Mobil Kia Masih Impor dari Korea, Kapan Dirakit Lokal?

Seluruh model Kia di Indonesia masih merupakan impor alias CBU dari Korea Selatan, dan APM masih urung merealisasikan keinginan mereka untuk merakit lokal Kia

oleh Khizbulloh Huda diperbarui 31 Mei 2024, 12:32 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2024, 10:13 WIB
Dibanderol lebih dari Rp1,3 miliar, Kia EV9 bakal jadi mobil termahal
Dibanderol lebih dari Rp1,3 miliar, Kia EV9 jadi mobil termahal Kia

Liputan6.com, Jakarta - Kia, jenama otomotif asal Korea Selatan yang dibawa anak perusahaan Indomobil, PT Kreta Indo Artha ke Indonesia, seluruh modelnya masih merupakan impor alias CBU (Completely Built Up) dari Korea dan India. Apa alasannya?

Penjualan Kia di Indonesia kini melibatkan enam model kendaraan penumpang dan satu kendaraan niaga. Dua di antara mobilnya sudah mengadopsi powertrain listrik.

Tiga model yakni Seltos, Sonet, dan Carens diboyong ke Tanah Air dari pabrik produksi di India, sedangkan empat model lainnya, yakni Sedona, Carnival, EV6, dan EV9 berasal dari Korea Selatan. K-2700 yang merupakan kendaraan niaga kecil Kia juga datang dari Negeri Gingseng tersebut.

Strategi Kia berbeda dengan saudara semereknya di Korea, Hyundai, yang sudah mengandalkan rakitan lokal CKD (Completely Knocked Down) untuk model 1.500 cc miliknya dan juga mobil listrik Ioniq 5 di pabrik miliknya yang berlokasi di Deltamas, Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat.

"Sejak pertama keberadaan Kia di Indomobil tahun 2019-2020, kita sudah mengajukan beberapa project untuk CKD, hanya saja masih banyak hal yang masih pending," kata Marketing & Development Division Head PT Kreta Indo Artha, Ario Soerjo saat ditemui di agenda peluncuran facelift Kia Carnival di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Sekatan, Rabu (29/5/2024).

"Kenapa kita masih belum mulai CKD-nya? Dulu saya ingat begitu launching Seltos pun kita udah ada rencanakan, tapi ya kita tahu tiga tahun ada covid dan satu dua tahun ini udah mulai banyak regulasi itu berubah cepat sekali," imbuhnya.

Ario mengungkapkan bahwa sejatinya APM (agen pemegang merek) selalu terbuka dan tengah mempelajari segala kemungkinan. Dirinya juga tidak akan berseberangan dengan program pemerintah yang mendorong tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk mobil-mobil yang dijual di Tanah Air.

Namun terkait dengan impor langsung dari negara asalnya, Korea Selatan, Ario mengungkap hingga saat ini Kia memanfaatkan keuntungan dari bea impor gratis yang didapat dari hasil kerja sama pasar bebas (Free Trade Agreement) antara ASEAN-Korea Selatan melalui ASEAN-Korea Free Trade Area (AK-FTA) yang belaku sejak 2015.

Kebijakan multi-lateral ini di Indonesia telah tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 152/2023.

Malaysia Sudah Lakukan CKD Kia

Di negeri tetangga, Malaysia, Kia telah memberlakukan CKD atau perakitan lokal untuk beberapa model mobilnya. Sebut saja Kia Carnival, MPV 11-seater yang baru saja mendapatkan facelift di Indonesia Rabu lalu.

Malaysia sudah memasarkan Carnival CKD sejak November lalu, dan karena merakitnya secara mandiri, harganya jauh lebih murah jika dibanding harga jual Carnival asal Korea di Indonesia.

Jika perjanjian FTA ASEAN-Korea berhasil menekan harga jual Carnival tetap di bawah Rp 1 miliar, yakni Rp 960 juta, Kia Carnival rakitan Malaysia hanya dijual dengan harga 215.228 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp 743,7 juta.

Namun, model Carnival yang sampai ke Indonesia lebih baru dibanding model Carnival rakitan Malaysia. PT Kreta Indo Artha nampaknya masih mempertahankan kualitas dibanding harga murah dalam hal ini.

"Sekarang orang-orang bisa mulai menerima bahwa Kia itu mobil bagus, dan bukan berarti harus murah gitu, tapi kita harus pastikan bahwa apa yang kita kasih ke konsumen itu sesuai sama apa yang ada di Kia," ungkapnya mengenai harga Kia yang kini lumayan banyak berada di ambang Rp 1 miliar.

Terkait kenapa Indonesia tidak dengan mudah memindahkan Carnival yang lebih murah dari Malaysia ke Indonesia, Ario pun mengungkap jika Kia Malaysia pun belum bisa melakukan ekspor.

"Untuk bisa ngambil dari Malaysia dengan harga yang murah atau dengan harga yang baik, Malaysia yang harus memenuhi TKDN mereka, baru bisa mengekspor," beber Ario.

"Dengan adanya FTA Indonesia-Korea, tetap masih lebih menguntungkan, dan secara kualitas kita bisa bilang lebih meyakinkan untuk konsumen," dirinya menandaskan.

Infografis Mobil Kepresidenan

infografis Mobil Kepresidenan
Mobil Kepresidenan di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya