Motor 2-Tak, Makin Tua Makin Disayang

Sepeda motor 2 tak banyak digandrungi karena memiliki performa yang mumpuni.

oleh Yongki Sanjaya diperbarui 19 Apr 2015, 06:03 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2015, 06:03 WIB
Motor 2 Tak, Makin Tua Makin Disayang
Sepeda motor 2 tak banyak digandrungi karena memiliki performa yang mumpuni.

Liputan6.com, Jakarta - Meskipun kini keberadaannya mulai langka, sepeda motor 2-tak pernah menorehkan catatan manis sebagai favorit para pemotor di Indonesia.

Sepeda motor jenis ini mengalami masa kejayaan pada dekade 1980-an sampai dengan 1990-an. Saat itu, berbagai pabrikan berlomba-lomba merilis model sepeda motor 2-tak dengan berbagai keunggulannya masing-masing.

Bagi penunggang kuda besi yang mendewakan kecepatan, mereka  pasti akan memilih sepeda motor bermesin 2-tak. Borosnya konsumsi BBM pada sepeda motor 2-tak bukan menjadi halangan asalkan hasrat ngebut tersalurkan.

Tercatat, Yamaha saat itu menelurkan banyak model dengan mesin dua tak seperti F1ZR dan RX King. Nah, untuk model garpu tala terakhir sukses menjadi primadona di kalangan pembesut roda dua Tanah Air.

Eksistensi RX King di Indonesia nyatanya bukan tanpa penggangu. Adalah Kawasaki yang kemudian merilis Ninja 150. Sepeda motor ini juga masuk dalam kategori sepeda motor sport seperti RX King.

Kedua model ini pun menjadi idaman karena menawarkan satu keunggulan yang sangat jelas, kecepatan. Bahkan karena memiliki akselerasi yang amat buas, RX King pun sempat dimanfaatkan oleh pelaku tindak kejahatan sebagai 'kendaraan operasional'.

RX King pun identik sebagai motornya para jambret. Kecepatan RX King yang luar biasa membuat para jambret dapat dengan mudah melarikan diri dari kejaran massa atau petugas keamanan.

Namun demikian, eksistensi sepeda motor bermesin 2-tak mulai meredup sejak pemerintah menelurkan aturan emisi gas buang EURO 3 bagi kendaraan bermotor. Pemerintah berusaha menekan emisi udara dengan melarang keberadaan kendaraan yang tidak memenuhi standar emisi yang ditetapkan.

Saat ini, menemukan sepeda motor 2-tak dengan kondisi mulus di kota-kota besar seperti Jakarta sudah mulai sulit. Para pemilik biasanya menjadikan tunggangannya sebagai barang koleksi dan membuat harga jualnya relatif mahal untuk kondisi yang terawat dengan komponen yang masih standar pabrikan.

(ysp/ian)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya