Jelang GP China, Pembalap Mercedes Bermasalah

Pembalap F1 asal Finlandia, Valterri Bottas mengakui, mobilnya sulit dikendalikan saat sesi latihan Grand Prix China, Jumat (13/4/2018).

oleh Herdi Muhardi diperbarui 15 Apr 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2018, 17:01 WIB
Valterri Bottas
Valterri Bottas dengan mobil balapnya dari Mercedes Benz. (Crash)

Liputan6.com, Jakarta - Pembalap F1 asal Finlandia, Valterri Bottas menyebut tunggangannya sulit dikendalikan saat dirinya sedang melakukan sesi latihan Grand Prix China, Jumat (13/4/2018).

Dalam sesi latihan balapan F1, Bottas finish dengan catatan waktu lebih lama setengah detik dari rekan setimnya Lewis Hamiton. Bottas mengeluhkan mobilnya tak seimbang sehingga sulit dikendarai pada sesi latihan pembuka itu.

“Kami mengalami masalah dengan keseimbangan mobil. Mobil sangat cepat tapi sulit dikendalikan,” kata Bottas.

Namun begitu, Bottas menyatakan, setelah melakukan penggantian settingan catatan waktunya membaik yakni selisih 0.033 dari Hamilton. 

Dalam sesi latihan itu, duo pebalap Mercedes nyatanya masih kalah dari pembalap tim Ferrari, Kimi Raikkonen yang unggul 0,007 detik dari Hamilton.

“Kalau melihat catatan waktu, saya pikir kami akan bisa bersaing dengan Ferrari pada saat balapan,” pungkas Bottas. 

Ada yang Kurang, Balapan F1 Dapat Banyak Keluhan

F1, F1 GP Australia 2018
Pebalap Mercedes, Lewis Hamilton sempat memimpin pada awal balapan F1 GP Australia di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Minggu (25/3/2018). Vettel memenangi balapan dengan selisih 5,036 detik dari Hamilton. (AP/Rick Rycroft)

Penyeleranggara balapan F1 kini punya pekerjaan rumah yang harus  segera diselesaikan. Ya, hal ini karena terkait balapan F1 yang dirasakan kurang seru lantaran sedikitnya para pembalap melakukan aksi salip menyalip.

Titik di mana balapan terlihat kurang nyaman ini terlihat saat sesi perdana Grand Prix Australia pekan lalu, di mana para pembalap dianggap sangat minim melakukan manuver salip-menyalip di lintasan.

Banyak para pembalap yang ingin beraksi over taking namun gagal karena tidak cukup dekat untuk melewatinya.

Keluhan ini juga sempat dialami sejumlah pembalap, tak terkecuali Sebastian Vettel, Lewis Hamilton, Max Verstappen, Kevin Magnussen, Fernando Alonso, Daniel Ricciardo atau Kimi Raikkonen dan lainnya.

Hal ini pula ternyata disadari Managing Director Motorsports F1, Ross Brawn. Mereka pun ingin melakukan perubahan.

"Salah satu unsur vital yang hilang yaitu menyalip, karena benar-benar sangat sedikit saat melakukan menuver di babak pembukaan ini. Sangat penting bahwa mobil-mobil itu mampu mendekati satu sama lain dan berpacu melewati roda ke roda,” ungkap Brawn.

Solusi

Sebastian Vettel, F1 GP China
Pembalap Ferrari, Sebastian Vettel, merebut pole pada kualifikasi F1 GP China, di Sirkuit Internasional Shanghai, Sabtu (14/4/2018). (Twitter/F1)

Untuk itu, Brawn menyatakan, saat ini timnya akan kembali melakukan riset agar olah raga ini lebih banyak menyelesaikan salah satu masalah terbesarnya saat ini.

“Salah satu tujuan kami, yang kini kami bahas dengan FIA dan tim adalah, bahwa mulai 2021, kami ingin memiliki mobil yang memungkinkan para pembalap untuk saling bertarung satu sama lain di jalurnya,” kata Brawn.

“Untuk itu FIA dan F1 saat ini sedang melaksanakan program penelitian aerodinamis dengan dua model mobil, model terowongan angin dan juga menggunakan mode CFD,” sambungnya.

“Kami perlu mengembangkan mobil dengan desain yang dekat dengan tingkat kinerja mobil yang sekarang kita lihat, tetapi memungkinkan aksi wheel to wheel,” tambahnya.

Dia juga menyatakan, saat ini penggemar F1 ingin melihat pertunjukan yang lebih baik dan saling menyalip adalah elemen yang paling menarik dan spektakuler yang dapat dilihat penonton.

“F1 harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini, karena fans adalah aset terbesar kami,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya