Indonesia benar-benar kaya. Tak cuma ragam kesenian, kuliner, negeri ini juga dianugerahi berbagai bahasa daerah. Menurut Summer Institute of Linguistics, Indonesia tercatat memiliki 746 bahasa daerah. Namun, beberapa dari bahasa daerah itu sudah mengalami kepunahan. Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua, tercatat paling banyak mengalami kepunahan bahasa daerah.
"Ada di daerah NTT dan Maluku, dua sampai tiga bahasa daerahnya dilaporkan punah. Selain di NTT dan Maluku, bahasa daerah di Papua juga mengalami ancaman kepunahan," kata Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Yeyen Maryani dalam acara Deklarasi Prosa Liris yang diselenggarakan oleh Griya Sastra Budaya Obor (BSBO) di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (12/6/2013).
"Dari 746 bahasa daerah itu, beberapa persen masih aktif digunakan, namun ada beberapa bahasa daerah yang penuturnya sudah berkurang jumlahnya," ujarnya.
Yeyen menjelaskan, maksud kepunahan ini yaitu berkurangnya jumlah penutur bahasa daerah. Bahkan ada beberapa bahasa daerah yang penuturnya sudah tak ada lagi. Beberapa faktor penyebab kepunahan ini, yakni adanya bencana, perang, dan perkawinan campuran.
Menurut Yeyen, jumlah bahasa daerah di Indonesia melebihi prediksi Summer Institute of Linguistics yang hanya menyebutkan sebesar 746 saja. "Contohnya Papua yang memiliki 400 bahasa daerah," ucapnya. Pihaknya masih melakukan pengkajian untuk mendata jumlah bahasa daerah yang ada di seluruh nusantara. Melalui peta bahasa yang akan dibuat, jejak keberlangsungan bahasa daerah di Indonesia akan terdata.
Dia menuturkan, pihaknya juga akan melakukan berbagai perlindungan bahasa sebagai upaya pencegahan agar kepunahan ini tak meluas. Salah satunya dengan menginventarisasi kosakata bahasa daerah.
"Karena kosakata itu penting. Ketika kita punya kosakata, kita akan punya khazanah, dan ini akan kami bukukan dan dokumentasikan," pungkas Yeyen. (Ant/Ndy/Ali)
"Ada di daerah NTT dan Maluku, dua sampai tiga bahasa daerahnya dilaporkan punah. Selain di NTT dan Maluku, bahasa daerah di Papua juga mengalami ancaman kepunahan," kata Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Yeyen Maryani dalam acara Deklarasi Prosa Liris yang diselenggarakan oleh Griya Sastra Budaya Obor (BSBO) di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (12/6/2013).
"Dari 746 bahasa daerah itu, beberapa persen masih aktif digunakan, namun ada beberapa bahasa daerah yang penuturnya sudah berkurang jumlahnya," ujarnya.
Yeyen menjelaskan, maksud kepunahan ini yaitu berkurangnya jumlah penutur bahasa daerah. Bahkan ada beberapa bahasa daerah yang penuturnya sudah tak ada lagi. Beberapa faktor penyebab kepunahan ini, yakni adanya bencana, perang, dan perkawinan campuran.
Menurut Yeyen, jumlah bahasa daerah di Indonesia melebihi prediksi Summer Institute of Linguistics yang hanya menyebutkan sebesar 746 saja. "Contohnya Papua yang memiliki 400 bahasa daerah," ucapnya. Pihaknya masih melakukan pengkajian untuk mendata jumlah bahasa daerah yang ada di seluruh nusantara. Melalui peta bahasa yang akan dibuat, jejak keberlangsungan bahasa daerah di Indonesia akan terdata.
Dia menuturkan, pihaknya juga akan melakukan berbagai perlindungan bahasa sebagai upaya pencegahan agar kepunahan ini tak meluas. Salah satunya dengan menginventarisasi kosakata bahasa daerah.
"Karena kosakata itu penting. Ketika kita punya kosakata, kita akan punya khazanah, dan ini akan kami bukukan dan dokumentasikan," pungkas Yeyen. (Ant/Ndy/Ali)