Insiden kekerasan seksual ternyata tidak hanya menimpa orang dewasa atau anak. Dugaan kekerasan seksual yang dialami bayi A (6 bulan) patut menjadi perhatian. Terlebih sang bayi malang itu kini meninggal. Sedihnya lagi, jenazah bayi A dimakamkan tanpa kehadiran sang ayah bunda.
Adanya kemungkinan kekerasan seksual yang dilakukan orang terdekat dan menimpa bayi dibenarkan oleh psikolog dan ahli masalah anak-anak Tika Bisono.
"Karena memang longgarnya pengawasan dari orangtua, dari keluarga. Yang menganggap keluarga atau orang terdekat tidak mungkinlah orang yang kita kenal melakukan itu (penyimpangan). Justru orang-orang yang dikenal baik, justru yang seringkali mengalami hal-hal yang sifatnya menyimpang. Tapi keluarga terdekat itu biasanya nggak mudeng," ujar Tika Bisono seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (12/10/2013).
Meningkatnya rasa stres yang tidak dikomunikasikan, membuat tindakan yang terkadang tidak masuk akal. Menjalin lebih erat komunikasi dengan anggota keluarga dan tetangga, menurut Tika Bisono, menjadi kunci penting mencegah agar rasa stres dan penyakit sosial dapat dieliminir di masyarakat.
Bayi A yang malang itu kini telah tiada. Dari rumah sederhana di kawasan Rawa Domba, Duren Sawit Jakarta Timur, jasad bayi A diberangkatkan tanpa dihadiri ayah bundanya. Sang ayah masih berada di tempat kerjanya di Surabaya, Jawa Timur, dan sang bunda masih diperiksa di kantor polisi.
Perlahan, jasad sang bayi diturunkan, diiringi rasa iba dan duka dari kerabat serta tetangga. Bayi sekecil itu diduga sudah mendapatkan kekerasan seksual, sehingga menderita sakit dan meninggal pada Jumat 11 Oktober malam.
Jasad bayi A sempat diotopsi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta, karena polisi mencurigai adanya kejanggalan dalam kematian bayi A. Dugaan kekerasan seksual mengemuka karena ditemukan tanda-tanda di tubuh bayi. Beberapa saksi pun akhirnya diperiksa polisi.
Untuk mengungkap kematian yang diduga karena kekerasan seksual, polisi memeriksa 3 anggota keluarga, yaitu ibu, paman, dan kakek angkat. Mereka semua yang terahir kali bersama bayi A. (Tnt/Sss)
Adanya kemungkinan kekerasan seksual yang dilakukan orang terdekat dan menimpa bayi dibenarkan oleh psikolog dan ahli masalah anak-anak Tika Bisono.
"Karena memang longgarnya pengawasan dari orangtua, dari keluarga. Yang menganggap keluarga atau orang terdekat tidak mungkinlah orang yang kita kenal melakukan itu (penyimpangan). Justru orang-orang yang dikenal baik, justru yang seringkali mengalami hal-hal yang sifatnya menyimpang. Tapi keluarga terdekat itu biasanya nggak mudeng," ujar Tika Bisono seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (12/10/2013).
Meningkatnya rasa stres yang tidak dikomunikasikan, membuat tindakan yang terkadang tidak masuk akal. Menjalin lebih erat komunikasi dengan anggota keluarga dan tetangga, menurut Tika Bisono, menjadi kunci penting mencegah agar rasa stres dan penyakit sosial dapat dieliminir di masyarakat.
Bayi A yang malang itu kini telah tiada. Dari rumah sederhana di kawasan Rawa Domba, Duren Sawit Jakarta Timur, jasad bayi A diberangkatkan tanpa dihadiri ayah bundanya. Sang ayah masih berada di tempat kerjanya di Surabaya, Jawa Timur, dan sang bunda masih diperiksa di kantor polisi.
Perlahan, jasad sang bayi diturunkan, diiringi rasa iba dan duka dari kerabat serta tetangga. Bayi sekecil itu diduga sudah mendapatkan kekerasan seksual, sehingga menderita sakit dan meninggal pada Jumat 11 Oktober malam.
Jasad bayi A sempat diotopsi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta, karena polisi mencurigai adanya kejanggalan dalam kematian bayi A. Dugaan kekerasan seksual mengemuka karena ditemukan tanda-tanda di tubuh bayi. Beberapa saksi pun akhirnya diperiksa polisi.
Untuk mengungkap kematian yang diduga karena kekerasan seksual, polisi memeriksa 3 anggota keluarga, yaitu ibu, paman, dan kakek angkat. Mereka semua yang terahir kali bersama bayi A. (Tnt/Sss)