Liputan6.com, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok hingga kini belum memutuskan apakah maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen atau parpol pendukung. Padahal, jalan bagi Ahok untuk maju melalui dua jalur tersebut terbuka lebar.
Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas mengatakan saat ini publik tidak terlalu peduli melalui jalur mana Ahok akan maju di Pilkada DKI. Â
"Secara umum (dari hasil survei) pemilih yaitu warga ibu kota tidak mempersoalkan siapa yang akan mencalonkan Ahok. Apakah itu Teman Ahok saja, koalisi partai politik, atau hanya 1 partai saja?" kata dia, Kamis (21/7/2016).
Sejauh ini, kata Sirojuddin, tingkat elektabilitas Ahok masih cukup tinggi dibanding nama-nama lainnya, seperti Sandiaga Uno, Sjafrie Sjamsoeddin, Yusril Ihza Mahendra dan Djarot Saiful Hidayat.Â
"Ahok cenderung dipilih oleh mayoritas warga DKI kalau pemilihan diadakan ketika survei ini dilakukan. Yang penting Ahok menjadi calon, kemungkinan besar ia akan dipilih oleh masyarakat mayoritas DKI Jakarta," ujar Sirojuddin.
Namun, kata Sirojuddin, ada hal yang dapat mengurangi elektabilitas Ahok, yaitu bila pihak yang selama ini menolaknya menghembuskan isu SARA.
Baca Juga
"Dalam isu agama dan etnis, cukup berpengaruh kepada Ahok. Semakin orang setuju dengan pandangan tersebut, maka semakin rendah dukungan kepada Ahok," tutur dia.
3 Lawan Ahok
Ia juga menilai ada 3 nama lawan tangguh Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang, ketiganya yaitu Sjafrie Sjamsoeddin, Tri Rismaharini, dan Yusril Ihza Mahendra. Menurutnya, keputusan maju tidaknya 3 nama itu dalam Pilkada DKI turut mempengaruhi tingkat elektabilitas Ahok. Â
"Penilaian positif atas kinerja Ahok memperlemah dukungan kepada 3 bakal lawan Ahok. Sementara semakin setuju dengan pendapat yang menyatakan muslim tidak bisa dipimpin oleh nonmuslim, justru memperkuat dukungan kepada 3 bakal lawan Ahok," tutur dia.
Sirojuddin menjelaskan selain itu, ada hal lain yang membuat Ahok kalah dengan 3 bakal calon tersebut.
"Masalah umur dan pendidikan pemilih memenangkan Sjafrie Sjamsoeddin, lalu penilaian positif kondisi ekonomi di DKI Jakarta memperlemah Tri Rismaharini dan pendidikan efek positifnya kepada Risma," ujar Sirojuddin.
"Kalau persaingan Ahok dan Yusril, disamping isu agama dan kinerja petahana, ternyata gender atau jenis kelamin sangat mempengaruhi. Pemilih laki-laki cenderung memilih Yusril dibanding pemilih perempuan, begitu juga sebaliknya," Sirojuddin menandaskan.
Advertisement