Alasan Produk Tembakau Alternatif Bisa Menjadi Pengganti Rokok Konvensional

Dengan menghilangkan proses pembakaran dan menggantinya dengan pemanasan, produk tembakau alternatif dapat menurunkan jumlah zat berbahaya yang masuk ke tubuh.

oleh Tim News Diperbarui 06 Mar 2025, 19:53 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 08:52 WIB
Vape di Tengah Kenaikan Harga dan Seruan WHO
Keberadaan rokok elektrik mendapat sorotan dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Indra Mustika S.P, drg., Sp. Perio (K), menyatakan bahwa penelitian yang diterbitkan oleh Oxford University Press, yang menunjukkan bahwa perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif mengalami pengurangan risiko kesehatan, sejalan dengan banyak penelitian sebelumnya. 

Berbagai studi telah mengungkapkan bahwa produk seperti rokok elektronik atau tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.

"Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan tembakau yang dipanaskan, mengurangi risiko kesehatan karena tidak melalui proses pembakaran seperti rokok konvensional. Pembakaran tembakau menghasilkan ribuan zat kimia berbahaya, termasuk TAR, karbon monoksida, dan karsinogen yang menjadi penyebab utama penyakit seperti kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular,” ungkap Indra.

Dia menerangkan dengan menghilangkan proses pembakaran dan menggantinya dengan pemanasan, produk tembakau alternatif dapat menurunkan jumlah zat berbahaya yang masuk ke tubuh, meskipun tetap memiliki risiko jika dibandingkan dengan berhenti merokok sepenuhnya.  

Oleh karena itu, Indra berharap pemerintah dapat mempertimbangkan pendekatan pengurangan risiko atau harm reduction dalam kebijakan pengendalian tembakau guna menurunkan prevalensi merokok di Indonesia. 

Menurutnya, beberapa negara seperti Inggris dan Selandia Baru telah berhasil menekan angka perokok setelah mengadopsi strategi pengurangan risiko, termasuk dengan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai alternatif yang lebih rendah risiko.

"Temuan ini bisa menjadi dasar bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan strategi pengurangan dampak buruk (harm reduction) dalam regulasi tembakau. Namun, regulasi tetap diperlukan untuk memastikan produk ini tidak menarik bagi non-perokok dan remaja, serta adanya kontrol kualitas untuk memastikan keamanan penggunaannya,” tutupnya.

Penelitian terbaru yang diterbitkan Oxford University Press berjudul “Nicotine and Tobacco Research” mengungkapkan bahwa perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, dapat mengurangi risiko kesehatan yang berkaitan dengan sistem pernapasan. 

Temuan ini diharapkan jadi acuan bagi pemerintah agar lebih memaksimalkan produk tembakau alternatif untuk mengurangi dampak kesehatan akibat kebiasaan merokok sekaligus menurunkan prevalensi merokok.

 

Promosi 1

Alami Perbaikan Gejala Pernapasan

Pemerintah Bakal Larang Penggunaan Rokok Elektrik dan Vape
Seorang pria menggunakan vape atau rokok elektronik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Selasa (12/11/2019). Pemerintah melalui BPOM mengusulkan pelarangan penggunaan rokok elektrik dan vape di Indonesia, salah satu usulannya melalui revisi PP Nomor 109 Tahun 2012. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Penelitian tersebut menggunakan data dari studi Population Assessment of Tobacco and Health (PATH), sebuah pengukuran longitudinal nasional tentang penggunaan tembakau di Amerika Serikat yang dilakukan oleh National Institutes of Health. Studi ini mengamati perokok dewasa antara tahun 2013 dan 2019 yang mengalami batuk dan mengi/bengek pada saat dimulainya penelitian. 

Peneliti membagi subjek penelitian menjadi empat kelompok, yakni kelompok yang berhenti total, kelompok yang beralih ke rokok elektronik, kelompok yang tetap merokok, dan kelompok dual users.

Hasilnya, kelompok yang beralih sepenuhnya ke rokok elektronik mengalami peningkatan moderat terhadap sistem pernapasan dibandingkan dengan kelompok yang tetap melanjutkan kebiasaan merokok.

Dari 5.210 subjek penelitian yang mengalami batuk, 3.363 orang (65 persen) sudah tidak lagi mendapati gangguan serupa. Adapun 5.367 subjek penelitian dengan mengi/bengek pada awal penelitian, sebanyak 2.862 orang (53 persen) mengalami perbaikan. 

"Pengguna rokok yang beralih sepenuhnya ke rokok elektronik mungkin mengalami perbaikan gejala pernapasan, mereka yang tidak dapat mengurangi intensitas merokok mungkin menghadapi peningkatan risiko morbiditas pernapasan," ungkap Jonathan B. Berlowitz, MD, salah satu peneliti dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Boston seperti dikutip Kamis (6/3/2025). 

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya