Ragam budaya Indonesia makin tergerus oleh budaya dari luar negeri. Generasi muda tanah air dinilai lebih bangga dan lebih mengapresiasi kebudayaan negara lain. Kemungkinan saat ini, tarian poco-poco dari Maluku masih kalah populer dibandingkan dengan Gangnam style dari Korea.
"Kok kita lebih bangga dengan Gangnam style dibanding Sajojo atau Poco-poco?" kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat saat memberikan sambutan dalam Lokakarya dan Pengukuhan Pengurus DPP Persaudaraan Persaudaraan Etnis Nasionalisme (PENA) di Jakarta, Sabtu (5/10/2013).
"Paling tidak pemuda Indonesia berimbang memberlakukan budaya kita. Bagaimana nanti ada 10 ribu menari poco-poco atau Sajojo di Monas," tantangnya.
Jumhur menilai, selama ini ada ketidakseimbangan porsi budaya luar dengan kebudayaan Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Menjadi tugas pemuda untuk bisa mengapresasi unsur-unsur budaya tanah air.
"Setiap suku bangsa punya peradabannya masing-masing. Ini tidak dieksplorasi bangsa ini," pungkas Jumhur.
Jadi pilih mana, poco-poco atau Gangnam style? (Ndy)
"Kok kita lebih bangga dengan Gangnam style dibanding Sajojo atau Poco-poco?" kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat saat memberikan sambutan dalam Lokakarya dan Pengukuhan Pengurus DPP Persaudaraan Persaudaraan Etnis Nasionalisme (PENA) di Jakarta, Sabtu (5/10/2013).
"Paling tidak pemuda Indonesia berimbang memberlakukan budaya kita. Bagaimana nanti ada 10 ribu menari poco-poco atau Sajojo di Monas," tantangnya.
Jumhur menilai, selama ini ada ketidakseimbangan porsi budaya luar dengan kebudayaan Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Menjadi tugas pemuda untuk bisa mengapresasi unsur-unsur budaya tanah air.
"Setiap suku bangsa punya peradabannya masing-masing. Ini tidak dieksplorasi bangsa ini," pungkas Jumhur.
Jadi pilih mana, poco-poco atau Gangnam style? (Ndy)