Teknik Pengereman Motor dalam Kondisi Mendadak Harusnya Begini!

Pengendara pun dituntut memiliki kemampuan yang mempuni, terutama soal respons mereka dalam menangani kondisi darurat.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 27 Nov 2015, 20:22 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2015, 20:22 WIB
AHM Gelar Kompetisi Safety Riding ke-9
Astra Honda Safety Riding Instructor Competition melibatkan 1650 instruktur dan advisor safety riding

Liputan6.com, Jakarta - Selain harus menggunakan etika, pengendara pun dituntut memiliki kemampuan yang mumpuni, terutama soal respons mereka saat menangani kondisi darurat.

Oleh karena itu, Kepala Instruktur Rifat Drive Labs, Herry Wahyudi, berbagi ilmu soal jurus yang bisa diterapkan oleh pemotor.

"Remnya harus dipompa dalam artian dikocok. Ini supaya roda tidak terkunci. Bila terkunci akan selip," jelas dia.


Teknik ini seperti teknolgi ABS (anti-lock brake system) yang sudah diterapkan di banyak mobil. Beberapa motor sudah menggunakan ABS. Hilangnya traksi akibat pengereman, membuat sepeda motor tidak bisa dikendalikan arahnya.

Nah,
secara umum dia menjelaskan ada sejumlah teknik pengereman. Pertama, bila melaju pada kecepatan di bawah 30 km/jam, tidak disarankan mengurangi penggunaan rem depan.


Kemudian, bila melaju pada kecepatan di atas 30-80 km/jam harus mengombinasikan rem pada roda belakang dan depan. Bila melebihi 80-100 km/jam idealnya memperbanyak penggunaan rem depan.

"Remnya harus dipompa dalam artian dikocok. Ini supaya roda tidak terkunci. Bila terkunci akan selip," jelas dia.

Atas dasar itu, pemotor harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. "Ngerem sepeda motor itu tidak mudah. Sulit," tuntas dia.

(gst/sts)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya