Polisi terus mendalami kasus kecelakaan kereta dengan truk tangki BBM di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Penyidik Polda Metro Jaya dikabarkan telah meminta keterangan saksi sopir truk tangki bahan bakar minyak (BBM) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pada Senin 16 Desember kemarin.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dikabarkan, penyidik menemukan kelalaian sopir truk tangki BBM yang mengakibatkan tabrakan KRL jurusan Serpong-Tanah Abang di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan pada Senin 9 Desember lalu. Hal itu dikarenakan ada dorongan pak ogah (petugas lalu lintas gadungan) yang memaksa sopir truk tangki untuk maju ke dalam perlintasan.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto ketika dikonfirmasi menyatakan, belum ada kesimpulan apa pun soal pemeriksaan tersebut. Pihaknya belum mengeluarkan keterangan apapun terkait kecelakaan yang disebut sebagai Tragedi Bintaro II itu.
"Belum ada keterangan yang dikeluarkan," ujar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/12/2013).
Rikwanto menerangkan, pemeriksaan penyidik akan berlangsung lama. Keterangan saksi-saksi, peralatan perlintasan, serta pantauan kepadatan lalu-lintas saat terjadinya kecelakaan akan terus didalami oleh petugas kepolisian.
"Pemeriksaan para saksi ditambah pemeriksaan, olah TKP, dan alat peralatan yang ada di TKP, serta situasi lalu lintas saat kecelakaan. Akan dilakukan analisa menyeluruh. Hasilnya akan diumumkan kemudian setelah seluruh pemeriksaan selesai," tandas Rikwanto.
Kereta commuter line jurusan Serpong-Tanah Abang menghantam truk tangki BBM milik Pertamina di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan pada Senin 9 Desember sekitar pukul 11.15 WIB. 7 Penumpang kereta meninggal dunia. Termasuk masinis, asisten masinis, dan teknisi kereta. Sekitar 85 penumpang terluka. Sopir dan kernet truk tangki BBM selamat namun mengalami luka bakar. (Mvi/Sss)
[Baca juga: `Pak Ogah` di Perlintasan Kereta, Membantu atau Mengganggu?]
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dikabarkan, penyidik menemukan kelalaian sopir truk tangki BBM yang mengakibatkan tabrakan KRL jurusan Serpong-Tanah Abang di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan pada Senin 9 Desember lalu. Hal itu dikarenakan ada dorongan pak ogah (petugas lalu lintas gadungan) yang memaksa sopir truk tangki untuk maju ke dalam perlintasan.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto ketika dikonfirmasi menyatakan, belum ada kesimpulan apa pun soal pemeriksaan tersebut. Pihaknya belum mengeluarkan keterangan apapun terkait kecelakaan yang disebut sebagai Tragedi Bintaro II itu.
"Belum ada keterangan yang dikeluarkan," ujar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/12/2013).
Rikwanto menerangkan, pemeriksaan penyidik akan berlangsung lama. Keterangan saksi-saksi, peralatan perlintasan, serta pantauan kepadatan lalu-lintas saat terjadinya kecelakaan akan terus didalami oleh petugas kepolisian.
"Pemeriksaan para saksi ditambah pemeriksaan, olah TKP, dan alat peralatan yang ada di TKP, serta situasi lalu lintas saat kecelakaan. Akan dilakukan analisa menyeluruh. Hasilnya akan diumumkan kemudian setelah seluruh pemeriksaan selesai," tandas Rikwanto.
Kereta commuter line jurusan Serpong-Tanah Abang menghantam truk tangki BBM milik Pertamina di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan pada Senin 9 Desember sekitar pukul 11.15 WIB. 7 Penumpang kereta meninggal dunia. Termasuk masinis, asisten masinis, dan teknisi kereta. Sekitar 85 penumpang terluka. Sopir dan kernet truk tangki BBM selamat namun mengalami luka bakar. (Mvi/Sss)
[Baca juga: `Pak Ogah` di Perlintasan Kereta, Membantu atau Mengganggu?]