Ketua Umum Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Soetrisno Bachir mengimbau agar lembaga pendidikan bukan hanya untuk mencetak sarjana, tapi juga melahirkan pemimpin yang visioner ke depan.
"Pendidikan harus membekali kemampuan untuk berpikir menembus jauh ke depan. Umat Islam harus visioner dan menjawab tantangan zaman," kata Soetrisno melalui keterangan yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Minggu (9/11/2013).
Soetrisno mengingatkan belajar dari zaman kejayaan Islam di masa lalu, umat Islam harus visioner, mampu memimpin, dan mengelola potensi duniawi. Pendidikan Islam harus komprehensif dan terintegrasi, dan tidak sekuler.
"Jangan mengajak memikirkan akhirat saja, tapi juga menguasai urusan dunia. Selain harus cerdas, seorang muslim juga harus kuat dan kaya!,” terang dia.
Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini menjelaskan bahwa kekayaan adalah sarana ibadah. Dengan menjadi kaya, dapat semakin berdaya untuk membangun peradaban umat. Ia juga menekankan pendidikan Islam juga harus mampu memberi bekal kepemimpinan dan kewirausahaan.
"Di sektor perekonomian, kita harus mengevaluasi kondisi di negara yang mayoritas muslim ini. Berapa persen pengusaha muslim mampu mengontrol perekonomian," terang dia.
Pengusaha yang bekas politisi itu menambahkan bahwa bangsa Indonesia masih jauh ketinggalan dari negara-negara tetangga. Populasi wirausahawan di Indonesia masih sebanyak 1,56 persen.
"Ini, berada jauh di bawah Malaysia yang punya 4%, Thailand punya 4,1%, apalagi dengan Singapura yang punya 7%," jelas mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Dengan pengalamannya sebagai pengusaha dan tokoh politik nasional, Soetrisno berkomitmen untuk menanamkan pondasi peradaban secara komprehensif.
"Pendidikan kita harus membuka diri, harus hijrah ke pusaran baru dengan mengintegrasikan gerakan wirausaha dalam sistem pendidikan," tukas Sutrisno. (Adi)
"Pendidikan harus membekali kemampuan untuk berpikir menembus jauh ke depan. Umat Islam harus visioner dan menjawab tantangan zaman," kata Soetrisno melalui keterangan yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Minggu (9/11/2013).
Soetrisno mengingatkan belajar dari zaman kejayaan Islam di masa lalu, umat Islam harus visioner, mampu memimpin, dan mengelola potensi duniawi. Pendidikan Islam harus komprehensif dan terintegrasi, dan tidak sekuler.
"Jangan mengajak memikirkan akhirat saja, tapi juga menguasai urusan dunia. Selain harus cerdas, seorang muslim juga harus kuat dan kaya!,” terang dia.
Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini menjelaskan bahwa kekayaan adalah sarana ibadah. Dengan menjadi kaya, dapat semakin berdaya untuk membangun peradaban umat. Ia juga menekankan pendidikan Islam juga harus mampu memberi bekal kepemimpinan dan kewirausahaan.
"Di sektor perekonomian, kita harus mengevaluasi kondisi di negara yang mayoritas muslim ini. Berapa persen pengusaha muslim mampu mengontrol perekonomian," terang dia.
Pengusaha yang bekas politisi itu menambahkan bahwa bangsa Indonesia masih jauh ketinggalan dari negara-negara tetangga. Populasi wirausahawan di Indonesia masih sebanyak 1,56 persen.
"Ini, berada jauh di bawah Malaysia yang punya 4%, Thailand punya 4,1%, apalagi dengan Singapura yang punya 7%," jelas mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Dengan pengalamannya sebagai pengusaha dan tokoh politik nasional, Soetrisno berkomitmen untuk menanamkan pondasi peradaban secara komprehensif.
"Pendidikan kita harus membuka diri, harus hijrah ke pusaran baru dengan mengintegrasikan gerakan wirausaha dalam sistem pendidikan," tukas Sutrisno. (Adi)