Liputan6.com, Jakarta - Terkadang, sebagai orang tua kamu perlu menyadari sesuatu yang sulit. Kamu mungkin sebenarnya tidak tahu segalanya tentang cara membantu anakmu menjadi sukses.
Hal ini diungkapkan oleh pakar parenting Margot Machol Bisnow yang mewawancarai orang tua dari 70 orang dewasa berprestasi dan menulis pada bukunya yang diterbitkan pada tahun 2022 dengan judul “Raising an Entrepreneur: How to Help Your Children Achieve Their Dreams”
Baca Juga
Dalam wawancara tersebut, Bisnow menemukan benang merah berikut: “Para orang tua memberikan anak-anak mereka kebebasan untuk mengejar minat mereka, terkadang sampai pada tingkat yang ekstrim seperti meninggalkan rumah pada usia muda atau putus kuliah,” katanya melalui CNBC Make It.
Advertisement
“Setiap hal ‘ekstrim’ yang dilakukan orang tua adalah mendengarkan anak mereka. Tak hanya itu, mereka juga menganggap serius perkataan anak mereka, bukan mengatakan ‘saya orang tuanya, saya tahu yang terbaik,” Kata Bisnow.
Tekanan untuk mengikuti jalan yang sempit mengakibatkan anak menjadi cemas dan tidak bahagia. Sebaliknya, Bisnow menyampaikan, orang tua yang diwawancarai Bisnow menunjukkan keterbukaan pikiran dan kepercayaan untuk membantu anak-anak mereka mengembangkan kemandirian, kepercayaan diri, dan keterampilan yang terbukti berguna untuk karir masa depan mereka.
“Yang menyedihkan bagi saya adalah, ini bukan pola asuh yang ekstrim,” kata Bisnow. “Ini seharusnya menjadi pola asuh yang normal.”
Berikut ini tiga contoh keputusan mengasuh anak yang ‘ekstrim’ dan berhasil dilakukan menurut Bisnow dan orang tua yang ia wawancara.
Mendukung minat anak meskipun merasa was-was
Tumbuh di daerah San Fransisco, tempat ayahnya mengelola sebuah restoran populer, orang tua imigran pencipta film John M. Chu awalnya bingung dengan ketertarikannya pada seni kreatif. Mereka berdua “ingin ia menjadi sesuatu yang lebih tradisional,” kata Bisnow.
Ibu Chu memberinya kamera untuk merekam film liburan keluarga di rumah, dan hasratnya tumbuh seiring berjalannya waktu. Menurut Bisnow, saat ia berada di sekolah menengah, ibunya menegurnya karena mengerjakan film pada larut malam lalu menyuruhnya untuk fokus pada sekolah, dan mengatakan “berhentilah membuang-buang waktu.”
“Ia menangis dan berkata, ‘kamu tidak bisa menghentikanku, ini yang aku sukai,” kata Bisnow. Keesokan harinya, Ibu Chu memberinya setumpuk buku tentang pembuatan film dan mengatakan “Jika ingin melakukannya, pelajari semuanya dan jadilah yang terbaik.”
Menurut Bisnow, orang-orang yang berhenti mendorong minat anak-anak mereka karena mereka mungkin tidak mempunyai cukup uang, atau menganggap sukses secara konvensional, memberi nasihat yang salah.
Bisnow juga menambahkan, tak semua orang berkarir sesuai passion, tetapi menunjukkan bahwa kamu mempercayai anak dapat memberi mereka kepercayaan diri sesuai apa yang mereka perlukan untuk sukses sebagai orang dewasa, apapun jalan yang mereka ambil.
Biarkan Anak Pergi dari Rumah pada Usia Muda
Beberapa orang yang diwawancara oleh Bisnow memberi anak mereka kebebasan sejak usia muda.
Bisnow mengambil contoh dari orang tua Simon Isaacs, CEO Perusahaan Pemasaran Digital TaskForce dan salah satu pendiri platform digital Fatherly. Kisah mereka tidak ada hubungannya dengan kewirausahaan, ketika Isaacs masih di sekolah menengah, orang tuanya memberi izin untuk meninggalkan rumah dan menghabiskan dua tahun di Colorado untuk berlatih sebagai pemain ski.
Isaacs kemudian bermain ski secara kompetitif untuk masuk ke Middlebury College dan berharap bisa masuk tim olimpiade Amerika Serikat. Meskipun hal tersebut tidak pernah berhasil, menurut Bisnow pengalaman tersebut secara tidak langsung memberi kesuksesan wirausahanya.
“Memiliki gairah sebesar itu terhadap sesuatu yang mengajarkan ketabahan dan fokus serta kerja keras dan tekad diperlukan untuk sukses dalam hidup,” katanya. “Saya tahu sulit bagi keluarga untuk melepas anaknya pergi, tetapi mereka melakukannya.”
Advertisement
Merespon dengan Baik Ketika Anak Putu Kuliah
Tak semua lulusan perguruan tinggi yang punya impian menjadi wirausahawan akan menjadi Bill Gates atau Mark Zuckerberg berikutnya.
Ibu dari seorang anak bernama Matt Mullenweg tentu ikut khawatir. Bisnow mengatakan, putranya bahkan belum memiliki perusahaan yang siap diluncurkan pada tahun 2004 ketika ia ingin meninggalkan Universitas Houston setelah dua tahun.
Mullenweg sedang mengembangkan sistem manajemen konten web di kamar asramanya, dan situs media teknologi CNET ingin mulai membayarnya untuk pekerjaannya tersebut.
“Ibunya awalnya kesulitan dengan keputusan tersebut, tetapi terpesona oleh semangat dan komitmen Mullenweg, yang akhirnya mengantar Mullenweg ke San Fransisco untuk membantunya menemukan apartment,” kata Bisnow.
Setahun kemudian Mullenweg meninggalkan CNET untuk mengubah kreasinya menjad bisnis mandiri yaitu WordPress. Ia tidak bisa “membayangkan diri saya melakukan hal lain,” tulisnya dalam postingan blog saat itu.
Saat ini, ia adalah CEO dari perusahaan induk WordPress, Automattic, yang memiliki lebih dari 2.000 karyawan dan dilaporkan bernilai USD 7,5 miliar pada tahun 2021.
“Banyak orang tua, anak-anak mereka ingin putus sekolah dan mereka sangat marah,” kata Bisnow.