Liputan6.com, Liuzhou - China punya cara lain untuk menumbuhkan industri otomotif, yakni dengan memberikan kewenangan pada setiap provinsi. Tak heran bila ada 53 merek mobil lokal yang jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Selain mendukung merek lokal yang memproduksi mobil bermesin combustion engine, pabrikan yang fokus menggarap mobil listrik pun dapat dukungan penuh pemerintah.
"Kalau di Shenzhen beda lagi, pemerintahnya punya kepedulian yang besar tentang lingkungan," ujar Jason Ding, Marketing and Brand Director PT SGMW Motor Indonesia. Ia menuturkan mobil listrik jadi primadona warga di kota yang bersebelahan dengan Hong Kong itu.
Di Shenzhen, kata Jason, pemerintahnya menyediakan segala kebutuhan infrastruktur mobil listrik seperti stasiun pengisian baterai. Bahkan ada tambahan insentif bagi warganya yang membeli mobil `anti BBM`.
Baca Juga
Pemerintah pusat memberikan subsidi sebesar 60 ribu yuan atau sekira Rp 120 juta. Di luar itu, pemerintah Shenzhen juga memberikan tambahan insentif dengan besaran yang sama.
Sehingga untuk membeli mobil listrik lokal BYD e6 yang dijual 369.800 yuan atau setara Rp 739,6 juta, warga Shenzen cukup membayar sekira Rp 499,6 juta. BYD menargetkan mobil besutannya itu laku 300 unit per bulan.
Tak cuma mendorong penggunaan mobil ramah lingkungan, pemerintah Shenzen juga menyediakan transportasi listrik berbasis listrik. Belum lama ini ada tambahan 1.500 armada. Jumlah ini melengkapi 500 unit yang telah ada sebelumnya. Secara keseluruhan Shenzen mengoperasikan 1.300 unit bus listrik dan 700 taksi.
Sekadar informasi, China menjadi negara yang konsisten dalam mengurasi polusi udara dan mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Buktinya sepeda motor bermesin bensin tak boleh masuk kota dan harus menggunakan motor listrik.