Jumat 4 Oktober 2013 pagi, seorang pelajar STM 1 Boedi Utomo menyiramkan air keras ke dalam bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol. Akibatnya, 16 orang mengalami luka bakar, termasuk sopir dan kondektur. Bahkan 2 di antaranya terancam mengalami kebutaan.
3 Korban di antaranya masih dirawat di Rumah Sakit Premier, Jatinegara, Jakarta Timur, 1 orang dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, dan 9 lainnya diperbolehkan pulang.
Nama-nama 13 korban tersebut adalah Tio Alparagi (pelajar), Fahrianto Ali (pelajar), Tegar Didik Lesmana (pelajar), Ahmadi Rosadi (pelajar), Beta Vergin Silalahi, Galuh Pratiwi Andriani, Dra RA.Candramaya, Veronika Simanjuntak, Srikurniati, Retna Permata Sari, Dwi Nurcahyaning Sari S, Andra Cristy, Yodie Adisti Gracia W.
Setelah melakukan investigasi, Polisi Polres Jakarta Timur berhasil membekuk pelaku. Ia adalah pelajar berinisial RN, siswa kelas XII STM 1 Boedi Utomo. Pemuda yang karib dipanggil Tompel ini ditangkap saat bersembunyi di rumah temannya di Babelan, Bekasi, Minggu 6 Oktober dini hari.
"Ia ngumpet di rumah temannya, ditangkap Minggu dini hari," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP M Saleh saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Minggu 6 Oktober 2013.
Kepada polisi, RN mengaku ingin membalas dendam kepada beberapa pelajar SMK Karya Guna, Manggarai, Jakarta Selatan yang pernah menyiram air keras kepadanya sekitar 1 tahun lalu, hingga membuat kepalanya botak pada sebagian kecil bagian kepalanya--pitak.
Tapi ternyata malah salah sasaran. Yang terkena siraman bukan pelajar Karya Guna, melainkan pelajar sekolah lain dan orang dewasa.
"Kata pelaku, ia dendam karena pernah juga disiram air keras," jelas Saleh.
RN telah ditetapkan sebagai tersangka. Akibat perbuatannya, RN dijerat dengan pasal KUHPidana 513 ayat 2 tentang Penganiayaan. Ia terancam kurungan maksimal 5 tahun penjara.
"Saat ini sudah selesai BAP dan sudah jadi tersangka. Keluarga juga sudah diberi tahu," kata Pengacara RN Djarot Widodo saat ditemui Liputan6.com di Polres Jakarta Timur, Minggu 6 Oktober 2013.
Terencana
Pada pagi yang baru mulai terang, RN dibonceng temannya menggunakan sepeda motor. Pelajar yang mengenakan seragam olahraga itu menyiapkan sebuah skenario 'gila' menyiramkan air keras pada penumpang bus yang ia yakini ada target sasarannya, pelajar SMK Karya Guna.
Bus target penyiraman tengah berhenti menunggu penumpang di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat 4 Oktober, sekitar pukul 06.05 WIB. Tiba-tiba RN muncul dan menyiram air keras dari sebuah botol.
"Pelaku yang masih remaja naik ke bus dari pintu belakang, menyiramkan air keras, dan kemudian langsung lari keluar," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto.
Setelah melancarkan aksinya, RN masuk sekolah seperti biasa. Ia mengira semua dendamnya itu sudah terbalaskan. Tapi ternyata tidak.
Saat menonton televisi di rumah Jumat sore, RN melihat berita para korban siraman air keras yang dilakukannya. Saat itu juga, ia ketakutan.
RN kemudian pamit ke bapaknya. Bilang mau main ke rumah temannya. Padahal ia berniat melarikan diri. Bersembunyi ke rumah teman dari kejaran polisi.
Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. RN akhirnya dibekuk di persembunyiaannya, rumah temannya di Bekasi.
Disuruh Teman
Entah apa yang di benak RN hingga ia memilih menyiram air keras di bus yang jelas-jelas dihuni oleh orang lain yang bukan target sasaran. Tapi pemuda itu kemudian mengaku melakukannya atas dorongan teman.
"(Tompel) Pel, lo siram deh anak KG. Kalau muka gue (teman RN) udah dikenalin," ungkap kakak RN, RVA, menirukan ungkapan rekan RN.
Selain itu, RN juga mengaku mendapatkan air keras dari temannya. Namun ia tak tahu dari mana temannya itu mendapat air keras. Juga tak tahu pasti berapa banyak air keras yang digunakan untuk melancarkan aksinya.
"Sekitar 1 liter," tambah RN saat kembali masuk ke Ruang Unit Krimum.
Reaksi Jokowi-Ahok
Seorang pelajar yang harus memikirkan pelajaran malah berbuat onar di dalam bus. Hal ini membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok geram.
Ahok menegaskan, apabila ternyata memang dapat dibuktikan si penyiram air keras adalah pelajar, maka sanksinya adalah drop out (DO) atau dikeluarkan dari sekolah.
"Sanksinya pecat aja dari sekolah. Atau, tidak naik kelas. Seperti adik perempuan saya dulu berantem, akhirnya dia tidak naik kelas. Tapi bisa masuk UI. Jadi anak-anak kadang harus dididik, dia lebih baik mundur 1 tahun tapi karakternya lebih baik," ujar Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Jumat 4 Oktober 2013.Â
Ia berpendapat, tindakan menyiram air keras kepada penumpang bus itu merupakan hal yang keterlaluan. Hanya saja pihak kepolisian belum bisa memastikan pelaku sebenarnya apakah benar pelajar atau bukan.
Maka dari itu, Mantan Bupati Belitung Timur ini berencana mengumpulkan anak-anak yang dinilai sering berperilaku nakal untuk bertemu dirinya dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Anak-anak tersebut nantinya dipanggil berdasarkan laporan ketua Osis ataupun para guru.
"Kita mau ambil yang nakal-nakalnya. Ini juga tadi kita dapat masukan dari Pak Bambang. Kita belajar banyak lah dari Surabaya. Mungkin perlu dialog kan, kita coba lah. Surabaya saja bisa, walaupun beda dengan Jakarta. Pak Gubernur kan punya kelebihan untuk ngomong. Kalau saya malah tambah berantem nanti. Hahaha," tandas Ahok.
Setali tiga uang, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi berencana mengumpulkan para pelajar yang sering terlibat tawuran. Bahkan mantan Walikota Surakarta tersebut berniat mendatangi langsung sekolah mereka. Terutama daerah yang dianggap rawan perkelahian.
"Ya, rencana (kumpulkan pelajar). Yang di Jatinegara sama yang di Galur. Saya mau ke sana," ujar Jokowi di kantor DPP PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu 6 Oktober 2013. (Riz)