Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China mengaku tak khawatir dengan interaksi mesra antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang belakangan terjadi usai Presiden AS Donald Trump berupaya membangun kembali hubungan dengan Moskow melalui pembicaraan damai terkait perang Ukraina.
Menteri Luar Negeri atau Menlu China, Wang Yi mengatakan, hubungan China dan Rusia berakar pada sejarah panjang dan tidak akan berubah. Hal tersebut disampaikan Wang dalam konferensi pers tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing, Jumat 7 Maret 2025.
Baca Juga
Adapun konferensi pers ini merupakan bagian dari rangkaian sidang parlemen China 'Dua Sesi pada 4-11 Maret 2025 yang membahas soal kinerja pemerintah China pada 2024 dan rencana kerja pemerintah untuk 2025.
Advertisement
"Saya ingin menekankan bahwa, terlepas dari bagaimana situasi internasional berubah, persahabatan antara China dan Rusia yang berakar pada sejarah tetap tidak berubah dan sangat berarti," kata Wang.
Menurutnya, baik China dan Rusia telah mengambil pelajaran mendalam dari sejarah, sehingga dapat memutuskan untuk menjalin hubungan kerja sama yang strategis secara menyeluruh dan saling menguntungkan.
"Pendekatan ini paling sesuai dengan kepentingan fundamental rakyat kedua negara dan sejalan dengan arah perkembangan dunia," ucap Wang.
Wang menyampaikan, China dan Rusia memiliki hubungan kerja sama yang unik, tak beraliansi, tidak berkonfrontasi, dan tidak menargetkan pihak eksternal. Kerja sama China dan Rusia disebut dapat menjadi contoh baru hubungan antarnegara.
Pada 2024 lalu, menjadi momentum 75 tahun hubungan diplomatik antara China dan Rusia. Wang bilang, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu sebanyak tiga kali.
"Hubungan China-Rusia yang matang, teguh, dan stabil tidak akan terguncang oleh tantangan sesaat, apalagi dipengaruhi oleh campur tangan pihak ketiga. Sebaliknya, hubungan ini menjadi pilar stabilitas di tengah dunia yang bergejolak, bukan sekadar variabel dalam permainan geopolitik," kata Wang.
China Tolak Ide Trump soal Gaza, Lebih Dukung Rencana Rekonstruksi oleh Dunia Arab
Pemerintah China tak menyepakati ide Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin mengambil alih Gaza. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi.
"Gaza adalah tanah Palestina dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Palestina," kata Wang dalam konferensi pers sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing, Jumat (7/3/2025).
Menurut Wang, segala upaya untuk mengubah status Gaza secara paksa tidak akan membawa perdamaian, melainkan hanya akan memicu lebih banyak ketidakstabilan.
Oleh sebab itu, Wang bilang, pemerintah China lebih mendukung rencana untuk memulihkan atau rekonstruksi Gaza yang diinisiasi oleh Mesir dan negara-negara Arab lainnya.
"Kami mendukung rencana pemulihan perdamaian di Gaza yang digagas bersama oleh Mesir dan negara-negara Arab. Kehendak rakyat harus dihormati, dan keadilan tidak boleh diabaikan," ucap Wang.
"Jika negara-negara besar benar-benar peduli terhadap Gaza, mereka harus bertindak dengan bijak," lanjutnya.
Wang menilai, solusi terhadap masalah utama antara Palestina dan Israel baru terlaksana sebagian. Hal ini, kata Wang menyebabkan kemerdekaan Palestina masih jauh dari kenyataan.
Advertisement
Wujudkan Solusi bagi Dua Negara
Lebih lanjut, Wang juga mendesak agar komunitas internasional memfokuskan upaya-upaya untuk mewujudkan solusi baik bagi kedua negara dan mendukung kemerdekaan Palestina.
"Hanya dengan cara ini Palestina dan Israel dapat hidup berdampingan secara harmonis, serta bangsa Arab dan Yahudi dapat mencapai perdamaian jangka panjang," kata Wang.
Wang kembali menegaskan dukungan pemerintah China untuk kemerdekaan Palestina dan solusi dua negara, sehingga konflik di Timur Tengah bisa diselesaikan.
"Faksi-faksi Palestina harus terlebih dahulu melaksanakan Deklarasi Beijing, mencapai persatuan, dan memperkuat diri. Sementara itu, semua pihak di Timur Tengah harus berusaha untuk mengatasi perbedaan mereka," ujar Wang.
