksekutif Global Strategi Riset Indonesia (GSRI) Sebastian Salang menyatakan, harus ada perbaikan mulai dari di bagian hulu yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau biasa disebut dapur umum.

Sebastian menjelaskan, sebelum disalurkan ke tiap-tiap sekolah, alur makanan diolah di SPPG yang sudah mulai beroperasi sejak dini hari. Setiap SPPG punya tanggung jawab untuk menyajikan ratusan porsi.

Quality control (QC) tidak baik, membuat makanan dari dapur umum seperti yang banyak diberitakan saat ini, anak-anak keracunan makan bergizi gratis.

"Jadi dalam implementasinya itu banyak sekali berita yang muncul di media sosial, di media, berita-berita online berkaitan dengan pelaksanaan makan bergizi gratis," kata Sebastian Salang kepada wartawan di Jakarta, seperti dikutip Sabtu (1/3/2025).

"Karena itu, menurut GSRI, perlu sekali kita melakukan riset. Nah, dari riset yang kita lakukan itu memang terlihat sekali bahwa dari sisi konsepnya itu belum matang, dari sisi perencanaannya juga belum. Sehingga ketika bulan Januari dilaksanakan, sebetulnya di lapangan belum siap," tuturnya.

Sebastian mengungkap ketidaksiapan program MBG dapat terlihat dari biasnya data penerima, dari konsep kerja sama dan efektivitas model dapur umum.

"Menurut saya enggak apa-apa pemerintah melakukan evaluasi, dan evaluasi secara menyeluruh, asal evaluasinya objektif, jujur dilakukan. Jadi, kalau ternyata ada fakta di lapangan yang menyatakan atau menunjukkan belum siap, ya tidak usah malu untuk moratorium," tegas Sebastian.

Sebastian menyatakan makan bergizi gratis seharusnya menjadi program yang sudah dipersiapkan secara matang sebelum dijalankan. Namun yang terjadi saat ini adalah sebaliknya.

"Saya sarankan mumpung masih awal, supaya uang negara ini tidak dihambur-hambur, lalu kemudian dampaknya tidak terukur dengan jelas, sementara efek negatifnya banyak sekali. Nah itu, menurut kita memang harus evaluasi dan jangan menunggu lama-lama. Ini sekarang sudah bulan Maret. Artinya sudah dua bulan. Cukup waktunya untuk melakukan evaluasi," Sebastian menandasi.

Siswa SD di Takalar Keracunan Makan Bergizi Gratis

Siswa SD di Sukoharjo Keracunan Makanan Usai Santap Makan Bergizi Gratis
Siswa SD di Sukoharjo Keracunan Makanan Usai Santap Makan Bergizi Gratis... Selengkapnya

Kasus keracunan makan bergizi gratis terus meluas. Terbaru, sebanyak 12 siswa sekolah dasar di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dilarikan ke puskesmas karena diduga mengalami keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) pada Rabu (26/2/2025). Saat ini, pemerintah setempat tengah menyelidiki kejadian tersebut. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar, dr Nilal Fauziah membenarkan hal tersebut. Dia menyebut 12 siswa SD tersebut berasal dari 3 sekolah yang berbeda. 

"Kejadian ini di tiga SD, yakni di SD Kapunrengan 10 siswa, SD Bonto Ba'do 1 orang dan SD Lengkese 1 orang siswa," kata Nilal, Rabu (26/2/2025). 

Dari informasi yang diterima Liputan6.com, belasan siswa-siswi itu mengalami sakit perut dan pusing usai menyantap MBG yang disiapkan. Adapun menu dalam program MBG tersebut adalah nasi, ikan, tahu dan pisang. 

Menurut Nilal, kejadian dugaan keracunan makan bergizi gratis ini tidak bersifat massal. Pasalnya, dari 97 siswa yang menyantap makan bergizi gratis, hanya 12 orang siswa yang terdampak. 

"Jadi tidak massal sifatnya. Karena jumlah anak yang di berikan makanan ada 97 orang," bebernya. 

Saat ini, Dinkes Takalar sudah menerjunkan tim surveylance. Selain itu Nilal mengaku bahwa pihaknya juga telah mengambil sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium. 

"Hari ini juga kami menerjunkan tim surveylance dari dinas kesehatan," sebutnya. 

"Jadi kita belum bisa memastikan apakah dari sumber makanan karena korbannya tidak massal. Artinya banyak kemungkinan. Termasuk bisa saja berasal dari air minum yang sebagian besar dibawa anak-anak dari rumahnya," kata Nilal. 

Sementara itu, Sekda Takalar Muhammad Hasbi mengimbau kepada seluruh masyarakat Takalar untuk tidak panik menyikapi informasi ini. Ia meminta agar masyarakat mempercayakan penanganan kejadian ini kepada Pemkab Takalar. 

"Kami imbau masyarakat tidak panik. Ini kejadian pertama dan tidak massal. Percayakan kepada pemerintah untuk menangani hal ini. Kami yakinkan, program ini demi perbaikan asupan gizi untuk anak-anak kita," ucap Hasbi terpisah.

 

40 Siswa SD Sukoharjo Keracunan Makan Bergizi Gratis

Peristiwa keracunan makan bergizi gratis juga sebelumnya dialami 40 siswa SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG). Mereka mual-mual usai memakan ayam krispi.

"Sebanyak 40 orang makan ayam yang dimarinasi. Setelah tahu ada yang mual semua ayam ditarik dan diganti telur," ujar Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana kepada wartawan, Kamis (16/1/2025).

Dadan menyebut puluhan siswa yang keracunan telah ditangani oleh tenaga medis. Kini semua siswa sudah dalam kondisi sehat. "Yang mual-mual ditangani petugas dan diobati, dan sudah ceria kembali," kata Dadan.

Menurut Dadan, ada kesalahan teknis pengolahan pada ayam krispi tersebut. Namun, ia belum bisa menjelaskan lebih lanjut dan masih melakukan pendalaman.

Dadan melanjutkan, setelah kedapatan puluhan siswa SD mual-mual, menu ayam krispi ditarik dan diganti telur rebus.

"Detail menyusul ya, tapi menu ayam krispi itu ditarik untuk yang lain dan diganti telur rebus, dan yang lain tidak mengalami seperti 40 orang," kata Dadan.

Sekitar 50 siswa SD Negeri 3 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (16/1/2025) mengalami keracunan usai menyantap menu makanan program makan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah.

Informasi yang dihimpun dari sejumlah sumber menyebutkan, ada 50 siswa SD yang mengalami keracunan makan bergizi gratis. Para siswa mengeluhkan gejala seperti mual, pusing dan muntah setelah menyantap makanan tersebut.

Infografis Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Telan Anggaran Rp 71 Triliun. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Telan Anggaran Rp 71 Triliun. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya