Markas Polsek Kota Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, tiba-tiba diserang ratusan warga Panyabungan. Massa melampiaskan kekesalannya kepada Kapolres Mandailing Natal AKBP Mardias karena dinilai melindungi anggota polisi yang diduga berbuat mesum.
Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Sabtu (21/9/2013), ratusan orang dari berbagai penjuru menyeruduk Kantor Polsek Kota Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, Jumat 20 September 2013. Seorang polisi mencoba menghalau massa dengan mengeluarkan pistolnya. Namun, warga bertambah beringas dan berusaha mengeroyok polisi tersebut. Sang petugas pun lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Massa melempari kantor polsek hingga seluruh kaca jendela pecah berkeping-keping. Seluruh perabotan dan fasilitas polisi dirusak. Massa juga merusak 2 kendaraan yang diparkir di depan mapolsek. Sejumlah tokoh masyarakat berupaya menenangkan emosi massa yang sudah mengepung kantor polisi dan bersiap menyerang untuk menghindari amuk massa berlanjut.
"Tahan, tahan tetap satu komando dan jangan berbuat anarkis," ujar seorang tokoh masyarakat.
Amuk massa itu diduga dipicu pengeroyokan warga terhadap anggota Satpol Air Polres Madina berinisial Brigadir G yang tertangkap basah berada di rumah wanita yang bukan muhrimnya hingga larut malam. Massa kesal lantaran sang polisi sudah kerap diperingatkan namun tetap saja membandel. Warga pun menggelandang sang polisi ke kantor Polres Mandailing dengan kondisi babak belur.
Namun, Kapolres Madina AKBP Mardias marah dan mengancam akan menangkap warga yang terlibat pengeroyokan. Massa yang kecewa dengan sikap kapolres pun menumpahkan kekesalan mereka dengan menyerang Mapolsek Kota Panyabungan.
AKBP Mardias yang tiba di lokasi pun berusaha menenangkan massa dan mengajak warga berdialog di ruang kapolsek. Usai berdialog, Mardias menyatakan persoalan yang dihadapi anak buahnya akan diselesaikan secara adat. Warga pun bisa menerima dan membubarkan diri.
"Yang mewakili warga sikolu-kolu adalah Mizwar, Opung Haji Atas dan ada Nasuko Bolung. Ada Kepling Lurah. Saya yakin beliau-beliau ini lebih mendengarkan tuntutan kalian semua. Dan masalah ini akan diselesaikan secara adat," tegas Mardias. (Adi)
Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Sabtu (21/9/2013), ratusan orang dari berbagai penjuru menyeruduk Kantor Polsek Kota Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, Jumat 20 September 2013. Seorang polisi mencoba menghalau massa dengan mengeluarkan pistolnya. Namun, warga bertambah beringas dan berusaha mengeroyok polisi tersebut. Sang petugas pun lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Massa melempari kantor polsek hingga seluruh kaca jendela pecah berkeping-keping. Seluruh perabotan dan fasilitas polisi dirusak. Massa juga merusak 2 kendaraan yang diparkir di depan mapolsek. Sejumlah tokoh masyarakat berupaya menenangkan emosi massa yang sudah mengepung kantor polisi dan bersiap menyerang untuk menghindari amuk massa berlanjut.
"Tahan, tahan tetap satu komando dan jangan berbuat anarkis," ujar seorang tokoh masyarakat.
Amuk massa itu diduga dipicu pengeroyokan warga terhadap anggota Satpol Air Polres Madina berinisial Brigadir G yang tertangkap basah berada di rumah wanita yang bukan muhrimnya hingga larut malam. Massa kesal lantaran sang polisi sudah kerap diperingatkan namun tetap saja membandel. Warga pun menggelandang sang polisi ke kantor Polres Mandailing dengan kondisi babak belur.
Namun, Kapolres Madina AKBP Mardias marah dan mengancam akan menangkap warga yang terlibat pengeroyokan. Massa yang kecewa dengan sikap kapolres pun menumpahkan kekesalan mereka dengan menyerang Mapolsek Kota Panyabungan.
AKBP Mardias yang tiba di lokasi pun berusaha menenangkan massa dan mengajak warga berdialog di ruang kapolsek. Usai berdialog, Mardias menyatakan persoalan yang dihadapi anak buahnya akan diselesaikan secara adat. Warga pun bisa menerima dan membubarkan diri.
"Yang mewakili warga sikolu-kolu adalah Mizwar, Opung Haji Atas dan ada Nasuko Bolung. Ada Kepling Lurah. Saya yakin beliau-beliau ini lebih mendengarkan tuntutan kalian semua. Dan masalah ini akan diselesaikan secara adat," tegas Mardias. (Adi)